44. Pantaskah

6.1K 443 114
                                    

Yuhuuu... up up up... wehehhe...

Koment n Vote yg banyak ya... hehhee...
Jang lupa puter mulmednya ya... 🤭

Happy Reading...

Acara sudah selesai sekitar pukul satu siang. Tidak ada resepsi besar-besaran karena Alya yang sedari awal saat masih bersama Luke tidak ingin ada acara resepsi. Alasannya, lebih baik uangnya untuk keperluan yang lain. Papa dan Mama Alya sempat menolak, tapi, bukan Alya namanya jika permintaannya tidak dituruti. Jurus andalannya menangis sekeras mungkin dan tidak mau makan. Akhirnya Papa dan Mamanya pun mengalah.

"Jadi, kalian mau tinggal di sini malam ini? Atau mau langsung pulang ke rumah?"tanya Papa Alya pada Dio dan Alya.

Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. Disana ada orang tua Alya dan juga ada orang tua Dio. Minus tidak ada kakak Alya dan juga adik-adik Dio mereka sudah pulang duluan karena ada kegiatan masing-masing.

"Langsung pulang ke rumah, Pak,"jawab Dio sopan.

"Papa,"ralat Mama Alya. "Sekarang kamu sudah menjadi suami Alya, jadi, kamu harus memanggil Papa dan panggil saya Mama."

"Iya, Ma,"jawab Dio kikuk.

"Nah, gitu, kan, lebih enak di dengar,"ucap Mama dengan senyuman hangatnya.

"Alya mau ke appartement,"ucap Alya tiba-tiba membuat semua mata di ruangan itu menatapnya.

"Appartement? Bukankah Dio sudah punya rumah?"tanya Papi Dio dengan kernyitan di dahinya.

"Alya gak mau tinggal di rumah itu, Alya maunya tinggal di rumah lain!"jawabnya tegas menatap Dio.

"Memangnya kenapa rumah Dio?"tanya Papi Dio yang penasaran dengan sikap menantunya ini. Karena menurutnya, rumah Dio tidak kalah besar dengan rumah orang tua Alya.

"Alya gak mau di duain om,"jawab Alya dengan nada suara merajuk.

"Panggil Papi, kamu sekarang istri Dio," ucap Papi Dio mengingatkan.

"Ayah, Alya panggil Ayah aja ya. Papi udah Alya pakai untuk Almarhum Papi Alfa."

"Ya, terserah kamu." Papi menghirup napas sebelum dia kembali bertaya. "Jadi, kenapa?"

"Kenangan mbak Almera masih ada di rumah itu. Alya gak mau di duain, Yah. Katakanlah Alya seperti anak kecil, hanya karena perkara rumah saja Alya ributkan. Tapi, bagaimana Alya bisa mendapatkan hati aa, kalau aa saja masih selalu mengenang  mbak Almera?"tanya Alya dengan nada suara tegas dan penuh penekanan.

"Rumah lebih nyaman di bandingkan appartement,"ucap Dio menatap Alya.

"Ya, udah. Kalau aa mau tinggal di rumah aa silahkan saja. Alya akan tinggal di sini, titik gak pakek koma!"tegas Alya tidak mau dibantah.

"Kamu sudah menikah--"

"Ikuti saja apa mau istrimu Dio!"potong Mami Dio sebelum Dio  menyelesaikan ucapannya.

Alya bersedekap dengan wajahnya terangkat tinggi seolah dia tidak takut. Bukan dia tidak sopan dengan suaminya. Tapi, Alya melakukan ini semua untuk pernikahnnya. Dia tidak ingin hidup seperti Mamanya yang tinggal satu rumah tapi, hati Papanya untuk orang lain. 

Dio mengembuskan napasnya dan menatap Alya. "Bisakah kita bicara berdua? Kita sudah menikah Al."

"Ayo, ke kamar dan jangan panggil Al!"ketus Alya dan langsung melangkahkan kakinya ke kamar.

Alya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang