23

1.1K 146 2
                                    

"Aku pulang," Tzuyu memasuki rumahnya.

"Kau sudah pulang Tzu?" Tanya Sana.

Tzuyu hanya diam dan terus melangkah ke kamarnya. Sana yang bingung akhirnya bertanya kepada Yeji.

"Yeji-ya, Tzuyu kenapa?"

"Entahlah, aku tidak tahu."

Sana semakin bingung, ia pun pergi ke kamar Tzuyu. Sampai di depan kamar Tzuyu, Sana mengetuk terlebih dahulu pintu di depannya.

Tok tok

Tak ada jawaban dari sang pemilik kamar, akhirnya Sana pun memilih masuk daripada diam di depan pintu. Saat Sana masuk ke dalam kamar Tzuyu dia melihat Tzuyu sedang duduk di tepi kasurnya sambil menundukkan kepalanya seperti sedang memikirkan sesuatu. Kemudian Sana duduk di sebelah Tzuyu.

"Ada apa?" Tanya Sana sambil mengelus kepala Tzuyu.

Tzuyu mendongak dan menoleh ke arah Sana.

"Ada yang sedang menganggu pikiranmu?" Sana bertanya lagi.

Bukannya menjawab Tzuyu malah mendorong Sana dan langsung mencium bibirnya dengan sangat rakus, Sana kaget dengan perlakuan Tzuyu yang sangat tiba-tiba tapi perlahan ia mulai bisa mengikuti permainan Tzuyu.

Tzuyu melepaskan ciumannya dan menatap Sana intens, sedangkan Sana yang berada di bawah Tzuyu hanya bisa memasang ekspresi bingung.

"Kau tidak akan meninggalkanku kan?" Tanya Tzuyu.

"Kenapa kau bertanya seperti itu, Tzu? Tentu saja jawabanku tidak."

"Aku hanya takut jika terjadi sesuatu dengan hubungan kita, berjanjilah padaku."

"Berjanji untuk apa?"

"Berjanji untuk tidak percaya pada apapun, siapapun kecuali jika aku bilang iya atau menjelaskan sesuatu padamu."

"Aku janji."

"Jika kau mengingkari janjimu aku akan kecewa kepadamu, sungguh."

"Aku janji Chou Tzuyu."

Tzuyu tersenyum, kemudian ia kembali mencium bibir Sana, sedangkan Sana hanya bisa pasrah. Tapi nyatanya Tzuyu hanya mencium Sana sebentar.

"Besok kau ke kantor apa tidak?"

"Sepertinya iya."

"Memangnya kau sudah tidak apa-apa?"

"Aku sudah tenang sekarang, berkatmu dan juga bibir manismu."

"Dasar mesum!" Sana melempar bantal ke muka Tzuyu.

Keesokan harinya Tzuyu kembali bekerja di perusahaannya bersama Jeongyeon dan juga di temani asisten sekaligus pacarnya Sana.

"Eonnie jadi bagaimana kabar perusahaan ini setelah aku tinggal sebentar?"

"Ada kemajuan sedikit. Dan kemarin aku membuka lowongan karena beberapa karyawan memutuskan Resign."

"Resign? Kenapa?"

"Lebih banyak perempuan sih, katanya sih karena mereka sudah ingin menikah. Biar fokus dengan rumah tangga katanya."

"Oh. Sudah ada berapa pelamar?"

"Cukup banyak, bahkan ada yang dari luar Korea."

"Daebak."

"Kalau begitu aku kembali ke ruanganku ya Tzu. Itu Sana sudah kembali."

"Ne."

Jeongyeon pun keluar dari ruangan Tzuyu untuk kembali ke ruangannya.

"Sayang."

Sana menoleh ke arah Tzuyu.

"Bisa aku minta tolong?"

"Apa?"

"Tolong ambilkan data pelamar kerja boleh kan?"

"Tentu saja."

Sana pun akhirnya pergi untuk mengambil data yang di maksud oleh Tzuyu.

"Ini," Sana memberikan tumpukan kertas yang cukup tebal kepada Tzuyu.

"Terima kasih. Apa kau lelah? Jika kau lelah sebaiknya kau duduk saja di sofa, jangan memaksakan dirimu."

"Hmm," Sana hanya bergumam, kemudia ia duduk di sofa sambil memainkan handphonenya.

Tzuyu mulai memeriksa satu per satu data orang yang melamar kerja di perusahaan miliknya, hasilnya hanya sedikit yang memenuhi kriteria perusahaan tersebut. Tzuyu memisahkan beberapa data orang yang pantas untuk melakukan interview, nantinya data itu akan di serahkan pada Jeongyeon, karena Jeongyeonlah yang bertanggungjawab atas hal ini.

Tzuyu pun menelepon Jeongyeon karena malas untuk beranjak dari kursinya.

"Halo eonnie."

"Hmm?"

"Aku sudah pilih beberapa orang yang pantas untuk interview, nanti kau ambil saja di ruanganku atau suruh orang lain saja. Aku malas ke ruanganmu."

"Hmm."

Tzuyu pun mematikan teleponnya dan menghela nafas panjang, akhir-akhir ini ia begitu sibuk sampai waktu istirahatnya tersita banyak. Ia pun berdiri dan menghampiri Sana yang masih asik dengan handphonenya, tanpa minta izin terlebih dahulu, Tzuyu langsung tiduran di sofa dan menjadikan paha Sana sebagai bantal.

Tapi Sana tidak sadar karena ia masih fokus dengan handphonenya. Merasa di abaikan, Tzuyu langsung mengambil handphone Sana, sontak saja Sana terkejut karena handphonenya yang tiba-tiba di rebut.

"Kenapa kau mengambil handphoneku?! Dan sejak kapan kau tiduran di sini?!"

"Siapa suruh fokus banget sama handphone sampai pacar sendiri tiduran aja tidak tahu."

"Yasudah aku minta maaf, kembalikan handphoneku."

"Tidak mau!" Tzuyu langsung memeluk pinggang Sana.

"Tzuyuuu."

Tzuyu menggeleng kuat.

Sana pun menghela nafas, jika sudah begini memang ia harus mengalah. Ia pun mengelus kepala Tzuyu dengan penuh perhatian, seperti seorang ibu yang sedang memberi ketenangan kepada anaknya. Tanpa di sadari ternyata Tzuyu sudah tertidur, dengan masih memeluk Sana.

"Eh? Tidur? Capek banget kayaknya."

"Permisi, boleh saya masuk?" Tanya salah seorang karyawan.

"Masuk saja, ada apa?"

"Saya hanya ingin mengambil data orang-orang yang pantas interview, saya di suruh oleh Jeong-nim."

Jeong-nim adalah panggilan milik Jeongyeon, karena ia tidak mau di panggil dengan embel-embel nyonya atau apalah itu jadi dia memutuskan untuk menyuruh selurub karyawan memanggilnya Jeong-nim.

"Ah, itu ambil saja di meja."

Karyawan tersebut segera menunu meja Tzuyu dan mencari data tersebut, tak cukup sulit menemukannya karena di atas data tersebut ada sebuah kertas yang di sobek dengan tulisan "interview".

"Kalau begitu aku permisi," karyawan tersebut segera meninggalkan ruangan Tzuyu.

Setelah karyawan tersebut pergi, Sana pun mulai memejamkan matanya untuk mencoba tidur sekalian menyusul Tzuyu ke alam mimpi.

































ıllıllı To Be Continued ıllıllı

I Love You Psycho [ 사랭해 싸이코 ] (End)Where stories live. Discover now