Epilog

11.1K 856 212
                                    

Pagi ini Seokjin bangun lebih lambat dari Namjoon -ah, biasanya juga Namjoon yang bangun lebih dulu.

"Pagi," Namjoon mencium kening Seokjin.

"Hmm, pagi." Seokjin menjawab dalam posisi masih terlentang. "Namjoon, ambilkan aku minum hangat."

"Okay, sebentar." Namjoon yang sedang membenarkan kemeja kerjanya melesat ke dapur. Pagi ini dia akan melakukan operasi yang akan memakan waktu lama.

Tangan Seokjin terulur ke meja nakas dan mengambil toples berisi oat. Dibukanya toples tersebut dan diambilnya oat untuk ia makan. Namjoon datang dengan sebotol air hangat, ia letakan botol itu di meja nakas lalu pria tampan itu duduk di sisi ranjang. Seokjin menaruh toples kecil itu ke meja nakas lalu mengambil botol yang juga ada sedotannya, meminum beberapa teguk air hangat baru dia berangsut duduk.

Namjoon mencondongkan tubuhnya seraya mengusap rempahan oat di sudut bibir Seokjin. "Mau aku siapkan air hangat untuk mandi?"

Seokjin menggeleng, "tidak usah. Kau bangunkan Soobin saja dan mandikan dia. Apa bisa?"

Namjoon tersenyum kecil, "tentu." Namjoon berdiri mencium pipi Seokjin sebelum melesat ke kamar anaknya.

.
.

Ruang poli di rumah sakit pada hari senin memang sangat sibuk. Itulah yang terjadi pada Seokjin. Seokjin yang sekarang berada di poli kandungan sedang melakukan pemeriksaan pada pasiennya yang berada di trimester 2. Usia muda dengan kehamilan pertama. Masih banyak bertanya.

"Bagaimana sekarang?" Tanya Seokjin sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

"Sudah tidak muntar-muntah lagi, dok. Sudah nyaman pokoknya." Kehamilan pada trimester kedua memang kehamilan ternyaman. Dan masalah mual muntah biasa terjadi pada masa awal kehamilan. Mual muntah dipagi hari atau morning sickness ini dimaklumkan saat tidak mengganggu kebutuhan cairan elektrolit, membuat dehidrasi, atau bahkan penurunan berat badan. Saat hal itu terjadi berarti orang tersebut mengalami hiperemesis gravidarum .

Seokjin mengangguk seraya tersenyum paham. "Kita periksa ya." Seokjin melakukan pemeriksaan.


Ada yang bertanya Soobinie dimana? Anak berumur tiga tahun itu tengah bermain di tempat penitipan anak yang ada di rumah sakit ini.

Waktu berlalu dan kini istirahat makan siang. Poli sudah mulai sepi dan Seokjin bisa bernafas lega. Seokjin mengambil permen karet di saku jas dokternya, membuka bungkus lalu menguyahnya. Permen karet non sugar untuk mengurangi rasa ingin meludahnya. Sambil mengotak-atik ponsel Seokjin mengunyah permen karet tersebut. Saat merasa permen karet tersebut sudah tidak terlalu enak, Seokjin mengambil tisu dan membuangnya di sana.

"Appa!"

Seokjin melihat sang anak berlari lalu menubruk kali Seokjin. Memeluknya. "Hello, nak." Seokjin mengelus rambut sang anak.

Soobin mendongak menatap Seokjin. Seokjin berdiri dari kursi, mengandeng tangan Soobin. "Mau makan?"

Soobin mengangguk semangat.

"Dokter Kim," seseorang datang dengan nafas terengah. "Soo-soobin,"

"Hello, noona," sapa si bocah begitu ceria.

Perempuan muda berambut panjang nan hitam bernama Minjoo itu terkejut melihat Soobin sudah berada digandengan Seokjin. "Soobinie, noona mencarimu." Bahunya turun kebawah, merasa lega Soobin ketemu. Akan sangat berbahaya kalau misalnya bocah tampan itu bilang. Kedua orang tuanya mengerikan. Salah-salah Minjoo bisa di suntik oxytocin oleh Seokjin dan dipatahkan tulangnya oleh Namjoon. Membayangkannya saja sudah mengerikan.

RetakWhere stories live. Discover now