|33| Satu Kunci

102K 8.5K 2.9K
                                    

Sepintar apapun kita menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga oleh orang lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepintar apapun kita menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga oleh orang lain. Karena sebaik-baik nya manusia, tak ada yang bisa menolak kehendak yang sudah di tentukan.

Bel istirahat Persada Traktat sudah berbunyi dari lima menit yang lalu. Para murid yang memang merasa lapar pun berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing untuk mengisi perut mereka. Tak jarang dari mereka memilih untuk pergi ke perpustakaan sekolah untuk menambah ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Saat ini kedua sahabat itu tengah duduk di salah satu bangku taman yang cukup sepi dan sejuk, karena letaknya yang berada di bawah pohon rindang. Mereka memilih untuk mengobrol di halaman taman karena tempatnya yang sangat strategis juga tak banyak di kunjungi oleh murid lain.

"Eh, lo kemana aja? Sering banget hilang, dah," tanya Dewi sembari memakan cemilan yang sengaja ia bawa kemari.

Lembayung pun menoleh dan mengambil cemilan berupa keripik singkong itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Gue, kan, sibuk. Banyak banget pemotretan. Maaf, ya, jarang kumpul sekarang sama sahabat tercinta ini," ucap Lembayung sembari mencubit gemas pipi milik Dewi yang gembul itu.

Dewi pun menghempaskan tangan Lembayung begitu saja. Yang tak ia suka dari Lembayung adalah bertindak seenaknya dengan dirinya. Padahal ia sudah melakukan perawatan yang cukup mahal untuk wajahnya, tapi Lembayung dengan seenaknya mencubit begitu saja.

"Sumpah, ya. Gue boleh nabok muka lo gak, sih? Lo tau gak, sih? Gue abis perawatan. Astaga Bayung!" pekik Dewi sembari memperhatikan wajahnya lewat pantulan layar ponsel.

Lembayung pun hanya diam. Justru ia terus memikirkan hal yang tak kunjung ia sampaikan pada suaminya itu. Sampai kapan ia akan terus bersembunyi seperti ini? Hati kecilnya belum siap untuk menerima segala konsekuensinya.

"Wi, gue boleh curhat gak, sih?" tanya Lembayung dengan mata yang berkaca-kaca, membuat Dewi menatap ke arah Lembayung dengan sangat serius.

"Boleh. Lo ada masalah?" tanya Dewi mulai menanggapi ucapan Lembayung.

"Gue pingin akhiri semua ini. Gue gak mau bohong terus sama Zidan. Gue cinta sama dia, gue sayang sama dia, tapi gue bohong sama dia. Gue ngerasa berdosa banget sama dia," balas Lembayung sembari menerawang.

Dewi pun menepuk-nepuk pundak milik sahabatnya itu. Ia tahu persis apa yang tengah sahabatnya itu alami. Memang terjebak dalam hal yang serba bingung membuat kita tak bisa menentukan hal apa yang akan kita ambil.

"Lo itu cuman belum siap aja. Coba berani untuk mengutarakan semuanya, Yung. Sampai kapan? Lo mau menyembunyikan hal ini dari suami lo sendiri? Coba untuk jujur. Gue yakin Zidan pasti bakal maafin lo, kok," tutur Dewi memberi ajuan pada sahabatnya itu.

Marriage QueitlyWhere stories live. Discover now