Cerita Lama

14 6 0
                                    

Hana menutup loker miliknya setelah berkaca. Membenarkan kuncirannya, kemudian menghela nafas sebentar. Ia melihat kedua temannya yang tengah menunggu, langsung saja Hana berlari menghampiri.

Namun langkahnya terhenti, melihat seseorang yang berlari dari dalam lorong dengan tertawa kencang. Kemudian melihat kebelakang, seakan menunggu sesuatu. Hana mengangkat tangan kanannya, tersenyum, hendak melambai kearahnya. Namun tangannya perlahan menurun, senyumnya mulai memudar, melihat cowok itu tak menatapnya, tak menyadari keberadaannya disitu.

Hana melihat Bamantara yang tengah kejar-kejaran dengan Moulyn. Terlihat ekspresi Moulyn yang marah, sementara Bamantara terlihat tertawa, senyum lebarnya terangkat sangat lama. Membuat Hana menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lagi, deh. Jail banget ya, Kak?" kata Hana pelan pada dirinya sendiri, terus melihat Bamantara yang kini keluar dari gedung bersama Moulyn.

Ia memutuskan untuk melangkah, namun lagi-lagi langkahnya terhenti. Menyadari ada sesuatu yang aneh, yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia memiringkan kepalanya, mengingat-ingat. Kemudian menatap kearah luar pintu kaca, tak menemukan sosok yang ia temui sebelumnya tadi. Aneh.

Hana berjalan menghampiri Dini dan Acha, ia diapit oleh kedua temannya. Mereka mengobrol soal ulangan harian besok, mengeluh pada Hana yang paling pintar diantara mereka bertiga. Tapi sebenarnya, dari tadi, ia tak mendengarkan obrolan kedua temannya itu. Melamun lebih lama, mencoba mencari tahu mengapa rasanya aneh saat tadi melihat Bamantara dan Moulyn berdua, padahal sebenarnya memang sudah biasa.

"Hana! Lo kenapa sih?" Suara Acha membuat lamunan Hana buyar. Gadis itu melihat kearah Acha dengan linglung.

"Gue mau tanya." Hana menghentikan langkahnya, membuat Acha dan Dini juga ikut berhenti.

Hana menatap kearah mereka berdua. "Kalian pernah ngerasa aneh nggak sih, tiap liat cowok sama cewek yang lagi berduaan? Kayak ada perasaan yang ganjal," tanya Hana untuk meyakini perasaan apa yang ia rasakan tadi.

Acha dan Dini saling lirik.

"Cemburu?" Kompak, mereka berdua balik bertanya.

"Atau iri? Iri karna harusnya lo ada diposisi cewek itu. Siapa? Kak Naufal jalan bareng siapa?" tanya Dini sudah penasaran, langsung memegang lengan Hana dan menggoyangkan tubuh Hana untuk segera keluar dari lamunannya.

Hana menatap Dini, melepaskan pegangannya dan membalikkan tubuhnya. Mulai berlari dengan kencang, mencari sosok yang ingin ia pastikan. Mengapa kini rasanya aneh melihat Bamantara dan Moulyn berdua? Melihat senyum Bamantara yang merekah, rasanya aneh.

Hana berlari keluar gedung. Mencari Bamantara, namun tak ketemu. Hingga akhirnya ia pergi ke rooftop sekolah. Tempat yang biasa ia datangi bersama Bamantara ketika gadis itu ingin merengek dan menangis. Membuat Bamantara menenangkannya sembari memeluk dengan hangat.

Benarsaja. Ia ketemu. Melihat Bamantara dan Moulyn yang bersender pagar besi sembarimenatap langit yang dihiasi banyak awan. Hana diam, menunggu sesuatu yangterjadi.


"Ada perkembangan nggak nih, sama dedek Hana?" goda Moulyn pada Bamantara, lalu menyenggol lengan cowok yang ada disebelahnya.

"Masih gitu aja kayaknya, Mou. Eh, lo tuh kenapa sih kesini? Kaget gue, dateng-dateng teriak ke kelas gue, lo kan bukan murid sini." Bamantara melihat Moulyn. Mengingat kejadian tadi.

Memang, Moulyn tidak satu sekolah dengan Bamantara. Tapi, hari itu, entah ilham dari mana, Moulyn datang ke sekolah Bamantara, bahkan teriak-teriak didepan kelasnya. Membuat Bamantara malu, seperti terciduk bahwa cowok itu maling kutang orang.

1:31 AM (BamBam - Momo) 1.0 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang