Part 14

2.2K 98 0
                                    

Di akhir pekan, aku berada di apartemen Alex. Kita baik-baik saja, benar-benar tenang seperti hari sebelumnya sampai seseorang menekan bell pintu apartemen Alex.

Aku membukakan pintu untuk orang yang menekan bell karena Alex sedang berada di kamar mandi. Pria paruh baya didepanku ini mengatakan jika dia adalah ayah Alex. Aku tidak tau apa dia ayah kandung Alex atau ayah tirinya, ayah Ryan. Aku tidak pernah bertemu dengan keduanya jadi aku tidak dapat menebak.

Tapi, melihat wajah pria di depanku ini, dia memiliki fitur wajah yang sama dengan Alex. Matanya sangat mirip dengan mata abu-abu Alex.

"Apa anda ingin meminum sesuatu?" Tanyaku menghilangkan kesunyian. "Oh ya, terima kasih" ujarnya. Aku melangkah ke dapur meninggalkannya duduk di sofa ruang tamu. Aku mengambil gelas kaca dan mengisinya dengan air, jus jeruk yang berada didalam kulkas.

Aku kembali dan memberikannya gelas tersebut. Pria ini tidak seperti yang aku bayangkan. Alex mengatakan jika ayahnya seorang alkoholik, tapi pria di depanku ini mengenakan tuxedonya, sangat rapih, matanya begitu cerah tidak menandakan dia adalah pencandu alkohol.

"Kau kekasih Alex?" Tanyanya dengan ramah padaku. "Umm..teman Alex" ucapku membalasnya dengan senyuman. Aku melihatnya menganggukan kepala dan meminum air didalam gelas.

Aku mendengar langkah kaki dari arah tangga. Aku berdiri, menoleh ke arah Alex yang berjalan menghampiri. Matanya terbuka sangat lebar begitu melihat orang yang berada disofa. Melihat ekspresinya aku semakin yakin jika orang yang berdiri dihadapan Alex sekarang ini adalah ayah kandungnya.

"Kau membukakan pintu untuknya?" Mata Alex kini menatapku, matanya penuh dengan kemarahan. "Aku..dia Ayahmu, jadi aku pikir..."

"Kau tidak berhak menerima tamu dirumahku!" Ucap Alex sedikit membentak membuatku menatapnya penuh ketakutan. Aku tidak takut dengannya, aku takut masalah ini akan menghilangkan kebahagianku selama beberapa hari ini bersama Alex.

"Aku yang memintanya untuk membukakan pintu, dia tidak salah Alex" ucap Ayah Alex.

Alex menatapnya kembali. "Oh ya, dan kau tidak perlu datang kesini, apa yang kau inginkan?" Ujar Alex.

"Who the F— yang memberitahu alamat rumahku. Are you f—ing come to Ryan's house?" Terdengar nada marah disetiap kata yang dikeluarkan oleh Alex.

"Alex, kita perlu bicara dan aku datang kesini karena kau tidak pernah datang saat aku memintamu untuk menemuiku" ujar pria tersebut.

"Tentu saja aku tidak akan datang untuk menemui orang yang telah mencampakkan keluarganya sendiri" ujar Alex mengepalkan tangannya, matanya semakin merah. Ini tidak baik. Aku tidak pernah melihat Alex semarah ini sebelumnya. Ini membuatku sangat tidak nyaman. Aku ingin keluar dari tempat ini tapi aku tau jika aku pergi meninggalkan mereka berdua sesuatu yang lebih buruk akan terjadi.

"Tidakkah sudah saatnya kita berbaikan? Aku sudah berusaha untuk menemuimu dan menebus kesalahanku. Ayo Alex, aku yakin ibumu juga menginginkan kita berbaikan"

"Jangan pernah kau sebut ibuku dalam kalimatmu!" Alex melangkah maju, ia siap untuk berkelahi. "Aku minta maaf Alex," ucap Ayah Alex yang terlihat sangat putus asa saat mengatakan itu.

"Pergilah!" Ucap Alex dengan tegas, ia sangat menahan amarahnya. Aku yakin saat melihat betapa kerasnya urat yang berada ditangannya saat ia mengepalkan tangan.

"Jika kau berjanji untuk memaafkanku, dan kita akan makan malam bersama" ucap ayah Alex.

"F—!!" Alex melangkahkan kakinya kembali naik ke atas. Meninggalkanku bersama ayahnya dengan kecanggungan.

There You AreWhere stories live. Discover now