41. Menjelaskan

29.9K 1.4K 17
                                    


"Hana, kamu mau kemana? Sarapan dulu ayo" Kinara tengah menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga di meja makan.

"Sarapan di kantor aja Bun, Hana buru-buru soalnya" Hana membenarkan kacamata hitamnya agar tidak terlihat oleh mereka jika matanya sembab akibat semalaman menangis.

"Tapi ini baru jam 7 Han. Sarapan dulu sini sama kita. Urusan kantor juga bisa di urus sama karyawan lain" Kata Yogi.

"Tau lo, gue juga nanti siangan mau ke kantor. Sekalian meeting soal bangunan kantor yang mau di ubah. Lo kenapa pake kacamata item sih Han? Ini kan masih pagi" Tambah Dava sembari melahap rotinya.

"Gue males liat muka lo Ka" Jawab Hana ketus.

"Awas ribut lagi" Yogi bergantian menatap Hana danbDava.

Hana tidak memperdulikan ucapan mereka, malahan dia terus berjalan untuk pergi "HANA PERGI. KA DAVA GUE PINJEM MOBILNYA"

"MOBILNYA MAU DI PAKE SAMA GUE, MAU MAIN SAMA RENATA SOALNYA"

"TAPI KUNCI MOBILNYA ADA DI GUE"

Dava merogoh sakunya dan benar saja tidak ada. Dia baru ingat jika kunci mobilnya tergeletak di tempat tidurnya.

"Aduh" Dava menepuk dahinya sendiri.

"Pake mobil Hana aja Dav"

"Tapi kan mobil Hana ada di bengkel Yah"

"Yaudah pake mobil Ayah aja, nih kuncinya" Yogi menyerahkan kunci mobilnya.

"Pake motor aja deh"

"Kalo pake motor kasian Renata nya, ini musih hujan"

"Iya Dav, pake aja mobil Ayah" Kata Kinara.

"Yaudah deh"

---

Hana mengendarai mobil dengan kecepatan sedang, dia ingin menemui Satria langsung. Dia tidak mau jika pernikahan mereka dibatalkan, bisa-bisa Hana mengakhiri hidupnya. Karena dia tidak bisa hidup tanpa ada Satria di sampingnya.

"Aku pengen kamu percaya sama aku Sat" Hana melihat lampu hijau yang kini berubah menjadi lampu merah.

Hana menoleh ke samping dan melihat Satria disana. Dia menyipitkan matanya, dan memang benar itu Satria.

Hana melajukan mobilnya mengikuti mobil Satria menuju ke arah rumah sakit.

"Aku gak akan bisa jauh dari kamu Sat. Kalo pun aku pisah dengan kamu, aku akan mengakhiri hidupku sendiri dari pada aku menderita tanpa kamu"

Benar saja, Satria berhenti di rumah sakit dan Hana buru-buru mengejarnya "SATRIAA"

Satria menoleh ke belakang melihat Hana tengah mengejarnya, dia segera menghindar dari Hana dengan langkah yang cepat.

Hana berlari berusaha agar Satria mendengarkannya, dia mengerjar Satria sampai lorong rumah sakit, nampak sepi karena memang ini masih pagi.

Hana kehilangan jejak Satria, dia hanya melihat Satria masuk ke dalam lif dan entah pergi kemana. Alhasil, Hana berlari menuju tangga rumah sakit untuk ke ruangan Satria di lantai 4. Dengan kecepatan ekstra Hana berlari walaupun tenaganya mulai mengurang apalagi dia belum sarapan sama sekali.

"SATRIA TUNGGU DULU" Hana berhenti sejenak mengatur nafasnya sembari bersandar di tembok. Dirinya lelah karena dia sudah melewat anak tangga yang banyak, dia dapat melihat Satria memasuki ruangannya dengan langkah cepat dan terdengar jika Satria menguncinya.

"Huft huft, apa aku sekarang gak pantes lagi buat kamu Sat?" Hana kini berjalan gontai ke arah ruangan Satria yang di tutup.

Hana menggedor pintu itu dengan lemah "Satria, tolong buka pintunya dulu" Hana terduduk lemas.

"Aku mau jelasin semuanya. Kamu mau percaya atau engga itu terserah kamu" Hana terus menggedor pintu itu tapi tidak ada tanda-tanda jika Satria akan membukanya.

"Satria, aku mohon buka pintunya dulu"

"Yaudah kalo kamu gak mau buka pintunya. Sekarang aku jelasin ke kamu. Sebelum kejadian itu, aku jalan sambil nunggu taksi, saat aku masuk ke taksi itu, sopirnya pake topi dan pake jaket rapih, mukanya pake masker dan aku liat dia pake kacamata item. Dia  bilang 'Kita mau kemana mba?' Aku jawab 'Kita ke taman dekat rumah sakit HS' dia hanya mengangguk pelan dan kita jalan ke tujuan. Aku hanya diam memainkan ponsel sambil baca chat kamu yang belum sempat aku baca. Aku menunduk dan saat aku tau jika ini bukan ke arah taman yang aku maksud. Aku tanya 'Pak, ini bukan arah ke taman dekat rumah sakit HS, dia bilang 'Kalo lewat sana jalanannya macet mba, ini jalan satu-satunya, mba mau kalo orang yang nunggu mba marah gara-gara telat?' Aku jawab 'Yaudah pak, cepet yah' dari situ aku mulai curiga, jalanan mulai sepi dan jauh dari pemukiman. Aku pengen turun dari mobil itu tapi dia bilang turunnya di depan saja. Dan aku turun entah ada dimana. Aku jalan dan tiba-tiba pundak aku ada yang mukul pake balok. Di situ aku gak inget apapun. Aku yakin, ini cuma jebakkan Sat, kamu tolong percaya sama aku"

Tidak ada suara di dalam sana, mungkin Satria juga malas membahas semua ini. Tidak ada jawaban apapun bahkan Satria tidak membukakan pintu untuknya.

"Aku bangun dan udah ada di hotel. Aku gak tau apa yang terjadi disana. Mungkin aku benar-benar nggak suci lagi, aku gak pantas buat laki-laki manapun. Aku gak berani buat bilang sama Ayah, Bunda, Ka Dava, aku gak tau harus bilang ini ke siapa hiks hiks. A..aku aku gak tau kenapa nasib aku seperti ini. Disaat aku sedang bahagia tapi ada masalah besar yang menuntut kamu untuk membatalkan pernikahan. Iya aku ngerti perasaan kamu, aku ngerti posisi kamu, aku juga mungkin kalo ada di posisi kamu, aku bakal batalin pernikahan dan menjauh. Aku gak bisa menyalahkan siapapun. Aku sekarang ikhlas, kalo kamu batalin pernikahan kita. Tapi aku mohon, jangan kasih tau keluarga aku soal kejadian ini. Aku gak mau mereka malu, aku gak mau mereka di pandang buruk gara-gara ulah anaknya. Aku gak pantes buat kamu, aku gak pantes buat keluarga aku, aku gak pantes buat mereka semua" Hana menjelaskan semuanya dengan air mata yang sesekali jatuh dari matanya tapi dia mengusapnya kasar agar air matanya tidak mengganggu saat dia menjelaskan.

"Aku memang gak pantas buat kamu Sat, aku akui itu. Kamu jauh lebih pantas bersama perempuan yang masih utuh, yang masih terhormat, dan masih suci. Ck, kalo aja aku gak pesan taksi itu, pasti nasib aku gak kayak gini. Tapi, aku gak mungkin salahin takdir. Yaudah, aku taruh cincin tunangan ini di depan pintu" Hana mencopot cincin di jari manisnya dan menciumnya terlebih dahulu sebelum menaruhnya di lantai. Bibirnya bergetar saat melepas cincin itu. Harapannya hancur, impiannya musnah, dan masa depannya kacau.

"Aku udah terlanjur cinta sama kamu Sat. Sampai-sampai aku gak ikhlas melepas cincin ini. Tapi, aku sadar, aku memang gak pantes buat kamu" Hana berdiri dan merapihkan pakaiannya. Dia tersenyum dengan hati rapuhnya "Yaudah Sat, aku pergi yah. Aku harap kamu bahagia, I Love You"

Hana pergi menjauh berlari sekencang mungkin. Kini hidupnya benar-benar hancur berkeping-keping. Dia berlari turun dengan menuruni banyak anak tangga kembali, banyak suster yang melihat Hana menangis dan saling berbisik.

Hana langsung masuk ke dalam mobil dan menangis sepuasnya "Hiks hiks, sekarang aku gak tau lagi harus gimana?"

"Satria udah gak peduli lagi sama aku hiks hiks. Aku benci sama diri aku sendiri" Hana memukul stir dengan pukulan kencang dan melajukan mobil menjauh dari rumah sakit itu.


Gimana part ini?

Jangan lupa vote and comment oke😍👌

SATRIA (Completed)Where stories live. Discover now