Part 16

12.1K 578 22
                                    

#Gus_Zaidan 16

Ada dua hal yang tidak bisa dilawan dalam sepanjang hidupku. Yang pertama istri dan yang kedua emak-emak berdaster. Emak-emak berdaster maafkan si Gus.

======

Matahari sudah berada tepat di atas kepala. Di mana pintu neraka sudah terbuka selebar-lebarnya. Waktu terus berputar tak pernah menunggu yang tertinggal.

Hari ini aku bertolak ke restoran Abi. Jingga tidak boleh ikut. Aku sangat posesif padanya akhir-akhir ini. Sebelum pulang dia meminta di bawakan ayam. Melalui gawai ia merengek manja.

[Guse? Pulang nanti jangan lupa bawa ayam, ya. Muahh] Heum ... emot terakhir membuatku panas dingin. Berasa beneran.

[Iya, sayang] balasku secepat kilat dan petir. Agar dia tidak merajuk. Kebiasaan perempuan, balas pesan terlambat pun merajuk.

[Uhibbuka, Gus. Muaahh]
Jingga masih memasang emot cium-cium. Dan aku hanya senyam-senyum di tengah keramaian. Segera kuketik balasan untuknya.

[Uhibbuki, habibati]
Berasa jadi ABG labil sekarang. Padahal umur sudah hampir berkepala tiga.

[Oh, ya, Gus. Ayam jantan pak Karyo, ya! Dedek bayi pengen banget. Masak sendiri] Tambahnya lagi.

[Oke, sip]

Tumben ingin makan ayam. Ayam pak Karyo lagi. Tetangga sebelah, kebetulan beliau sangat suka memelihara ayam. Ada ayam kampung, ayam jago, ayam jantan.

Tunggu?

Ayam jantan?

Pak Karyo?

Mengingat ayam jantan pak Karyo seketika aku bergidik ngeri. Mati aku. Jingga enggak lagi bercanda 'kan? Siapa yang tidak kenal pak Karyo? Juragan ayam berwajah sangar dengan kepala plontos dan kumis seperti jaring ikan.
Segera kuketik balasan chat Jingga.

[Jingga bercanda 'kan?]
Setelah lima menit menunggu akhirnya dibalas.

[Serius, Gus]

[Ngidamnya ganti boleh?]

Tuh, 'kan pasti ngidamnya aneh-aneh. Atau ngidam itu bisa request enggak sih?

[Gak boleh!] cetusnya mengakhiri percakapan.
[Tapi, Ning. Ganti ya?] bujukku agar dia mau mengganti ngidamnya.

[Boleh. Asalkan jangan minta jatah nanti malam]

[Ninggg?]

Jadi sekarang siapa yang merengek-rengek? Aku atau dia? Kenapa jadi runyam begini? Enggak dapat jatah bermasalah. Dengan ayam juga tambah bermasalah. Butuh penyelesaian yang akurat.

Sepulang dari restoran aku beranikan diri untuk mampir ke rumah pak Karyo. Ya, siapa tahu dia sedang baik hati hari ini.

Setelah memarkir mobil di depan pagar rumahnya. Aku turun memasuki halaman rumah yang tak seberapa luas itu. Kuketuk pintu seraya memberi salam. “Assalamu’alaikum, Pak?”

“Waalakumsalam,” sahutan dari dalam rumah terdengar membahana sampai ke luar.

“Cari siapa?” tanyanya melogok di depan pintu.
Aku menyahut dengan kikuk. “Cari bapak.”
Bola matanya yang besar terlihat menerawang. Sesekali menarik kumisnya yang menjalar seperti rumput laut.

“Ada perlu apa?” Pak Karyo langsung bertanya to the point. Membuat rencanaku gagal untuk menarik perhatiannya terlebih dahulu.

“Ayam, Pak.”

“Jadi kamu perlu sama ayam? Kenapa cari saya?”

Ya subhanallah. Juragan ayam sensi amat. Ngajak ribut ini mah. Sabar Gus! Demi jatah.

GUS ZAIDAN (Mahabbah cinta Gus) Selesai✓ (Open Pre Order) Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum