8. Duka

15 2 0
                                    

Dunia terasa hilang saat hal tersayang juga menghilang. Bukan bucin jika manusia bersedih atas cinta yang hilang.

***

Secepat mungkin, Rena berlari menuju tempat di mana biasanya ia menunggu angkutan umum. Diikuti Risa yang juga berlari di belakangnya. Bahkan Risa sendiri pun tidak tahu apa yang Rena bicarakan di teleponnya sehingga sahabatnya bersikap seperti ini.

Rena panik, dia tidak bisa merasa tenang. Angkutan umum tak kunjung juga datang.

"Ren, lo kenapa tiba-tiba pergi gitu aja?" Risa yang mencoba mengejar Rena pun langsung menanyakan intinya dengan napas yang masih berantakan.

Rena tak menghiraukan pertanyaan sahabatnya. Ia masih saja terlihat seperti orang bingung. Terlihat, bibirnya tergigit kuat. Hal itu disadarinya, guna mengurangi rasa khawatir.

"Ren?"

Tak ada respon.

Risa pun membalikkan tubuh Rena dengan kuat dan sorot mata keduanya saling bertemu. Risa melihat dengan jelas, sebuah bulir air mata yang jatuh bebas tanpa izin dari pelupuk mata Rena.

"Ada apa?!" tanya Risa yang kali ini lebih kencang sembari menatap mata Rena intensif.

"Kak Dirga." Rena mengatakan itu. Namun tanpa suara. Hanya gerakan mulut, kemudian air matanya bertambah banyak.

Risa paham, sahabatnya sedang sedih. Meski dia belum tahu jelas apa yang menyebabkan Rena seperti itu. Ucapan Rena pun hanya seperti gerakan bibir yang Risa tak dapat mengartikannya.

"Menangislah. Sepuasmu, jika itu membuatmu tenang. Aku tidak akan melarang," ujar Risa penuh perhatian.

"Kak Dirga, Ris. Kak Dirga kecelakaan?!" teriak Rena dengan nada sendu. Ia masih dalam pelukan sahabatnya, dan tak henti membanjiri wajahnya dengan air mata.

Risa melerai pelukannya, kemudian menatap Rena lagi, "kamu serius?" Akhirnya Risa tahu, mengapa sahabatnya seperti itu. Ternyata masih ada hal yang lebih penting lagi daripada sebuah percakapan menyakitkan dengan Fito

"Iya, Risa ...." Nada suara Rena terdengar pilu.

"Sekarang kita ke rumah sakit," kata Risa.

***

Hari yang membosankan bagi Ruli. Kakak dari Risa ini sengaja menghabiskan waktu liburannya di rumah. Mungkin hanya di rumah, ia malas jika harus ke luar rumah jika itu bukan hal yang penting atau hal yang sangat diinginkannya.

Tiba-tiba, ia teringat adiknya. Kemudian melihat jam tangan berwarna hitam yang melingkar sempurna di pergelangan tangannya sebelah kiri.

"Pukul empat," gumamnya.

Dengan cepat, Ruli mengambil kunci serta kacamata hitam kemudian menuju ke mobil. Rencananya kali ini adalah, menjemput Risa. Adik satu-satunya.

Sepuluh menit kemudian, Ruli sampai di sekolah Risa. Ia sengaja tidak parkir tepat di depan sekolah atau di depan gerbang sekolah. Yah, alasannya masih sama dengan yang sebelumnya.

Menit selanjutnya, ia melihat adiknya berjalan ke luar sekolah bersama temannya. Oke, namanya adalah Rena.

Niatannya langsung menghampiri dua perempuan itu, ia urungkan. Secara langsung ia melihat Rena yang berinteraksi dengan laki-laki. Tampak terlihat, si lelaki mencoba menjelaskan sesuatu. Bahkan sampai tidak memberikan celah untuk Rena berbicara dan memberikan argumennya.

RENJANA ✔ [TAMAT]Where stories live. Discover now