Hari-hari Yang Kita Lewati

12 4 0
                                    

Jalanan ramai dipenuhi oleh kendaraan. Lampu-lampu yang menyala, indah ketika dilihat. Langit mulai memunculkan warna oranye, begitu pula angin yang mulai kencang. Kini, Bamantara dan Moulyn memutuskan untuk pulang tanpa menaiki angkutan umum. Moulyn merengek memilih jalan kaki pada Bamantara. Katanya, suka aja nikmatin keadaan sore gini.

Moulyn masih fokus dengan rumah-rumah atau toko-toko yang ia lewati. Sesekali terkejut mengetahui karena pertama kali baru melihat ada toko disini.

"Lo kenapa sih, pengen banget jalan kaki? Rumah kita jauh loh, Mou. Setengah jam baru nyampe," rengek Bamantara kesal sambil sesekali menendang batu kecil oleh kakinya.

Moulyn menoleh kearah Bamantara, namun malah tertawa kecil dan kemudian menghela nafas, kembali fokus pada pemandangan sore hari. "Nggak papa sih, sekalian lo keluarin rasa stress lo gara-gara berhenti perjuangin Hana," jawab Moulyn, namun ada maksud untuk menyindir.

Bamantara menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Menghela nafas, seakan-akan ingin mengeluarkan beban yang selama ini ia pendam terlalu lama.

"Waktu itu elo gimana sama Selly?" Bamantara membuka suara dengan pertanyaan, tanpa menolehkan kepalanya, hanya menduduk memandangi langkah kakinya.

Moulyn menengok, agak bingung. "Gimana apanya?" tanyanya tak mengerti, membuat Bamantara mengangkat pandangannya dan lurus kedepan.

"Ya... waktu Selly ditinggal Mark, lo tenangin Selly gimana?" tanya Bamantara yang kemudian menengok kearah Moulyn, langsung dibalas anggukan Moulyn yang paham.

"Lo kan tau Selly tuh orangnya gimana. Cerita kalo ada maunya doang. Kalopun gitu, harus dipaksa dulu. Kadang, gue ngerasa, sebanyak apapun temen gue dikelas, gue nggak pernah tau semuanya tentang mereka." Moulyn menjawab dengan serius, agak antusias. Sementara Bamantara mengangguk mengerti. Memang, teman satunya ini selalu saja dianggap'Ibu' oleh murid-murid kelas, namun terkadang Moulyn selalu gagal menjadi Ibu untuk mereka.

"Gue aja kaget waktu tiba-tiba Selly pacaran sama Jeyhan. Padahal, Selly tuh jarang ngomongin dia suka sama Jeyhan, tau-tau pacaran aja. Gue kira dia bakal sama si Mark itu tuh. Tau gitu kan, gue aja yang ngincer si Mark," ujar Moulyn kesal sambil mengingat kala itu, membuat Bamantara tertawa ngakak.

"Elo mau deketin Mark? Nolak duluan dianya," jawab Bamantara yang masih tertawa, langsung dibalas pukulan dilengan oleh Moulyn.

Mereka kembali diam. Keadaan menjadi hening. Hanya suara kendaraan yang terdengar, juga sesekali obrolan dari orang-orang yang mereka lewati. Menyisakan angin sepoi yang menghembus mereka berdua.

Sebenarnya, hanya ini yang Moulyn inginkan. Berjalan berdampingan berdua diwaktu yang pas, tanpa ada obrolan dan suara. Hanya untuk berfikir, apakah mereka sudah menjadi yang terbaik atau justru sebaliknya. Rasanya seperti, Moulyn menyuruh Bamantara untuk berfikir.

Bamantara mengangkat kepalanya, melihat gerobak gulali ketika mereka sudah memasuki perumahan. Ramainya pedagang, dimulai dari lauk-pauk atau jajanan kecil untuk anak-anak. Tapi, pandangan Bamantara hanya terfokus pada gulali.

"Mou, tunggu bentar, ya?" Bamantara menahan Moulyn untuk diam, langsung berlari menghampiri pedagang gulali yang tengah melayani pembeli juga. Moulyn menghela nafas, agak kesal karena ia ingin cepat-cepat pulang.

Akhirnya,gadis itu menunggu dipinggir pedagang cimol. Ia mengamati Bamantara yang asikmenunggu pedagang gulali sembari tertawa ria. Sesekali—kelihatannya—bertanyasembari menunjuk-nunjuk gulali yang tengah dibuat. Memang, walau kelihatanpendiam, Bamantara sebenarnya termasuk orang yang mempunyai banyak pertanyaandiotaknya, alias kepo.


"Neng, nggak beli cimol? Enak nih buat dimakan sambil nungguin bebeb," ujar tukang cimol disebelahnya yang terlihat tengah menggoreng cimol, sesekali bernyanyi lagu dangdut yang tak Moulyn mengerti, namun pernah mendengarnya.

1:31 AM (BamBam - Momo) 1.0 ✔Where stories live. Discover now