Empat

6.1K 833 73
                                    

"Hey, namaku Seokjin." Pria yang menghalangi jalannya itu dengan tidak tau diri mengulurkan tangan serta menyebutkan namanya.

Pria di depannya yang terkenal karena otaknya yang pintar dan sulit di dekati serta kesayangan dosen itu hanya menaikan satu alisnya, menatap enggan pria berwajah tampan serta berbibir tebal di depannya.

"Kenapa hanya diam? Aku mengajaknu berkenalan. Cepat! Tanganku pegal."

Keluhan itu tidak di tanggapi Namjoon. Sadar orang di depannya hendak pergi, Seokjin menarik paksa tangan Namjoon, memaksa tangan itu bersalaman.

"Kalau ada yang mau kenalan kau harus meladeninya." Mereka masih bersalaman dengan paksaan Seokjin, dengan tangan Seokjin masih menggengam tangan Namjoon. "Tidak usah menyebut namamu karena aku tau siapa namamu. Namamu Namjoon kan? Senang berkenalan dengamu." Seokjin tersenyum begitu manis dan Namjoon masih diam. "Dan oh, ayo kita pacaran!"

Ucapan Seokjin membuat Namjoon membulatkan matanya.

"Aku memaksa." Seokjin melepas tangan Namjoon dari genggamannya. "Hey, pacar!" Sapanya riang.

Namjoon hanya menggelengkan kepala dan melengos pergi. "Dasar sinting!"

Seokjin mendengar itu namun dia tidak peduli. Cinta telah membuatnya mampu bertingkah begitu konyol seperti ini.

.

.

.

Seokjin dan Namjoon bekerja begitu keras demi mendapatkan libur. Sudah tiga minggu ini mereka bekerja begitu keras sisa seminggu lagi dan mereka akan menikmati liburan mereka. Dan sudah tiga minggu terhitung sejak mereka bercinta dipagi hari mereka tidak melakukan itu lagi.

Siang ini Seokjin baru selesai melakukan operasi curete. Dia melepas perlengkapan operasinya menyisakan baju hijaunya.

"Dok, anda baik-baik saja?" Seorang perawat yang merupakan asistennya tadi bertanya demikian.

"Ya. Aku baik. Kenapa?" Tanyanya balik.

"Anda terlihat pucat."

Seokjin hanya tersenyum lemah seraya mengangguk. "Aku baik. Tenang saja." Seokjin berbalik melihat tim nya hari ini. "Terima kasih semua." Ucapnya.

"Kembali kasih, dokter Kim."

Seokjin pun bergegas ke ruangannya. Kepalanya pusing. Sepanjang perjalanan ke ruangan banyak yang menyapanya entah itu pasien atau dokter muda bahkan teman sejawatnya. Sesampainya di ruangan, dia bergegas mencari vitamin di laci meja kerjanya. Segera dia meminumnya. Vitamin ini diberikan oleh ayahnya.

Sudah beberapa hari ini energinya seolah tersedot habis, kepalanya pusing serta nafsu makannya turun. Rasa mual dan kadang muntah membuat nafsu makannya menurun.


TOK...
TOK...



Suara ketukan dua kali lalu pintu ruangannya terbuka.

"Seokjin?" Kepala menyebul dari balik pintu, di sana dokter spesialis jiwa alias Hoseok yang mengetuk pintu.

Seokjin yang tengah menyandarkan tubuhnya dengan mata terpejam melihat sebentar siapa yang memanggilnya. Rupanya Hoseok.

"Masuk Hoseok-ah."

Dokter spesialis jiwa nan tampan itu masuk, menutup pintu kembali lalu duduk di kursi depan Seokjin.

"Namjoon menghubungiku dan dia bilang kau tidak mengangkat teleponnya. Dia khawatir. Namjoon menyuruhku melihatmu dan mengajakmu makan. Namjoon bilang kau sulit makan akhir-akhir ini." Namjoon sedang mengisi seminar jadi dia sedang tidak ada di rumah sakit. Maka dari itu suami Seokjin mengutus Hoseok untuk menemani Seokjin.

RetakWhere stories live. Discover now