Lima

6.2K 797 117
                                    

Berlatar di perpustakaan, Seokjin dan Namjoon tengah belajar untuk mempersiapkan ujian. Dengan kacamata baca keduanya sibuk membaca namun lama kelamaan Seokjin menyerah. Kepalanya seolah keluar asap sedangkan Namjoon masih fokus membaca.

"Pst.. Namjoonie,"

Namjoon mendongak menatap Seokjin. "Hum?"

Seokjin memainkan jari Namjoon dan Namjoon diam saja tidak menolak.

"Kenapa?" Tanya Namjoon berbisik.

"Coba tebak hari jadi kita besok yang keberapa?"

Namjoon tampak menatap Seokjin kesal, "kau menggangguku cuma untuk bertanya hal seperti ini?"

"Ih, jawab saja. Yang keberapa?"

Namjoon menghela nafas. "Yang ke satu."

"Yey, benar! Selamat anda mendapatkan cinta yang begitu besar dari Seokjin tanpa di potong pajak tapi terus berbunga!"

Namjoon memajukan badannya, mencubit hidung bangir Seokjin. "Diam dan belajar. Kau berisik!"

Seokjin memukul-mukul punggung tangan Namjoon, Namjoon menjauhkan tangannya dari hidung Seokjin. "Dasar tidak bisa di ajak romantis." Gerutunya.

"Ssstttt!!"

"Iya, iya, aku diam!"

Seokjin berujar kesal ke yang lain. Namjoon yang melihat Seokjin cemberut hanya tertawa.

Awal hubungan mereka memang Namjoon merasa dipaksa. Tapi seiring berjalannya waktu Namjoon merasa nyaman. Dia merasa adanya Seokjin dikehidupannya hidupnya jadi tidak monoton.


.

.





"Rapmonie~"


Guk... Guk....


Anjing putih yang sudah menjadi peliharaan Seokjin sejak dua minggu yang lalu menyalak, menghampiri Seokjin dengan ekor bergerak-gerak. Seokjin merendahkan tubuhnya untuk menggendong anjing putihnya ini. Dibelakangnya Namjoon membereskan sepatu miliknya dan Seokjin -meletakannya di rak sepatu. Mereka berdua baru pulang kerja.

Keadaan Seokjin sudah membaik. Beginilah Seokjin. Seharian dia akan bersedih namun di hari berikutnya dia (berusaha) tidak bersedih. Namjoon juga tau alasan Seokjin beberapa hari yang lalu memilih di rumah ibunya karena lagi-lagi hasilnya negatif. Sebenarnya Namjoon juga sedih tapi dia sadar Seokjin lebih sedih jadi Namjoon tidak akan mengungkitnya. Bersikap tidak tau lebih baik daripada membuat Seokjin kembali sedih.

"Nanti kita ke rumah ayah ya," Rapmon, anjing putih yang menggemaskan berada digendongan Seokjin.

Ayah yang dimaksud di sini adalah ayah kandung Seokjin.

"Jam berapa?"

"Malam ini." Tangan Seokjin mengelus bulu anjing tersebut.

"Mendadak sekali. Kenapa tidak besok?"

Seokjin menggeleng. "Tidak bisa. Besok aku ada janji dengan ibuku. Ibuku mau memberiku syal buat nanti liburan kita sebelum berangkat ke bandara."

"Baiklah. Aku ambilkan kandang dan makanan Rapmon dulu." Namjoon pun bergegas mengambil kandang berwarna biru milik anjingnya dan beberapa makanan Rapmon.

RetakNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ