Sebelas

5.7K 840 117
                                    



Segala dokumen untuk perceraian sudah dikumpulkan; surat nikah asli, surat nikah fotocopy, kartu tanda penduduk dan lain sebagainya. Segala bentuk dokumentasi dan persyatan lainnya sudah terpenuhi berkat pengacara masing-masing karena keduanya beralasan sibuk. Dan kini tanggal persidangan sudah di tentukan.

Dan hari ini tepatnya sidang pertama berlangsung. Seokjin dan Namjoon beserta pengacara masing-masing menunggu untuk di panggil.

Seokjin menunduk dengan perasaan campur aduk; takut, sedih, marah, semua terkumpul jadi satu sampai Seokjin bingung bagaimana perasaannya sekarang. Seokjin meremas tangannya sendiri, kakinya tidak bisa diam dan beberapa kali Seokjin menggigit bibirnya.

"Berhenti menggigit bibirmu. Bibirmu bisa terluka."

Seokjin menengok ke Namjoon yang berujar tanpa menatapnya. Tatapannya turun ke tangan Namjoon yang dimasukan ke saku celana. Wajah Namjoon begitu datar membuat Seokjin tidak tau apakah Namjoon sama gugupnya dengannya atau tidak. Melihat ke tangan Seokjin tidak tau apakah tangan Namjoon berkeringat karena gugup atau tidak.


"Dipanggil penggugat atas nama Kim Namjoon beserta kuasa hukumnya bersama tergugat atas nama Kim Seokjin beserta kuasa hukumnya, dipersilahkan memasuki ruang sidang utama." terdengar pemanggilan oleh panitera pengganti.

Seokjin menarik nafas panjang, menahannya selama tiga detik dan menghembuskannya secara perlahan. Itu dilakukan untuk menenangkan jantungnya yang berdegup begitu kencang. Pintu ruang sidang terbuka. Seokjin bisa melihat dari sisi wajah Namjoon yang begitu datar. Seokjin seolah melihat bagaimana dulu dia mengenal Namjoon; dingin.

Keduanya duduk bersebelahan di kursinya masing-masing. Hakim persidangan pun bersuara membuka persidangan dan menanyakan kuasa hukum masing-masing. Hakim pun meminta surat keterangan advokat dari kedua belah pihak pengacara. Hakim melihatnya dengan teliti. Setelahnya keduanya kembali duduk ke tempat duduknya masing-masing. Persidangan di mulai hingga sampai ke sebuah pertanyaan dari hakim yang diajukan untuk keduanya.

"Saudara penggunggat dan saudara tergugat. Saudara berdua harus menjalankan mediasi. Saudara akan mengggunakan mediator dari dalam atau dari luar?"

Namjoon menjawab, "dari dalam."

Seokjin melirik sebentar ke Namjoon yang tidak meliriknya sedikit pun. Seokjin kembali melihat ke hakim. "Dari dalam."

Sang hakim menujuk seorang yang akan menjadi mediator untuk ke duanya. Sidang pun ditunda untuk proses mediasi. "Sidang di tunda 3 Minggu."

Ketukan palu menandakan sidang pertama atau sidang perdamaian ditutup.

.
.

Seokjin memutuskan untuk tinggal di rumah ibunya. Dan kini ibu dan anak ini tengah duduk berdua di ruang tengah, menonton salah satu drama kesukaan ibunya. Seokjin tidur dengan paha ibunya sebagai bantal, tangan ibunya mengelus kepala Seokjin.


Sudah berapa lama Seokjin tidak manja seperti ini?



"Nak,"

Tidak ada jawaban dari sang anak.

Sang ibu menunduk menatap Seokjin yang tengah menatap kosong televisi di depannya; Seokjin tengah melamun. "Nak, masih belum terlambat untuk membatalkan perceraian kalian."

Seokjin memejamkan mata. Dia terlalu lelah mendengar kata-kata ini.

"Ibu tidak mau kau menyesal. Kau tau, nak. Cerai itu tidak mudah. Kalian akan melewati banyak sidang. Kalian akan banyak terkuras emosi. Jadi pikirkan baik-baik."

Masih memejamkan mata, Seokjin menjawab. "Aku yakin aku bisa melewati itu. Ibu dan ayah saja bisa kenapa aku tidak."

Sang ibu terdiam.

RetakWhere stories live. Discover now