17. Rasa

5.3K 431 24
                                    

Huye.... up lagi. Sengaja malem". Wkwkwwk...

Selamat bobo semuanya....

Oh iya, jangan lupa tonton vidionya. Siapa tahu, berminat beli buku atau e-booknya. Di jamin deh, kagak bakalam keciwa. Karena memang sekitar 20% perubahan di novelnya. Jadi gak akan kecewa sama alur yg beda dari cerita di wp.

Jangan lupa Vote N koment, biar kagak sepi kek kuburan ini lapak. Kalau sepi, bye..bye... kita selow up, pakek banget ya... wkwkwk....





Happy Reading.....























Waktu terus berlalu, Digo selalu mengantar jemput Alya. Ya, karena Digo tak mau Alya kenapa-napa. Kondisi tubuh Alya pun sudah mulai membaik. Papa tak bicara apapun tentang hubungan Alya juga Digo. Almera masih menyembunyikan status hubungannya dengan Dio dari Papanya. Dia tidak ingin Papanya kecewa, atau mendiamkannya. Seperti Papa yang sekarang mendiamkan Alya. Tak pernah ada kata pedas lagi yang terucap dari bibir Papanya. Walau itu mungkin baik, tapi itu bisa membuatnya tak nyaman. Dia merasa jika Papanya mendiamkannya, berarti Papanya sudah tak memperdulikannya. Itu sebabnya, kenapa Almera memutuskan untuk menyembunyikan hubungannya dari Papanya.

Saat ini Alya sedang berada di salah satu mall bersama Bianca, Digo dan juga teman Digo. Alya memutar malas bola matanya ketika Bianca memulai aksinya mendekati teman Digo. Digo memang selera Bianca, tapi Bianca bukan wanita yang akan merebut laki-laki yang menjadi kekasih teman dekatnya. Berbeda jika dia kekasih orang yang tidak dia kenal, maka Bianca akan tertantang. Jika mendekati laki-laki beristri, Bianca juga tidak mau. Karena dia pun menghargai sebuah pernikahan. Walau dia sendiri tidak mau menikah.

"Alya." Ucap seseorang tiba-tiba.

Alya dan yang lainnya pun menoleh ke arah sumber suara. Orang itu menghampiri meja Alya dan teman-temannya.

"Boleh gabung gak?" Tanya orang itu.

"Enggak." "Iya." Jawab Alya dan Digo bersamaan.

Semua orang melihat ke arah Alya yang berkata tidak. Alya tak perduli dengan tatapan mereka.

"Itu kursi sana untuk berdua. Disini cuma untuk orang empat." Ucap Alya sambil menunjuk salah satu meja untuk berdua dengan santai tanpa perduli dengan tatapan heran Digo dan juga orang yang berada di depannya.

"Gak apa-apa sih yang. Bang Dio sama mbak Al duduk disini. Kita tinggal minta tambahin kursi aja." Ucap Digo pada Alya.

"Terserah, kalau mau nambahin kursi." Ucap Alya ketus dan dingin.

"Udah Al, kita ke kursi sebelah sana." Ucap Dio menengahi sambil memegang pergelangan tangan Almera untuk menuju ke kursi lain.

Tanpa berkata, Almera langsung melangkah pergi ke kursi lain. Dio pun mengikutinya, dan dia sempat melirik ke arah Alya yang nampak tak perduli dengan situasi barusan.

"Apa susahnya sih, tinggal tambah kursi aja?" Tanya Dio pada Alya saat Dio dan Almera sudah duduk di kursi meraka.

"Ini meja udah khusus berempat, kalau di tambah lagi jadi sempit. Dan aku gak suka sempit-sempit." Jawab Alya ketus.

"Udah si Dig, turutin aja kata nyonya satu ini. Di pecat lo jadi pacar nanti." Ucap Bianca yang tahu kenapa Alya seperti itu.

Ya, Alya sudah menceritakan tentang dia yang menembak Dio dan apa yang terjadi saat itu. Bianca yang mendengar cerita Alya saat itu ingin sekali marah mendatangi Dio untuk memukul pria itu. Tapi sayang, Alya mencegahnya dan berkata jika itu salahnya. Dan setelah itu Alya menceritakan jika dia menembak Dio karena dia tak ingin Dio bersama Almera. Dengan wanita lain tidak apa-apa asalkan jangan Almera. Alasannya kenapa? lagi dan lagi Almera yang harus merebut orang yang dia sayang. Dulu perhatian Papanya bahkan sampai detik ini. Dan sekarang Dio yang dia ambil.

Alya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang