PROLOG📝

45.8K 1.1K 13
                                    

Burung-burung berkicau merdu diudara, suara pujian untuk sang baginda sudah terdengar dari sudut samping pesantren. Matahari saja sudah hampir tenggelam, berbeda dengan gadis yang tengah asik duduk di bawah pohon sambil menulis sesuatu diatas buku.

Gadis itu bernama NurFatimatu Zahra, usianya masih 18 tahun. Dia tengah menginjak kelas XII, yang mana sebentar lagi akan menghadapi UNBK. Ning Zahra? Yaa dia kerap di panggil dengan sebutan Ning Zahra, karna ia adalah anak Kyai Muhammad Ali, yang memiliki pondok pesantren di Jawa Timur bernama Pondok Pesantren Al-Qur'annul Karim.

Santri di pondok itu sudah ribuan, sekitar 3000 santri putra dan 4000 ribu santri putri. Ning Zahra juga mempunyai kakak laki-laki yang bernama Muhammad Bayu Al-Ahkam. Kini ia sedang menuntaskan S3 nya di Cairo Al-Azhar.

Saat merasa cukup dengan kegiatannya, gadis itu mulai beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi menelusuri koridor pondok. Hapir tiap langkah ia mendapat sapaan ramah dari santri-santri sang Abi. Setibanya di depan pintu, ia mendengar seorang yang tengah terisak di dalam. Tanpa mengucap salam ia menerobos masuk kedalam dan mencari sumber suara. Didapatinya seorang wanita paruh baya. Zahra menyimpan buku-bukunya diatas meja dan ikut duduk disamping sang Umi.

"Umi. Umi kenapa?"

Wanita Paruh baya itu menatap sang putri dengan penuh arti. "Masmu, nduk."

"Iyah mas Ahkam kenapa umi?"

Nyai Khodijah menyeka air matanya yang sejak tadi berjatuhan. "Dua minggu lagi masmu pulang."

Zahra tersenyun lebar. "Alhamdulillah. Apa Abi sudah tau tentang ini?"

"Belum, karena beliau belum pulang dari pondok putra, biar nanti umi yang kasih tau Abimu tentang kabar bahagia ini."

"Baiklah. Yasudah Zahra ke kamar dulu ya, mau siap-siap shalat magrib," ucap Zahra sambil mengambil buku-bukunya di atas meja.

"Iyah Nduk," jawab Nyai Khodijah.

Zahra langsung pergi meninggalkan Uminya dan mulai beranjak menaiki anak tangga. Sesampainya di kamar dia menyimpan buku-bukunya di atas nakas dan langsung beranjak ke wc untuk menggambil whudu. Setelah terdengar adzan Magrib ia langsung melaksanakan shalat berjamaah di masjid bersama para santri.

Setelah selesai melaksanakan kewajibannya, ia duduk di tangga masjid besama sahabatnya yang tak lain adalah Aisyah.

"Ning, sampeyan kalo udah lulus mau lanjut kuliah apa nikah?" Tanya Aisyah dengan menatap lekat wajah lawan bicaranya.

"Ndak tau aku Sya."

"Loh, sampeyan ini kok gitu sih Ning, kayak gak punya masa depan gitu."

"Bukan gitu Sya. Sejujurnya aku ingin melanjutkan studi ku di Amrik, tapi Abi tidak mengijinkannya."

"Terus?"

"Ya mau tidak mau aku harus melanjutkan studi ku disini aja."





Siti Haryati
Sukabumi, Jawa barat
05-Des-2019
________________________________________




A Story By SitiHaryatiOfficial

Imamku Pilihan Abi [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang