10. Sometimes the only way out is through

13.4K 1.5K 189
                                    

Here it is ... another late update ( ´ ー `)
Things happened in rl, so ... I'm really sorry.

.
.
.

Davidio Mahardika

Nanti kabari kalau Mei sudah sampai (15.03)

(15.15) Tumben

(15.15) Kenapa?

.

Rafisqi masih tertunduk memandangi layar ponsel, tidak bisa mengenyahkan kecurigaan dan prasangka yang mulai menghampiri pikirannya. Ada yang tidak biasa dari pesan yang dikirimkan David barusan. Ditambah lagi, sahabatnya itu tidak kunjung membalas meskipun status pesannya sudah berubah menjadi "dibaca" sejak lima menit yang lalu.

Udara dingin berhembus dari arah samping, membuat Rafisqi refleks memperbaiki posisi syal yang tengah di kenakannya. Dia mengalihkan atensi ke pintu kedatangan internasional yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk. Di pertengahan bulan Desember, tempat ini terlihat lebih ramai dibanding biasanya. Liburan Natal dan tahun baru hanya tinggal menghitung hari, dan hal tersebut berbanding lurus dengan peningkatan frekuensi wisatawan yang hilir mudik di bandara John F. Kennedy.

Pesawat yang ditumpangi Meisy seharusnya sudah mendarat beberapa saat yang lalu. Sambil menunggu, Rafisqi kembali mengamati ponsel di tangan. Normalnya, David tidak akan membutuhkan informasi dari orang lain mengenai kabar kedatangan Meisy. Sekarang kenapa tiba-tiba dia mengirim pesan ke Rafisqi alih-alih menghubungi gadis itu secara langsung?

Rafisqi menghembuskan napas berat, menciptakan kepulan asap putih di depan bibirnya. Dan kenapa pula dia malah ikutan pusing memikirkan urusan orang?

Dari pintu kedatangan, Meisy melangkah keluar sambil mendorong troli berisikan barang-barangnya. Kepalanya celingukan ke segala arah dan melihat itu Rafisqi langsung beranjak dari tempatnya dan berlari menghampiri. Seiring dengan semakin sempitnya jarak di antara mereka, dia mulai menyadari ada yang aneh pada Meisy.

"Sudah dari tadi?" tanya Meisy sambil mengulas senyum tipis. "Sorry, tadi ada satu tas yang lama banget keluarnya."

"Kalian bertengkar?" Rafisqi bertanya tanpa pikir panjang. Baru tadi dia menerima pesan ganjil dari David, sekarang dia malah dihadapkan dengan Meisy yang muncul dengan mata agak sembab. 'Bertengkar' adalah penjelasan yang paling masuk akal.

Raut wajah Meisy berubah masam dalam sekejap. "Blak-blakannya nggak bisa lebih wow dari ini?" sindirnya.

Sekitar dua minggu yang lalu, Meisy pulang ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan salah seorang kerabatnya. Rafisqi masih ingat betapa antusiasnya gadis itu sebelum berangkat. Pulang kampung adalah salah satu kesempatannya untuk bertemu David, setelah berbulan-bulan mereka tidak melihat wajah satu sama lain secara langsung. Terlebih lagi, bulan ini seharusnya mereka merayakan hari jadi yang ke-5 tahun. Makanya cukup mengherankan melihatnya pulang dalam kondisi seperti ini.

"Ya sudah." Rafisqi berinisiatif mengambil alih trolinya Meisy. Cukup lama, gadis itu hanya terdiam di tempatnya dan Rafisqi menganggap itu sebagai isyarat baginya untuk tidak bertanya lebih jauh. "Ayo pulang."

"Eh, usaha sedikit dong!" Meisy malah protes. Tangannya melayang untuk menepuk lengan Rafisqi cukup keras. "Nggak mau tanya yang lain, gitu? Misalnya, apa aku baik-baik saja, apa aku mau curhat, apa saja yang terjadi, apa aku mau ditraktir es krim. Padahal aku mau cerita. Capek tahu, memendam ini sendirian dan nggak ada teman curhat. Fiqi enggak peka!"

[End] Perfectly ImperfectWhere stories live. Discover now