Sepuluh

5.7K 815 128
                                    

"Seokjin, bagaimana?"


CKLEK...


Pintu kamar mandi terbuka. Namjoon seketika menengakkan tubuhnya, melihat Seokjin yang hanya berdiri mematung di ambang pintu dengan kedua tangan memegang tespek. Melihat bagaimana Seokjin yang terdiam dengan kepala menunduk serta mata menatap sedih tespek di tangannya, tanpa Seokjin berkata pun Namjoon tau hasilnya apa.


Namjoon mendekat ke Seokjin, menarik Seokjin ke dalam pelukannya. "Tidak apa-apa. Jangan sedih. Itu tandanya kita bisa menghabiskan waktu berpacaran setelah menikah lebih lama." Namjoon mengelus kepala Seokjin. Di rasakan Seokjin menangis. "Sudah, jangan menangis. Kelak pasti anak itu datang." Namjoon mencium pucuk kepala Seokjin.


Bukannya diam, Seokjin semakin menangis. Seokjin tidak menyangka rasanya sekecewa ini. Ya, ini kali pertama dia memeriksa dan ternyata hasilnya negatif. Rasa bahagia yang ada sebelum hasil tespek itu menunjukan hasil negatif kini hilang digantikan rasa kecewa.

Sebenarnya Namjoon pun sama. Dia juga sedih dengan hasil yang di dapat tapi dia sadar saat dirinya juga sedih lalu siapa yang akan menguatkan Seokjin? Maka dari itu berlagak baik-baik saja Namjoon ambil walau itu sangat sulit.

.
.

.

.


"Hallo, Hoseok-ah,"

"Hmm, kenapa?"

"Bantu aku."

"Hoam~ bantu apa? Cepatlah aku mengantuk."

"Bantu aku mencari pengacara."

"Untuk apa, Namjoon-ah?"

"Untuk perceraiku dengan Seokjin."

"APA?!"

Namjoon menjauhkan ponselnya dari telinga kala Hoseok berteriak. Namjoon berdecak sebal lalu kembali mendekatkan ponsel itu ke telinganya. "Aku bilang, untuk perceraiku dengan Seokjin."

"Berhenti berkata konyol! Ini sudah malam."

"Aku serius. Aku akan bercerai dengan Seokjin. Toh untuk apa mempertahankan pernikahan kalau Seokjin sendiri menyesal dengan pernikahan ini."

"Namjoon, pikirkan baik-baik. Seokjin sedang kalut."

"Apa sebegitu kalutnya sampai dia mengatakan menyesal menikah denganku?"

"Astaga, Namjoon!"

"Berhenti menyalahkanku! Aku hanya menuruti kemauannya. Dan jangan ikut campur urusanku dengan Seokjin."

"Namjoon, kau benar-benar aneh." Hoseok menghela nafas di seberang sana. "Baiklah, akan aku carikan pengacara untukmu."

"Terima kasih."

"Hmm."

"Dan silahkan tidur kembali."

"Aku tidak bisa tidur, bodoh. Kau mengejutkanku dengan ucapanmu."

"Kalau begitu sampai jumpa besok. Dan jangan lupa pengacara untukku."

"Namjoon, pikirkan baik-baik keputusan kalian. Aku tidak mau ka-"




PIP....




Sambungan diputus sepihak oleh Namjoon. Namjoon menghela nafas, menatap langit-langit kamar tamu yang terletak di lantai bawah. Dia abaikan Hoseok yang pasti mengomel karena ucapannya dipotong begitu saja. Kepalanya begitu pusing, tubuhnya begitu kaku dan Namjoon pun memutuskan untuk berendam di air hangat.

RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang