Tujuhbelas

8.3K 940 236
                                    

Seokjin menjalani harinya dengan baik. Dia sudah kembali bekerja dengan jam yang tidak seberat sebelumnya, tubuhnya kembali sehat tidak ada wajah pucat yang ada wajah meronanya. Seokjin juga rutin memeriksa dirinya. Walaupun dia dokter namun dokter tetap membutuhkan dokter lain untuk memeriksanya. Dokter yang menanganinya adalah Jaejoong. Seokjin selalu saja kena omel oleh seniornya itu.

Kini kandungannya sudah masuk bulan kelima. Dan sejak tau Seokjin mengandung Namjoon menemaninya dengan baik.

Rencananya hari ini Seokjin akan memeriksa kandungannya nanti setelah dia memeriksa pasiennya dulu dan membereskan jadwal operasi yang akan dia lakukan. Berat badannya terus naik membuat pipi itu semakin gembil dan jerawat di wajahnya tidak kunjung hilang. Namun Seokjin tampak tidak peduli dengan jerawat yang tumbuh di wajahnya.

Seokjin telah selesai memeriksa pasien, melakukan operasi tinggal sekarang dia menunggu Namjoon karena katanya mantan suaminya itu mau ikut menemani Seokjin untuk memeriksa bayi mereka.

"Kau perawatan rambut?" Tanyanya begitu sampai di samping Seokjin. Pagi tadi mereka tidak berangkat bersama karena Namjoon yang katanya kesiangan sedangkan Seokjin harus berangkat pagi.

"Apa itu sapaan yang pantas saat bertemu?" Tanya Seokjin dengan nada sarkas.

Namjoon tersenyum. "Oke, sorry. Kita ulang. Hey, Seokjin."

Seokjin terkekeh, "hey, Namjoon."

Mereka pun berdiri berdampingan menuju ruang dokter Jaejoong. Keduanya sudah tidak menggunakan jas putihnya. "Kau perawatan rambut?" Tanya Namjoon melihat rambut hitam Seokjin yang tampak sehat.

Seokjin sedikit mendongak untuk menatap Namjoon. "Aku mandi saja malas apalagi untuk perawatan rambut."

Oke Namjoon mengerti. Sejak hamil Seokjin juga malas mandi. "Bagaimana flu mu?"

Seokjin sudah beberapa hari ini terkena flu. Hidung Seokjin mampet sejak beberapa hari ini. "Membaik tidak separah sebelumnya." Ujar Seokjin.

"Kau masih menggunakan ac saat tidur?"

"Ya. Karena sangat panas kalau aku mematikan ac."

"Tapi hidungmu akan semakin mampet." Protes Namjoon.

Seokjin juga sejak hamil semakin ngeyel saat diberitahu. Sangat keras kepala. "Ya, nanti aku naikan suhunya."

Namjoon hanya bisa menghela nafas. "Kau harus menyiapkan dirimu saat nanti diperiksa."

Seokjin mengerti arti ucapan Namjoon. Bahunya refleks turun. "Ya, aku tau. Dokter Kim Jaejoong pasti akan mengamuk."

"Ya, apapun kesalahanmu pasti akan di amuk. Apalagi tau kau flu."

"Ya, aku tau."

"Makanya dengarkan aku."

"Ya, ya."


Tibalah dia di ruang rawat Jaejoong. Setiap cek kandangan Seokjin selalu takut karena kesalahan kecil yang dilakukannya dia akan kena amuk seniornya ini.

Kini Seokjin telah melakukan usg, matanya melihat layar dimana sang bayi terlihat.

"Aku tidak perlu menjelaskan secara detail kan?" Tanya dokter senior itu.

Seokjin cemberut.

"Oke, aku jelaskan."

Seokjin tersenyum.

"Dokter Kim, sini. Kau tidak mau melihat anakmu?"

Namjoon yang tadi berdiri kaku di dekat meja dokter pun mendekat. Dilihatnya di layar monior sang bayi yang tidak terlalu jelas.

RetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang