|33| Aku Tak Mampu

105K 8.6K 1.3K
                                    

Sebaik-baiknya diriku, masih jauh lebih baik dari orang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sebaik-baiknya diriku, masih jauh lebih baik dari orang lain. Dan seburuk-buruknya diriku masih baik dari orang lain. Prinsip itu lah yang membuat kita enggan untuk mengerti orang lain.

Lembayung menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. Matanya tertuju pada area cafe yang tak kunjung memunculkan sang managernya. Malam ini bintang menyambut dirinya dengan cahaya yang terang, di bawah pencerahan sang bulan yang terlihat terang benderang. Ia tak lagi merasakan dirinya seperti dahulu. Rasanya kehidupannya yang dulu dengan kehidupan yang sekarang jelas berbeda.

Mungkin dahulu ia masih bisa berkumpul, bercanda, dan jalan bersama teman-teman seperjuangannya, tapi sekarang semuanya terasa sirna dan tersendat kehidupan yang ada. Apapun jalan yang diberikan ia tak bisa menolak takdir yang sudah di tentukan. Berkorban dan menerima semuanya itu lah yang ia sedang lakukan saat ini.

Dalam hidup, tak mungkin kita merasa bahagia dan senang terus menerus. Ada kalanya kita merasa ini bukan hidup yang kita mau atau inginkan. Tapi kita bisa apa sebagai manusia? Takdir sudah di jatuhkan pada kita yang memang sekiranya bisa untuk melaluinya. Seberat apapun, sekuat apapun, sesakit apapun, yang kita bisa lakukan hanya diam dan mencoba menjalaninya.

Hidupnya terasa sepi dan kosong setelah kedua orang tuanya meninggalkan dirinya tanpa kabar apapun. Membuat ia tak bisa berkutik dan hanya bisa menyembunyikan semuanya di balik derai air mata juga hati kecilnya. Tangannya meraih ponsel yang berada di Sling bag yang ia gunakan. Dengan hati yang berdebar juga kerinduan yang mendalam, ia mencoba menyalurkan itu semua dengan menelpon mamanya.

"Asalamualaikum, ma."

Sambungan telepon yang tersambung membuat ia tersenyum dalam diam. Malam ini sepertinya bintang dan bulan menginginkan dirinya untuk bahagia sejenak.

"Walaikumsallam. Kamu apa kabar? Sudah lama tak menelpon kami."

Suara sang mama yang begitu lembut membuat Lembayung memegang hatinya yang berdetak lebih cepat. Pelupuk yang sudah tergenang dengan air yang siap tumpah membuat sedikit kerinduan yang ada terasa sirna.

"Alhamdulillah, baik, ma. Ma Lembayung kangen mama."

"Apa kamu menangis? Kami disini sedang berjuang sayang. Kami akan pulang jika Allah mengizinkan."

Sedetik berikutnya, hanya suara batuk dari sumber suara yang ia dengar. Bahkan ia bisa merasakan sesuatu tengah terjadi di antara kedua orang tuanya. Entah mengapa mendengar suara batuk yang tanpa henti membuat ia sangat mengkhawatirkan mamanya.

"Mama baik-baik aja? Mama sakit? Lembayung ke sana ya? Untuk memastikan kondisi mama dan papa."

"Jangan. Kamu tetap di Indonesia saja. Kami baik-baik saja, kok. Jangan menangis. Kuatlah dalam menjalankan hidup."

Marriage QueitlyWhere stories live. Discover now