16. Desas Desus

10 2 0
                                    

Anak ayam bulu kuning itu berlarian dengan riangnya. Bersama beberapa saudaranya, ia tampak bahagia. Bahkan indungnya tak membiarkan kebahagiaan itu diringkus paksa oleh siapa pun. Namun yang menarik perhatian, saat anak ayam itu dengan salah satu saudaranya, seperti membicarakan sesuatu yang penting.

--//--


Siang hari di SMA Cempaka. Tidak panas, tidak terik. Padahal jam dinding yang menggantung di dinding kelas Rena menunjukkan pukul dua belas siang.

"Gabut banget sih, gue." Rena melirik ke arah Risa. Ia tertidur, memang pas sekali cuaca yang mendung seperti saat ini untuk tidur dan bermalas-malasan.

Kelasnya sepi, hanya beberapa orang yang terlihat. Ikhsan tak ada di tempatnya, ia sedang salat zuhur. Kebetulan, Rena dan Risa mendapati bulan yang sama di bulan ini. Memang yah, benar kata postingan yang Rena baca di Instagram. Kalau teman yang sudah berteman lama, biasanya suka mendapatkan siklus menstruasinya yang berselisih hari atau bahkan sama.

Entah sejak kapan perasaan itu muncul. Aku tidak ingin ini terjadi, tidak ingin menghancurkan semuanya. Namun tak dapat ditahan, siapa yang mampu menahannya. Aku menyukainya, di setiap hari aku memandangnya. Bukan, ini bukan sebuah kekaguman belaka. Aku memang menyukainya. Maaf teman, sebisa mungkin kusembunyikan rasa ini. Walau sakit mendera dan mendominasi. Aku baik-baik saja.

-Tarisa-

"Ini, ini Risa yang nulis?" Batin Rena mengucap.

Rena tidak sengaja melihat tulisan itu berada di buku Risa. Gadis itu membiarkan begitu saja buku fisika yang terdapat tulisan itu ia buka. Dan orangnya tertidur pulas.

Pikiran Rena mulai liar, apakah yang ia maksud adalah Ikhsan? Dan persahabatan yang ia maksud juga adalah persahabatan antara dirinya, Risa, dan Ikhsan? Apa mungkin. Atau ini hanya tulisan yang sengaja Risa tulis, karena memang akhir-akhir ini Rena perhatikan Risa suka menulis entah cerita atau apa pun.

"Ren, kantin yuk!" ajak Ikhsan yang baru saja datang seusai salat.

Dengan sigap, Rena menutup buku milik Risa lalu kemudian mendongakkan kepalanya.

"Kantin ya? Emm ... kayaknya enggak deh Ki. Gue udah kenyang tadi makan bekal."

"Yah, lo makan masa gak ngajak-ajak sih."

"Ya lonya kan salat tadi."

"Yaudah gue ke kantin dulu, gue juga bisa kali ke kantin sendirian gak ditemenin sama lo. Gue kan bukan anak TK lagi. Oh ya, lo mau pesan apa?" tawar Ikhsan setelah perkataan panjang lebarnya.

"Gue ma ...."

"Susu kedelai. Ya kan? Yang hangat? Bener lagi kan gue?"

Ucapan Rena terputus, lalu disambung oleh Ikhsan.

"Yep, pintar sekali anak yang satu ini. Anak TK kena DO, ternyata bisa sepintar ini, hahahaha." Tawa Rena pecah, dia merasa seru meledek Ikhsan yang seperti ini. Sudah lama sekali.

Ikhsan diam, dia sudah tidak ingin dibodohi lagi, dan hanya menjawab, "hmm."

Menang benar, dia tahu kesukaan Rena adalah meminum susu kedelai hangat yang dijual oleh oma di kantin. Kami siswa SMA Cempaka sering menyebutnya demikian. Sedangkan Risa, dia lebih suka susu kedelai dingin apalagi dibekukan. Sudah hafal sekali, padahal Ikhsan sama sekali tidak menyukai susu vegetarian seperti itu. Bahkan menyium baunya saja sudah membuatnya mual.

***

Mobil hitam milik Aruli berjalan membelah jalanan kota Bogor. Sebelum jam menunjukkan pukul lima, di mana semua kegiatan kembali, Aruli secepat mungkin untuk sampai di tujuan.

RENJANA ✔ [TAMAT]Where stories live. Discover now