❝ 제 10 회 ❞

518 95 2
                                    

                           •••••

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


                           •••••

' bruumm '
Adi memberhentikan motornya tepat di pekarangan rumah kekasih nya, Ara.

Pemuda manis itu turun dengan hati - hati, lalu memberikan helm itu kepada pemilik nya. Ara senang, kini mereka sudah berbaikan.

" Kamu gak mampir dulu Di? " Adi tersenyum membalas ucapan semesta nya, jika bisa ia pasti akan mampir. Pasalnya, tiba - tiba kakak nya, Ares. Menelfon nya untuk segera pulang, karena orang tua mereka yang akan tiba.

" Nggak dulu deh Ra, aku disuruh pulang sama bang Ares. Duluan ya mama? Hati - hati, jangan lupa makan yang banyak. Biar adek bayi nya cepat besar, ok? "

" Um! Papa juga hati - hati dijalan ok? Bye bye papa nya adek! "

Setelah perpisahan manis itu, Adi bergegas menyalakan motornya kembali dan langsung pergi.


Sedangkan Arisya kakak nya Ara terkejut mendengar ucapan adik dan pacar nya itu, apa - apaan dengan papa, mama dan adek bayi?


Ia langsung menutup pintu rumah mereka dan bergegas menuju kamar adik nya.

Ara terkejut melihat kakak nya yang datang dengan wajah tak bersahabat begitu. Bahkan ia membuka pintu kamar nya dengan kasar.



" Ara! Jelasin sama kakak, apa maksud kamu ngomong begitu sama pacarmu tadi? "

' deg! '

Kakak nya, mendengar ucapan mereka? Lalu bagaimana sekarang? Apa yang harus Ara lakukan? Apa yang harus ia katakan kepada kakak nya itu?

" I- itu, aku itu-"

" Kamu gak hamil kan Arasya? Bilang sama kakak! Kamu hamil ha? "  Arisya mengguncang tubuh adik nya pelan, sedangkan Ara hanya bisa menunduk dan terisak mendengar bentakan kakak nya itu.

" M-maaf kak, maaf.... "

" Kamu hamil beneran Ra?!! Astaga! Demi tuhan Ara!! Apa yang ada di otak kamu hah?! Kapan, kapan kalian lakuin hal begitu?!! Jawab kakak Ara! "

Ara menangis dengan bentakan kakak nya itu, ia takut. Takut sekali.

" M-maaf maafin Ara, maaf kak maaf. "

" Bunda gak tau? Bunda gak tau kan Ara?! " Ara menggeleng menjawab pertanyaan Risya kakak nya.

" Aku mohon jangan bilang ke bunda, kak aku mohon... " Ia berlutut di hadapan kakak nya itu, Ara hanya belum siap. Belum siap melihat reaksi bunda nya itu.

" Terus kamu mau bohong gini sampai kapan Arasya?! Sampai perut kamu membesar begitu? Gila kamu! "

" Tolong, aku mohon sama kakak. Jangan bilang bunda, nanti- nanti aku janji! Aku yang bilang sendiri. Aku mohon kak... "

Ara menangis sambil memohon berlutut di hadapan Arisya, ia belum sanggup. Benar - benar belum sanggup.

" Terserah kamu Ra terserah. Kakak kecewa beneran, kakak kira kamu bisa jaga diri. Ternyata apa? Berdiri, jangan berlutut begitu. " Risya menarik adiknya untuk berdiri, ia menatap adik nya dengan tatapan kecewa. Lalu pergi dari kamar adik nya itu.

__________________________________

INADVERTENCE
12Desember 2019.
                    

𝑰𝑵𝑨𝑫𝑽𝑬𝑹𝑻𝑬𝑵𝑪𝑬 •Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora