Seseorang Yang Datang, Kemudian Pergi (2)

18 5 0
                                    

Hana duduk dikursi perpustakaan paling pojok. Tempat langganannya jika ingin menyendiri, atau sekadar menenangkan pikiran. Ia melihat lapangan sekolah yang masih ramai oleh murid-murid sekolah. Mengingat jam istirahat masih tersisa lima belas menit lagi, masih ada waktu untuknya menjernihkan pikiran, mencerna kalimat Bamantara yang ia dengar tadi.

Tok tok!

Hana menoleh, menemukan sosok Bamantara yang tersenyum sembari mengetuk tembok, kemudian duduk disamping Hana. Pandangan mereka bertemu, namun sekarang rasanya berbeda. Tak seperti dulu, saat Hana selalu bertemu dengan Bamantara. Rasanya biasa, tapi sekarang, jantungnya malah berdegup dengan kencang, lebih terasa getarannya.

Berbeda dengan Bamantara. Jelas, cowok itu berubah. Berubah menjadi biasa. Saat dulu, euforia-nya selalu muncul ketika bersama Hana. Tapi sekarang, rasanya biasa saja.


Hana tersenyum, mencoba ramah dan pura-pura tak tahu apa yang ia dengar tadi. Tapi, ia berfikir. Sampai kapan, ia akan membohongi dirinya sendiri? Sampai Bamantara pergi menjauh?

"Han, gue mau ngomong. Serius." Bamantara mengatakannya dengan cukup tegas, membuat Hana semakin gugup. Bahkan tubuhnya seperti mati rasa, namun mulutnya masih bisa tersenyum. Lagi. Ia membohongi dirinya sendiri.

"Lo tau kan, kalo selama ini gue suka sama lo?" Bamantara bertanya langsung ke inti, langsung dibalas anggukan pelan oleh Hana dan itu membuat Bamantara tersenyum, sudah menduga.

"Lo juga tau kan, kalo selama ini gue berjuang?" Anggukan tetap dibalas oleh Hana, membuat Bamantara tersenyum lagi.

Bamantara menghela nafas sebentar, mengulurkan tangan kanannya. Hana melirik, mengerti apa yang harus ia lakukan. Hana membalas uluran tangan Bamantara, namun tak mengerti untuk apa dan mengapa.









"Selamat. Mulai hari ini, gue berhenti berjuang."




Lagi. Rasanya bukan aneh, tapi sesak. Kini ia mengerti semuanya. Mengerti betapa bodohnya dirinya itu.


"Gue minta maaf, kalo selama ini kelakuan gue mungkin bikin lo risih.Sekarang, gue bakal berhenti buat berjuang. Tapi, gue nggak bakal berhenti mencintai lo, Han. Mungkin, gue akan belajar melupakan tentang semuanya. Sampai hari itu tiba, berarti gue udah nemu pengganti. Atau mungkin, saatnya lo udah jalan disamping Naufal."

"Gue nggak mau perasaan lo dipaksain. Kalo lo belum bisa suka sama gue, nggak papa. Dan sampai hari itu datang, gue bakal nanya. Apa hari itu nanti, lo udah ada perasaan sama gue?"

Bamantara tersenyum, menghela nafasnya dan melepas uluran tangannya, kemuian melambaikan tangannya pada Hana. Langsung pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

Ya. Sendirian. Bersama tetesan air mata yang pelan-pelan mulai mengalir dipipinya.


***


Hana tersenyum, kembali mengingat kejadian yang belum ada waktu setahun itu. Ia tersadar, bahwa sudah saatnya, Bamantara menanyakan soal hal yang belum ia tau jawabannya.

"Alasan aku nggak pernah bilang suka sama Kakak, bahkan setelah hari itu, aku terus menjauh. Kadang, sesekali liat Kakak juga ngeliatin aku, tapi habis itu ngalihin pandangan kearah lain. Seolah-olah Kakak juga menghindar dari aku." Hana mengatakan dengan pelan, mencoba tak ingin menangis. Ia menunduk sebentar, kemudian mengangkat kepalanya dan menatap Bamantara lagi dengan berani.

"Karna yang aku lihat, Kakak ragu sama perasaan Kakak sendiri. Seolah-olah, ada sesuatu yang menahan perasaan Kakak sama aku. Mungkin, hari ini, Kakak belum nemuin pengganti aku. Tapi, aku yakin. Cepat atau lambat, Kakak bakal sadar. Siapa orang yang nahan Kakak, bahkan sampe meragukan perasaan Kakak sendiri."

Diam. Bamantara diam mendengar pernyataan Hana barusan.

"Makasih. Udah mau perjuangin aku yang kayak gini." Hana tersenyum, mengulurkan tangan kanannya. Melihat Bamantara yang agak kikuk, cowok itu membalas uluran tangannya, kemudian tertawa kecil, lalu mengacak-acak rambut Hana.

1:31 AM (BamBam - Momo) 1.0 ✔Where stories live. Discover now