7. Hilang

30 9 0
                                    

Kehilangan menjadi salah satu hal terburuk yang ada dalam sejarah peradaban manusia.

***

Malam itu benar-benar menjadi malam yang sangat berat untuk Fito. Semalaman ia berpikir jalan keluar untuk masalahnya.

Akhirnya dia pasrah dengan keadaan. Kebahagiaan orang tuanya lah yang paling penting saat ini. Dia tidak ingin mengecewakan ayahnya, satu-satunya orang tua yang masih ia miliki selepas kepergian ibunya tercinta.

Pagi ini lelaki tampan itu bangun dengan semangat baru. Mungkin, selama ini dia tidak bisa mengendalikan dirinya karena belum memiliki tujuan. Tapi kali ini tujuannya sudah jelas. Membahagiakan orang tuanya. Itu nomor satu, dan biarlah ia menerima kenyataan bahwa dengan berat hati harus rela melepaskan Rena.

***

"Ren, jangan lupa ya, nanti jemput gue. Awas aja kalo gak jemput, gue kan lupa jalanan kota. Dari kecil tinggal di Jogja, gak pernah liat rumah lama lagi," ujar Dirga saat dirinya berteleponan pagi tadi.

"Iya, Kak iya. Paling juga sampai sini sore. Nanti Rena pulang sekolah langsung ke terminal kok."

"Hemm ... bagus deh. Ya udah, gue jalan ya. Bay adikku."

Tutt ... tutt ... tutt ...

"Iuh, geli banget gue denger Kak Dirga ngomong gitu. Alay. Biasanya kan ketus, kayak lagi kunyah gula batu," kata Rena berbicara pada ponselnya.

"Kenapa sih Ren?" Risa yang merasa Rena aneh hari ini pun bertanya. Takut-takut, kalau temannya ini terkena virus zombie jadinya bicara sendiri. Ah dasar kau Risa, terlalu banyak nonton film zombie.

"Itu, Kakak gue. Biasa lah ribet dia tuh orangnya."

Risa hanya mendengar jawaban Rena tanpa ingin menjawabnya kembali. Lagi pula dia sudah tahu, kalau Dirga kakaknya Rena akan pulang hari ini. Risa pun melanjutkan kegiatan menulisnya.

"Ris, lo udah sampai mana ngerangkumnya? Gila sih, tuh guru ngasih tugas gak kira-kira. Dari halaman sembilan puluh lima sampai seratus lima," keluh Rena yang sudah tak kuat lagi menulis. Jari-jari tangannya serasa ingin lepas saja dari persendian.

Untung saja, guru mata pelajaran sejarah itu selalu saja tidur saat di kelas. Hanya memberikan tugas, tugas dikumpulkan dan dapat lah nilai. Tapi di kelas selama murid mengerjakan tugas, beliau pasti tidur. Jadi tadi saat Dirga menelepon, Rena bisa menjawabnya.

Dreett ... dreettt ...

"Ren, ponsel lo getar ya?" tanya Risa.

"Hem? Masa sih?"

"Tuh liat aja layarnya nyala. Lagian tadi getar masa lo gak terasa sih."

Rena pun melihat kembali ponselnya. Ia sengaja meletakkannya di atas meja selepas berteleponan.

"Fito, Ris," kata Rena memberi tahu Risa.

"Chat apa dia?"

Fito : "Ren, aku mau ketemu kamu nanti sore. Nanti sekalian aku jemput aja, ya. Maaf atas sikap aku beberapa hari ini. Sampai nanti."

Tak ada selera rasaya. Segera Rena meletakkan kembali benda pipih itu di atas meja sampai menimbulkan suara.

"Kenapa sih, Ren? Kok jadi marah-marah gitu sih?" tanya Risa yang seketika menghentikan aktivitas menulisnya.

Rena tidak menjawab. Yah, seperti itulah gadis ini. Jika sudah marah atau mood-nya hancur, pastilah dia akan diam tidak merespon apa pun.

Dengan napas gusar, Risa mencari tahu apa yang menyebabkan temannya itu menjadi diam. Tangannya dengan cepat mengambil ponsel Rena, tampaknya gadis itu pun tidak keberatan jika ponselnya dipinjam sebentar.

RENJANA ✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang