Delapan

5.4K 780 138
                                    

"Aku akan melanjutkan kuliahku dan mengambil spesialis."

"Yah, aku semakin susah mengejarmu. Otakku tidak mampu kalau harus mengambil spesialis."

"Ey, kenapa begitu? Aku akan mengajarimu. Dan apa-apaan mengejarku? Tidak ada kata mengejarku. Yang ada kau berjalan bersamaku. Kau di sampingku."

"Wahhh aku tersanjung. Akhirnya setelah dua tahun lebih aku mengejarmu akhirnya kau jatuh juga padaku."

Namjoon tersenyum memperlihatkan dimple miliknya. Tangan besarnya mendarat di kepala Seokjin. "Terima kasih."

Seokjin hanya tertawa lebar. Terlihat sekali dia sangat senang.

Tidak ada alasan khusus Namjoon mengatakan terima kasih. Dia hanya berterima kasih dengan Seokjin karena mampu bertahan dengannya dari dirinya yang begitu dingin namun kini menjadi hangat. Namjoon sadar dia mencintai Seokjin dan dia berjanji tidak akan melepas Seokjin.

"Seokjin, ayo menikah."

"Hah?!!"

.

.

.

Namjoon menyandarkan tubuhnya di kursi kerja miliknya. Hari ini dia baru beres melakukan semua pekerjaannya; operasi, pemeriksaan di poli serta ruangan dan lain sebagainya. Kini tubuhnya meronta meminta istirahat. Ini sudah berlangsung berhari-hari. Dan sudah berhari-hari pula dirinya begitu mudah lelah. Namjoon sadar imunnya sedang turun dan mungkin saja dia akan sakit.


Tok
Tok


Bunyi ketukan pintu dua kali, Namjoon mempersilahkan masuk dan rupanya Hoseok yang mengetuk. Teman sejawatnya ini masuk ke dalam ruangan tak lupa untuk menutup pintu itu lagi.

"Kau sudah makan?" Tanyanya seraya duduk di kursi depan Namjoon.

Namjoon masih menyandarkan tubuhnya. "Belum."

"Kalai begitu ayo makan sore. Perutku lapar dan baru sekarang aku bisa ke kantin."

Namjoon mengangguk.

"Ayo!"

Namjoon berdiri mengikuti Hoseok untuk ke kantin rumah sakit. Di sepanjang jalan banyak yang menyapa kedua dokter tampan ini.

"Kau sedang sakit?" Tanya Hoseok.

"Akan sakit, sepertinya." Balas Namjoon begitu lemas.

"Wajahmu pucat."

"Hmm,"

"Eh, bukankah itu Seokjin?"

Namjoon mendongak melihat arah yang ditunjuk Hoseok. Benar saja, Seokjin di sana bersama temannya; Amy. Namjoon menghampiri Seokjin. Beberapa hari ini juga mereka jarang menghabiskan waktu berdua. Seokjin dengan kesibukannya dan Namjoon dengan kesibukannya. Keduanya kadang bertemu hanya di malam hari itupun kepotong mereka yang tidur atau bahkan Seokjin yang lebih memilih tidur di apartemen dengan alasan dekat dengan rumah sakit. Namjoon juga kadang tidur di apartemen Seokjin.

"Hey," sapa Namjoon.

Seokjin dan Amy yang tengah berbincang di sudut kantin menengok.

"Hey, by."

Namjoon merendahkan tubuhnya untuk mencium kening Seokjin lalu duduk di antara Seokjin dan Amy begitupun dengan Hoseok yang duduk di depan Namjoon. Kini meja bulat dengan empat kursi yang mengitari terisi penuh.

RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang