9. Takdir

9 2 0
                                    

Jika Tuhan sudah berkehendak, manusia bisa apa? Walau sekuat apa pun permintaan, namun menurut Tuhan itu tidak membuatmu bahagia. Tuhan tahu bagaimana cara membahagiakan hambanya.

***

"Ma, Yah. Semua baik-baik saja, kan?"

Mereka melihat ke arah Rena, Risa juga Ruli. Ayah Rena langsung memeluk putri tirinya, berharap mampu menenangkan jiwa sang putri.

"Kita masih menunggu dokter selesai memeriksa kakakmu, Rena," ujar ayah.

"Yah, kenapa sih? Baru saja Kak Dirga mau berkumpul kembali di keluarga kita. Apa Tuhan gak suka ya, Yah. Aku ketemu sama Kak Dirga?"

Tak ada jawaban apa pun. Mungkin salahnya sendiri menanyakan hal seperti itu. Pikirannya kacau, entah apa yang dipikirkan sehingga mengatakan hal demikian. Bahkan nasib kakaknya saja belum dapat dipastikan bagaimana kondisinya. Rena benar-benar khawatir.

Risa dan Ruli hanya bisa diam, mereka tak banyak berbuat apa pun. Keenam orang ini masih menunggu dokter memberikan kabar baik.

Hampir satu jam berlalu. Mengapa prosesnya selama itu? Apa sebenarnya yang terjadi? Ah, keadaan ini benar-benar membuat Rena tidak nyaman. Ingin rasanya masuk ke dalam secara paksa dan melihat sendiri apa yang terjadi.

Rena duduk di salah satu kursi tunggu. Ia menelungkupkan wajahnya di kedua tangannya. Kepalanya terasa pusing, juga mual sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya lagi. Jika ditanya siapa yang paling sedih di sini, mungkin dirinya adalah jawaban. Karena sangat terlihat jelas gambaran guratan kesedihan yang terpancar.

Beberapa menit kemudian, dokter pun keluar. Inilah yang ditunggu-tunggu. Ayah langsung menghampiri sang dokter dengan sigap.

Sang dokter pun bertanya, apakah ini dari keluarga Dirga. Tentu saja kami katakan iya. Nampaknya, telinga Rena seperti tuli mendadak. Dia tidak mendengar apa pun dan masih dalam keadaan sebelumnya.

"Bagaimana Dok? Bagaimana keadaan anak saya?" tanya Ayah.

"Rena, dokter sudah keluar. Apakah kamu tidak ingin menemui kakakmu?" bujuk Ruli dengan lembut.

Rena mendengar ucapan Ruli. Dia melihat Risa juga kakaknya yang ada di hadapannya. Seketika mereka membawa Rena ke hadapan dokter.

"Maaf Pak, Bu. Kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi Tuhan berkehendak lain. Mas Dirga belum bisa diselamatkan," ucap sang dokter dengan berat hati.

"Jadi maksud dokter, kakak saya meninggal?!"

Rena masih berada di belakang ke dua orang tuanya beberapa jarak. Yang mendengar percakapan itu. Air wajahnya benar-benar tak dapat diartikan. Rasanya Rena ingin tertawa mengetahui kejadian yang sangat memilukan ini. Menertawakan dirinya sendiri.

Tak percaya dengan percakapan omong kosong, Rena berlari memasuki ruangan Dirga. Mendapati seorang suster yang ingin menutup wajah kakaknya itu.

"Berhenti! Apa yang akan kau lakukan? Kau kira kakakku sudah mati? Hah?!" hardik Rena pilu. Ia masih tak percaya dengan kejadian singkat yang menimpanya.

***

"Bagaimana, Dok?"

Seorang suster cantik dengan pakaian putih ala suster, seketika bertanya melihat sang dokter menampakkan wajah frustasi juga kecewa.

RENJANA ✔ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang