Delapanbelas

8.5K 847 263
                                    

Namjoon pernah membaca sebuah kalimat dimana kalimat itu bertuliskan;

"Dalam perhitungan cinta, satu tambah satu sama dengan tak terhingga. Sedangkan dua kurang satu sama dengan nol."


Saat itu Namjoon tidak paham maksud dari kata tersebut. Namun setelah melewati pernikahan selama enam tahun dan terpaksa kandas di tahun ke enamnya Namjoon paham kata tersebut.

"Kenapa melamun? Menyesal menikah lagi?"

Namjoon memukul pelan kepala Hoseok.

"Ya!" Bentak Hoseok.

"Wae?!"

Hoseok berdecih seraya mengelus kepalanya.

"Aku sedang gugup." Balas Namjoon.

Hoseok tersenyum kecil. "Ini bukan pernikahan pertamamu. Ini pernikahan keduamu dengan orang yang sama."

Namjoon tidak menanggapi ucapan Hoseok. Dia sibuk memukul pelan dadanya yang berdetak cepat.

"Oh? Apa ini pernikahan pertamamu? Yang enam tahun kemarin itu gladi?"

Namjoon berdecak sebal mendengar ucapan sahabatnya itu. Bukannya tersinggung, Hoseok malah terkekeh.

"Kau tau, Namjoon-ah. Dari sekian banyak dampak buruk yang terjadi dari kalian bercerai aku paling kasian dengan hakim yang memimpin persidangan."

"Memangnya kenapa?" Akhirnya Namjoon menanggapi.

"Ya kasian. Dua bulan mengurus percerain kalian pada akhirnya kalian kembali lagi. Kau membuat pekerjaan hakim tersebut sia-sia."

Namjoon tersenyum kecil menyetujui ucapan Hoseok.

"Nanti setelah menikah lagi, jangan bercerai lagi ya." Ujar Hoseok.

"Tidak. Tidak akan pernah."

Bulan kedelapan kehamilan Seokjin mereka menikah. Bukan sebuah pernikahan yang besar. Hanya pernikahan kecil yang dihadiri oleh keluarga dan teman terdekat. Seokjin meminta agar eommanya tidak turut diundang. Hatinya masih tidak menerima wanita tersebut. Namjoon menurut daripada pernikahan itu gagal.

Setelahnya Seokjin kembali ke rumah mereka dulu. Jantungnya berdegup keras saat langkah kakinya semakin mendekati pintu. Namjoon berjalan di depannya. Keduanya masuk ke rumah tersebut.

Seokjin mengamati rumah tersebut. Tidak ada yang berbeda sedikit pun. Letak barang dan lain sebagainya masih sama. Hanya rak sepatu tidak sebanyak dulu. Tentu hanya sepatu Namjoon yang ada di lemari tersebut.


Woof... Woof....

Suara anjing terdengar. Seokjin melihat anjing putih yang dulu dia beli untuk menemani Namjoon.

Astaga, Seokjin sangat merindukan anjingnya ini!

Seokjin tersenyum kecil dengan tatapan teduhnya. Dalam hati dia menggucapkan terima kasih ke Rapmon karena berkat anjing putih tersebut Namjoon tidak merasa kesepian.

Namjoon merendahkan tubuhnya untuk menggendong Rapmon. Namjoon berbalik menatap Seokjin yang ia lihat Seokjin masih terfokus menatap Rapmon.

"Merindukannya?"

Seokjin mendongak menatap Namjoon, beralih kembali ke Rapmon baru mengangguk. "Sangat." Jawabnya.

Namjoon melangkah mendekati Seokjin, menyerahkan anjing putih itu ke Seokjin. "Makanya jangan pergi lagi."

Rapmon sudah berpindah ke Seokjin. Namjoon masuk ke dapur. "Kau dulu atau aku dulu yang mandi?" Tanya Namjoon sedikit berteriak.

Seokjin menurunkan Rapmon, mengelus bulu anjing putih tersebut. "Terserah." Ucapnya.

RetakHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin