part 22 : sweet heart

11.1K 614 59
                                    

Ane balik lagi gaiss untuk mengisi liburan kalian di tengah-tengah darurat covid-19. Hati-hati di rumah, jangan lupa selalu berwudhu bagi yang muslim. Semoga kita dijauhkan dari musibah yang menimpa negeri ini.
Jangan takut! Lawan Corona dengan ibadah. Perhatikan gejala awalnya, dan segera kedokter bila sudah terjadi gejalanya.

------

Akan kutuliskan sebuah kisah cinta seperti Rasulullah, bukan kisah cinta yang berasal dari benci menjadi cinta. Namun kisah romantis yang akan dikenang sepanjang masa.

Menyertakan namamu dalam setiap doa merupakan hal terindah yang belum pernah kulakukan sebelumnya. Percayalah kisah cinta yang indah akan bertahan selamanya jika kita meletakkan Allah dan Sunnah Rasulullah dalam rumah tangga.

Bukan perkara siapa yang memiliki cinta dan kasih sayang paling banyak. Namun siapa yang mencintai di jalan Allah itulah yang utama. Karena rasa cepat menipis dan hati mudah berbalik bila di dalamnya tak ada asma Allah.

--zaidan Mubarak--

----

"Korea? Jumpa Baekhyun." Rayunya lagi kini membawa bihun. Pantas saja perutku terasa mules teryanta itu penyebabnya.

"Yaudah yuk! Ke Korea jumpa IU," balasku tak mau kalah.

Jingga mendelik kesal. "Kok IU?" Ia kembali memasang wajah cemberut. Lah terus? Kalau bukan IU siapa lagi?
"Jadi enggak Ning ke Korea? Kan, biar adil," tandasku membuatnya bertambah kesal.

Raut wajah Jingga semakin memerah dan kesal. Memangnya dia saja yang boleh punya bias aku juga punya. Jangan tanya sejak kapan! Sejak Jingga sering membicarakan bihunlah, tentu saja aku tidak mau kalah.

"Yaudah pergi sendiri sana!" Cetusnya garang dan berlalu sambil menghentakkan kaki. Ya Allah semoga anakku tidak mewariskan sifat ibunya ketika merajuk.

Lasak betul istriku ya Allah.

Lah? Lah? Lah? Ini kenopo lagi duh Gusti? Mobil sebelah kanan perasaanku. Kenapa dia belok ke kiri? Marah besar lagi.

Tinnn! tinn! tinnn!!

Ku klakson ia berkali-kali namun tak juga dihiraukan.

"Ning gak mau pulang atuh?"
Lagi pertanyaanku hanya dianggap angin lalu.

Sabar!

Sabar?!

Akan indah ketika ia melirik.

"Gak mau pulang, kan? Gus pulang sendiri ya?!" Kataku terakhir kali hendak melajukan mobil meninggalkannya sendirian. Hiks suami jahat.

"Huwaaaaaa ...."

Astaghfirullah?! Kenapa lagi?

"Gus tega bener sama bini sendiri?!" Racaunya semakin keras di tepi jalan. Duh kan jadi malu aku. Salah siapa tiba-tiba marah?

"Kalau sama bini orang mana tega Ning. Bisa-bisa digampar Gus sama lakinya." balasku dari dalam mobil malas untuk turun.

Dia berhenti berjalan dan mendekat kearahku. Di luar dugaan Jingga malah masuk ke dalam mobil tapi tidak di depan lebih tepatnya duduk di bagian belakang.

"Berasa jadi ojek online sekarang," sindirku mendapat balasan tatapan tajam darinya. Berdebat dengannya tak akan pernah membuatku menang karena kodrat laki-laki memang selalu salah.

GUS ZAIDAN (Mahabbah cinta Gus) Selesai✓ (Open Pre Order) Where stories live. Discover now