|39| Tak Lagi Tersirat

108K 9.7K 1.8K
                                    

Jika aku yang menghilang? Apa kamu akan merasakan kehilangan karena ku? Atau justru tertawa dan berbahagia karena tak ada lagi sosok yang menipu dirimu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika aku yang menghilang?
Apa kamu akan merasakan kehilangan karena ku? Atau justru tertawa dan berbahagia karena tak ada lagi sosok yang menipu dirimu.

"Kak Zidan!" panggil Dewi sembari berlari kecil menghampiri Zidan yang ingin menuju kantin.

Zidan dan kedua sahabatnya pun menghentikan langkahnya. Mata tajamnya dan aura dingin yang terpancar menatap Dewi yang sedang berlari menuju kearahnya.

"Kenapa?" tanya Zidan.

Dewi pun mengontrol nafasnya yang tersengal akibat berlari menuju Zidan yang cukup jauh dari keberadaan dirinya.

"Kakak tau Lembayung gak? Aku coba hubungi dia dari kemarin, ponselnya gak aktif kak. Kakak tau dia kemana?" tanya Dewi membuat Zidan menyatukan kedua alisnya yang tebal.

Zidan merasa bingung dengan pertanyaan sahabat dari Lembayung. Jelas ia tak tahu, karena ia tak lagi satu rumah dengan Lembayung. Berusaha untuk melupakan itulah yang ia ingin rasakan sekarang. Soal Lembayung, ia tak akan peduli lagi.

"Bukan urusan gue. Apa hubungannya sama gue?" tanya Zidan membuat Dewi membulatkan matanya.

Apa Zidan tak tahu mengenai kabar yang beredar, bahwa Lembayung dalam keadaan depresi? Sudah jelas itu membuat dirinya khawatir dan berusaha untuk menghubungi sahabatnya itu, tapi semua akses dirinya untuk menghubungi dirinya seperti sengaja dihambat oleh Lembayung yang menghilang secara tiba-tiba. Ia merasa bersalah, justru disaat seperti ini, ia bukan orang pertama yang menenangkan sahabatnya itu.

"Kakak, kan, suaminya. Aku cuman khawatir sama kondisi dia, kak. Aku gak bisa hubungi dia. Lembayung juga gak masuk sekolah tiga hari ini," tutur Dewi menatap Zidan yang hanya menatapnya datar.

"Lebay, amat, sih. Mungkin dia mau nipu kita lagi," sahut Rio membuat emosi Dewi meningkat.

"Kakak puas? Coba kakak yang ada diposisi Lembayung. Kakak itu gak tau masalah yang terjadi. Kenapa ikut campur, sih!" sentak Dewi pada Rio yang memasang muka tengilnya.

"Terserah, dah," balas Rio kemudian pergi dari meninggalkan mereka berdua.

"Lo juga jangan ikut campur. Gue tahu lo sahabatnya, tapi lo gak punya hak untuk menentukan arah tujuan hidup yang gue punya." Zidan pun mengatakan hal yang begitu menusuk bagi Dewi. Zidan pun meninggalkan Dewi sendiri yang sedang menangis karenanya.

"Kakak egois! Kakak gak tahu, kan? Lembayung depresi kak! Dia butuh kakak! Dia butuh kakak untuk bilang, bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi kenapa kakak hukum dia kayak gini? Sebagai sahabat aku gak terima kalo kakak bersikap kayak gitu sama Lembayung. Yang dia butuhkan support dari kakak!" teriak Dewi dengan air mata yang menetes.

Marriage QueitlyWhere stories live. Discover now