Takut?

20 10 0
                                    

"Bam? Lo gak papa?" Moulyn khawatir, langsung masuk kedalam kamar rumah sakit dan diikuti oleh Jeyhan dibelakang.

Cowok itu menghela napas, kemudian menggeleng pelan. "Gapapa elah. Gue kan jagoan," jawab Bamantara sambil tertawa kecil.

"Lagian lo kenapa bisa jatuh sih anjir?" tanya Jeyhan yang kemudian menyentil kuping Bamantara dengan pelan. Tak peduli cowok itu kesakitan atau tidak.

"Habis salto gue," jawab nya tanpa dosa. Moulyn mengumpat dalam hati. Tapi lega ketika melihat cowok didepannya baik-baik saja. Hanya ada luka lebam dan tak perlu dirawat.

"Yaudah, gue balik ya? Jam istirahat mau selesai. Lo gak balik, Mou?" tanya Jeyhan yang sudah berjalan keambang pintu.

Moulyn tersenyum dan menggeleng. "Enggak, Han. Makasih ya udah anter gue kesini," jawabnya dan dibalas senyuman oleh Jeyhan sebelum cowok itu meninggalkan mereka berdua.

Moulyn menghela napas, memukul kasur dan menatap Bamantara dengan sinis. "Lo tuh kenapa gak hati-hati sih?! Kalo sampe kepala lo berdarah terus lupa ingatan gimana?!" tanya Moulyn kesal. Walau amarahnya tak bisa ia keluarkan semua lantaran Bamantara tengah sakit.

"Tali sepatu gue belum diiket, pas turun malah jatuh."

"Untung gak ada luka serius, kan?" Moulyn bertanya dengan nada memelan. Mencoba menahan amarahnya lagi setelah melihat muka Bamantara yang memelas.

Bamantara menggeleng sambil menunjukkan senyum yang mengembang diwajahnya. Mendadak, jantung Moulyn kembali berdebar. Ia menunduk, menggenggam tangan Bamantara dengan kencang. Bamantara bisa merasakan kalau tangan gadis itu gemetar. Yang kemudian tangannya basah dengan air mata Moulyn.

"Mou? Kok lo nangis? Heh, gue gapapa. Iya, gue minta maaf." Bamantara mencoba menghapus air mata Moulyn, tapi terus-terusan membasahi pipinya.



"Kenapa.... kenapa lo selalu masang senyum kayak gitu..."

Bamantara berhenti mengusap air mata gadis yang ada disampingnya. Tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Moulyn.





"Kalo lo senyum gitu, gue jadi ngeliat lo kayak kuda keledai tau." Moulyn kembali menangis dengan wajahnya yang memerah.

"BANGSAT. SLEK KITA." Bamantara mendorong pundak Moulyn dengan pelan, namun perempuan itu kembali tertawa dan buru-buru mengusap air matanya.

"Gimana akting gue? Ok nggak?" tanya Moulyn sambil merubah posisi duduknya dengan wajahnya yang antusias, membuat laki-laki didepannya itu tak mengerti apa yang dimaksud Moulyn.

Moulyn berdecih sembari memukul pelan pipi Bamantara. "Lo kan tau gue mau jadi aktris. Kebetulan sepupu gue bilang ada yang mau casting gitu, Bam. Ya iyalah gue mau," jawab Moulyn dengan nada bicaranya yang sombong.

"Elu? Mau jadi aktris? Hahahahaha anjir, elu nih ya, belum di-casting aja pasti udah ditolak duluan, Mo. Percaya sama gue," jawab Bamantara yang langsung tertawa kencang. Membuat Moulyn disebelahnya mencubit pergelangan tangan laki-laki itu.

"Tapi beneran mau jadi aktris, Mo? Kenapa nggak mau jadi Youtuber aja kayak Ria Ricis gitu? Atau lo jadi apa kek asal jangan jadi aktris. Nih ya, kemampuan akting lo tuh masih payah. Ya elah kaga selevel sama Natasha Wilona, njir." Bamantara mementikkan jarinya dan langsung melipat kedua tangan didepan dadanya. Moulyn yang mendengar itu langsung memutar kedua bola matanya dengan malas.

Perempuan itu berdiri, membenarkan kunciran rambutnya. "Dah buruan pulang, gue tunggu diluar," kata Moulyn yang langsung pergi meninggalkan Bamantara sendirian didalam ruangan yang serba putih itu.







"Apa sih lo, Bam? Takut kalo Moulyn pergi?"













1:31 AM (BamBam - Momo) 1.0 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang