"Katakan semuanya..."

20 6 0
                                    

Moulyn turun sambil menutup pintu mobil dan langsung berlari memutar untuk membuka pintu mobil kanan. Bamantara turun dengan membawa tas nya dan menutup pintu, langsung berjalan menuju depan rumahnya dan membuka gerbang setinggi tubuhnya yang berwarna hitam. Moulyn mengekor dibelakang Bamantara dan terus mengikutinya sampai cowok itu memasuki ruangan putih dengan nuansa klasik yang hanya menyisakan sepi.

Memang. Moulyn sendiri sudah tak asing dengan kehidupan seorang Bamantara Waliya. Rumahnya yang hanya bersebelahan, sudah saling mengenal sejak kecil dan sudah tahu aib masing-masing, maupun aib sedih ataupun aib yang selalu membuat mereka tertawa tiap mengingatnya.

Bahkan dia juga sudah tak asing dengan rumah cowok dengan tubuh tinggi itu. Rumah yang awalnya berwarna, penuh dengan canda tawa, keharmonisan keluarganya, pelan-pelan orang-orang disekitarnya pergi. Menyisakan kenangan pahit yang terus bersarang dirumahnya. Bahkan kini rumah itu menjadi rumah arogan yang membuat Bamantara menjadi tak peduli dengan sekitarnya.

Bamantara duduk disofa setelah menaruh tas dikamar dan mengganti bajunya. Sedangkan Moulyn baru saja tidur diatas sofa dan langsung mendorong tubuh Bamantara dengan kencang. Membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Ambil minum dong," pinta Moulyn yang fokus dengan hape nya.

Bamantara bangun, menyubit kaki Moulyn. "Ambil sendiri lu ya ga usah manja! Gue mau ke Yudis dulu," jawab Bamantara yang kemudian pergi meninggalkan Moulyn.

Moulyn berdecih, ingin minum tapi sudah nyaman dengan sofa yang ia tiduri. Namun baru saja ingin bangun, seseorang mengetuk pintu. Gadis itu bangun, melihat kearah ambang pintu dan raut wajahnya langsung berubah. Dia berdiri dan membungkukkan badannya dengan sopan.



"Tadi Bams kemana?" tanya laki-laki dengan suara berat dan senyumannya yang terlihat seperti Bamantara.

"Mau ke Yudis katanya..." jawab Moulyn dengan sopan.



Padahal sudah bertahun-tahun kenal, rumah yang bersebelahan, tapi gadis itu tetap saja masih enggan berbicara santai dengan Ayahnya Bamantara. Semuanya semenjak kejadian itu. Kejadian yang membuat Bamantara tak peduli lagi.

Ayah Bamantara melangkahkan kakinya masuk bersama seorang perempuan yang ia bawa. Namun dengan cepat, Moulyn menahan.













"Ini calon Ibunya Bams?" tanya Moulyn dengan nada menyindir, mulai memberanikan diri untuk bertanya.



Gadis itu menghela napas panjang. "Momo bukannya mau ikut campur kok, Om. Tapi.. dari dulu Bams sebenarnya gak suka sama semua ini. Dia gak mau punya Ibu baru walaupun cantik, kaya, pintar atau gimana. Dia cuma mau..... Ayahnya yang ada disisinya buat temenin dia.."



"Bams cuma mau Ayahnya yang terus ada disisinya. Selalu dukung Bams buat wujudin mimpinya. Selalu peluk anaknya dikala Bams nangis. Dia polos, cuma pengen itu semua."

1:31 AM (BamBam - Momo) 1.0 ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora