Sembilan

5.6K 815 190
                                    

"Kenapa menatapku begitu? Apa penampilanku aneh, Namjoon-ah?"

Namjoon menggeleng. "Tidak. Penampilanmu tidak aneh. Kau tampan."

Tanpa dapat di cegah telinga Seokjin merah. "A-apa sih?"

Namjoon tersenyum melihat Seokjin yang salah tingkah, ia rengkuh pinggang Seokjin agar semakin dekat dengannya. Hari ini adalah hari yang membahagiakan baginya dan Seokjin karena hari ini keduanya mengikat sebuah janji suci. Namjoon mencium sisi kepala Seokjin.

Seokjin mendongak menatap Namjoon. "Kenapa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya ingin menciummu. Kau tau, sekarang rasanya aku terlalu mencintaimu."

.

.

.

Hubungan keduanya kini benar-benar berjarak. Entah kenapa Namjoon begitu malas bertemu dengan Seokjin dan Seokjin yang merasa bersalah lalu menghindar dari Namjoon.

"Kau ada masalah apa dengan Seokjin?" Tanya Hoseok ke Namjoon.

Namjoon nya sendiri tengah sibuk memakan cemilan. "Tanyakan saja padanya. Aku malas membahasnya."

Hoseok menghela nafas. "Aku lebih dekat padamu. Kalau kau tidak mau cerita pasti Seokjin lebih tidak mau."

Namjoon menelan cemilan di dalam mulutnya. "Seokjin mengajakku bercerai."

"Apa?!"

"Atau menyuruhku menikah lagi."

"Apa-apaan?!"

"Itu yang membuatku malas bertemu dengannya. Dia semaunya sendiri."

"Tapi kau juga tidak bisa seperti itu. Aku rasa Seokjin tengah putus asa karena tidak kunjung hamil. Dia sedang bingung."

"Kau pikir aku tidak? Aku pun sama. Aku sama putus asa. Disini bukan hanya Seokjin yang berkorban. Aku pun juga. Kau pikir aku tidak menyalahkan diriku sendiri karena dia tidak kunjung hamil? Kau pikir aku tidak sedih saat dia diam-diam menangis? Kau pikir aku tidak terluka saat dia hanya bisa menatap iri tiap bayi yang lahir dia bantu? Aku merasakan itu, Hoseok-ah. Aku juga merasa sedih. Aku juga merasa terluka. Tapi apa yang Seokjin lakukan? Dia seolah merasa paling menderita."

"Aku mengerti."

"Tidak, kau tidak mengerti. Kau belum menikah."

Hoseok menghela nafas. "Oke, terserah."

Namjoon hanya mengedikan bahu dan sibuk dengan buku yang akan dia baca. Hoseok menopang dagu dan menatap wajah serius Namjoon. Untuk persekian detik keheningan yang menyapa.

"Perasaanku saja atau kau semakin gendut?" Tanyanya.

"Aku sedang stress jadi banyak makan." Jawab Namjoon ketus tanpa mengalihkan fokusnya dari buku.

Hoseok mengangguk saja. Namjoon jadi sangat sensitif. Mengerikan.


Tok...

Tok...


Suara ketukan dua kali, Namjoon mempersilahkan masuk. Seorang perempuan berambut panjang dengan ujung yang ikal serta jas putih sebagai tanda dia juga dokter masuk.

"Hey, Amy!" Sapa Hoseok.

"Oh, hallo dokter Jung." Amy masuk ke dalam dan menutup pintu tersebut. Di tangannya ada kotak makan.

RetakWhere stories live. Discover now