Part 14

13.1K 650 35
                                    

#Gus_Zaidan 14

Hari-hari berikutnya aku masih seperti biasa. Selalu kabur ketika Jingga hendak minum susu. Aku tak masalah setiap umi datang membawa susu untuk Jingga. Yang jadi masalah umi menyuruhku membuatnya. Bisa mati muda anakmu umi.

Beruntunglah Jingga tidak ngidam yang aneh-aneh. Jika sudah begini sulit untuk membedakan mana keinginan sang ibu atau calon bayi. Menurutku tidak logis sama sekali. Janin berusia satu bulan ingin ini ingin itu.

Bahkan jalan-jalan saja katanya ngidam.
Sulit kupercaya tapi inilah kenyataan. Suatu sore saat kami sedang selonjoran, Jingga merengek ingin mendengar aku shalawatan.
“Lah? Ngidam lagi?” aku menatap tak percaya ke arahnya. Jika di hitung hampir setiap saat dia ngidam.

“Iya, Gus. Iyaaa.”

Jingga mengeluarkan jurus andalannya dalam merayu. Bibir manyun, tatapan lesu. Aku mulai tahu. Pasti jika sudah begini ada maunya. Paling juga akal-akalan dia. Atau dia balas dendam karena aku memblokade tontonan favoritnya. Sesuai perjanjian. Tidak ada bihun atau siapa—lah itu ketika sedang hamil.

“Suara Gus cempreng. Kayak knalpot blong.”
Berbagai bujuk rayu kulontarkan agar dia membatalkan acara ngidamnya.

“Dari dulu, Gus,” balasnya hendak menggeser posisi duduk dekat denganku.

Niatku untuk merendahkan diri sepertinya tidak jadi. Bukan itu maksudnya, suaraku memang tak seperti Valentino Rossi. Memangnya Rossi bisa nyanyi? Suara knalpot motor Rossi maksudnya. Jangan salah paham!

“Yaudah atuh buru, Gus! Nanti debaynya ngambek.”

“Ck! Dekbay atau Makbay?” balasku meniru gaya bicaranya.

“Shalawat, Gus!”

“Iya-iya.”

Sepertinya 9 bulan akan menjadi hari-hari yang berat sekaligus menyenangkan. Sejauh ini, hanya berat yang terasa. Tetapi tidak mengapa asalkan makbay dan dekbay sehat wal alfiat. Bapakbay bisa apa selain bersabar.

“Ekheumm ... ekheum ....” Aku memposisikan diri berulang kali mengetes suara. Pertama kali di hadapan Jingga semoga saja suara emasku tidak sumbang.

Nafsil hanin fil bode wizekerol ghomilah ....
Ma'a shortak kulliyum nafsil kalaam.
Maqdar sathommin ruhi.
wala ghomat fillillah.
Ablama fakor fiikanal ghoit manaàm.

Wisyuk bibat ya habibif hudni sa'at.
Wisa'at lauzadi syuk mainaimniìs.
Lanhar walalil malaksif khaya li badil.
Walamin ayamaki yum mabiyu hasniìs.

Allàh ... Ya Sallàm ....
Faniik ... ahla kalaàm ....
Qorib minni swaiya swaiya.
Albi wa albak sawa yetla u.
Eddunya Enta maletha alayya.
Dal hubbili mahadesh da~u.
Qorib minni swaiya swaiya.
Add ma te'dar arabtani.

Eddunya Enta maletha alayya.
Wekaenak makhluq alashani.
Wal hàgaban saha waadna.
Lahna khadnàha Hayatna.
Lahna isna ha alaiha ba ish.
Fiishkuti fii kalam Iyash.
fii kulli ayami ainik.

Fikulli ahlami.
Mabit sibnish.

Wal haya ban saha wawadna.
Lahna khadnaha Hayatna.
lahna isna ha alaiha ba ish.
Fishkuti fii kalam Iyas.
Fii kulli ayami ainik.
Fikuli ahlami.
Mabitsibnis.

Qorib minni swayya. Syair yang selalu kudengar. Tidak pernah bosan sekalipun. Lirik yang sangat menyentuh dan makna yang begitu mendalam.

Ya Allah, Ya Salam ....
Di matamu kata-kata terindah, mendekatlah sedikit demi sedikit,
hatiku dan hatimu datang bersama,
dirimu sangat berarti ketika aku dalam kesepian.

Itulah cinta yang tak seorangpun pernah merasakannya ....

“Sudah cukup?” tanyaku mengalihkan perhatiannya. Jingga menatapku penuh arti.

GUS ZAIDAN (Mahabbah cinta Gus) Selesai✓ (Open Pre Order) Where stories live. Discover now