|9| Rumah Tangga

110K 11.6K 2.8K
                                    

Aku belajar untuk tidak terlalu bahagia karenanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku belajar untuk tidak terlalu bahagia karenanya.
Karena terlalu bahagia akan menimbulkan harapan yang lebih tinggi.

Mobil yang mereka tumpangi telah tiba pada rumah yang lebih tepat di sebut mansion. Rumah yang sekarang mereka tinggali sangat besar dengan taman bunga beraneka macam di depannya. Lembayung tak akan pernah menyangka akan tinggal di rumah seperti ini. Ia pikir Zidan akan membawa dirinya ke apartemen pribadinya, tapi perkiraannya salah besar. Zidan membawa dirinya untuk tinggal di mansion yang sangat besar ini.

"Turun. Lo mau di sini aja?" tanya Zidan yang melihat Lembayung terus menatap rumahnya melalui kaca mobil.

Lembayung pun tersentak kaget. Lamunannya memudar ketika Zidan turun dari mobil begitu saja dan memasuki mansion itu. Ia pun ikut keluar dan berjalan di belakang Zidan. Bahkan dari arah pintu ada dua orang pelayan wanita yang menyambut dirinya.

"Selamat datang, Nyonya," sapa salah satu pelayan yang bernama Marni itu.

"Terima kasih," balas Lembayung tersenyum kikuk.

Bahkan pelayan di sini sangat cantik-cantik di bandingkan dengan dirinya. Ia masih menyamar sebagai cupu dengan kacamata besarnya. Tunggu sampai mendapatkan cinta sejati maka ia akan melepaskan penyamarannya.

"Kak," panggil Lembayung membuat langkah Zidan terhenti.

Zidan pun menaikan sebelah alisnya tanpa ingin menjawab. Ia menatap wajah Lembayung yang begitu memuakkan baginya.

"Kita tinggal di sini kak? Ini terlalu besar untuk kita berdua," tanya Lembayung sembari menatap sekeliling rumahnya yang begitu besar.

"Lo pikir gue gak mau punya anak? Mikir dong. Lebih baik sekalian beli yang besar. Lagian ini hasil kerja keras gue," balas Zidan membuat pipi Lembayung memanas ketika Zidan membawa kata anak.

Melihat Lembayung tersenyum penuh arti membuat Zidan berdecak kesal. Kenapa ia membawa kata anak untuk menjawab pertanyaan gadis itu. Sama saja dirinya berharap pada gadis itu ingin mempunyai anak. Tak sedikit pun ia berpikiran untuk menyentuh wanita cupu yang telah menjadi istrinya itu.

"Rumah ini untuk gue dan anak-anak Rachel nanti. Jadi gak usah ke baperan kalo gue minta anak sama lo," cibir Zidan dengan tatapan tajam.

Senyum yang menghiasi wajah Lembayung pun memudar. Ia tak menyangka bahwa Zidan telah memikirkan untuk menikahi Rachel, kakak kelasnya ketika statusnya masih menjadi istri sahnya. Apa ini sudah gila? Kenapa hatinya sesak ketika Zidan berkata seperti itu.

"Kakak masih pacaran sama kak Rachel?" tanya Lembayung dengan bibir yang bergetar.

"Masih. Bahkan gue mau nikah setelah cerai sama lo. Lo itu gadis cupu yang gak sebanding sama ketampanan gue." Zidan membalas perkataan Lembayung dengan tatapan seolah jijik dengan keberadaan dirinya.

Marriage QueitlyWhere stories live. Discover now