ㅡ AFTERWORD ㅡ

10.8K 738 143
                                    

"We can make anything's possible somehow. As long as there are two of us, it's perfect"

 As long as there are two of us, it's perfect"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mulai: 24 Juli 2018
Selesai: 13 Oktober 2020

2 tahun, 2 bulan, 19 hari

Itu waktu yang kubutuhin buat merampungkan cerita ini (sebenarnya ada hasrat mau genapin biar jadi 22 hari, tapi nggak jadi)

Buat ukuran cerita yang total chapter-nya bahkan nggak sampai 100 (kalau dua-duanya digabung), ini sebenarnya lamaa! Tapi berhubung ini novel pertama yang berhasil kutamatin, rasanya tuh PUAAAS banget sampai mau nangis ㅠ.ㅠ❤

Awalnya kisah NauRafisqi ini kutulis cuma buat sekadar hiburan (selayaknya para pendahulunya yang sampai sekarang cuma nangkring di folder laptop buat konsumsi pribadi dan belum ada satu pun yang tamat). Idenya ada sejak pertengahan 2016 dan ditulis awal 2017 karena mereka mulai terasa "mengganggu" di otak. Serius, aku kayak diikutin ke mana-mana dan entah kenapa ide buat cerita ini lancar jaya kayak jalan tol. Waktu itu lagi masa-masanya stres berat sama kuliah, tugas, dan tuntutan lain yang bejibun, dan aku pun ngejadiin Naura dan Rafisqi sebagai pelarian biar tetap waras.

Kemudian di pertengahan 2018, aku memberanikan diri (red: nekat) mempostingnya di Wattpad. Alasannya, biar nulisnya lebih konsisten. Kupikir kalo ada orang lain yang baca (nggak harus banyak, yang penting ada yang baca), mungkin bakalan muncul rasa tanggung jawab yang bikin aku terdorong buat menamatkan cerita (Walau pada akhirnya progress-nya tetap lambat dan aku hiatus beberapa kali buat fokus ke tesis)

Beberapa cerita di balik penulisan "Impossible Possibility" & "Perfectly Imperfect":

🍀 Mulanya mereka satu cerita utuh, tapi akhirnya kupecah jadi dua biar kesannya rapi dan POV-nya nggak campur aduk. Lalu tadinya aku mau lebih fokus ke Naura, tapi nggak jadi, karena rasanya akan ada yang mengganjal. Kalau cuma melihat lewat sudut pandangnya Naura, Rafisqi pasti bakalan terkesan kayak cowok labil dan mengerikan yang hobinya maksa-maksa anak gadis orang :') Padahal dia kan juga punya sisi unyu tersendiri

🍀 Peralihan POV dari Naura ke Rafisqi (masa transisi dari IP ke PI) sempat bikin aku kena writer block T.T Setelah sekian lama nulis dari sudut pandang Naura yang isi kepalanya rada santai, lumayan ringan, dan kadang penuh sarkas, terjun ke kepala Rafisqi berasa cultural shock. Suram, Gaes. Bawaannya serius melulu. Ditambah lagi, Rafisqi itu tipe yang nggak terlalu banyak ngomong. Akibatnya bagian narasi di PI jadi jauh lebih dominan dari dialog.

🍀 Percaya nggak kalau cerita ini harusnya bergenre "Romance-Comedy"?
Jadi awalnya ini tuh tipikal cerita love-hate relationship pada umumnya, yang ditulis demi senang-senang, yang penting beban di otak teralihkan. Di pertengahan, alur ceritanya mulai melenceng dari outline dan jadi berubah banyak. Pada akhirnya cerita ini makin lama makin menjurus ke Angst.
Bye bye romcom. Maybe next time (p′︵‵。)

🍀 Judul awalnya "Metanoia" (Dear God, makasih sudah membuatku berubah pikiran dan kasih ilham buat judul baru)

🍀 Cerita ini nggak punya tokoh antagonis dan second lead. Pemeran antagonisnya lebih ke batin dan diri mereka masing-masing aja kayaknya. Ditya dan Leah nggak bisa disebut second lead. Soalnya mereka sama sekali nggak berusaha atau berkompetisi buat ngerebut hati tokoh utama (Naura dan Rafisqi). Selain itu, jatah screentime mereka juga sedikit sih ....

🍀 Rafisqi nyaris kubuat jadi lebih "berengsek" dari ini (untung nggak jadi)

🍀 Perfectly Imperfect melenceng 70% dari konsep awal, walaupun endingnya tetap sama (but I love this version more!) dan entah sudah berapa kali aku bongkar-pasang epilog sampai akhirnya puas .-. Jadi itulah alasannya kenapa ada jarak cukup lama antara chapter terakhir sama epilog. Makasih sudah memaklumi.

🍀 Aku masih menyimpa. cerita versi paling awal dan tiap baca itu rasanya pengin ngakak sampai guling-guling. Bukan karena lucu, tapi karena geli banget bacanya.

🍀 Bohong kalo kubilang aku nggak pernah jenuh sama cerita ini :') berkali-kali rasanya insecure sama yang kutulis. Semacam merasa tulisanku aneh dan nggak layak dibaca. Sempat beberapa kali kena writer block parah dan untuk membangun mood aku mesti beberapa kali baca ulang cari prolog paling awal (seraya menahan hasrat ingin revisi besar-besaran). Tapi jujur aja, pas baca komen-komen kalian rasanya jadi semangat lagi ❤

🍀 Sebuah pengakuan:
Aku. Nggak. Ahli. Bikin. Adegan. Skinship.
I'm suck at that kind of scene. I've tried, but ulala~ cringe-nya sungguh tak tertahankan.
//lirik draft-draft aib yang kusembunyikan dari dunia
Di cerita ini aku berusaha sebisa mungkin ciptain adegan uwu dengan cara yang lain, misalnya yang pas adegan mandiin koeching, foto prewed di laut, dll. Beberapa skinship nggak bisa dihindari, tapi semoga nggak terkesan aneh buat yang baca :')

🍀 Karena alasan di atas, tolong jangan minta sekuel yang isinya married life mereka ....
Kemampuanku belum mumpuni

🍀 Style menulisku sempat berubah beberapa kali (inilah bunda, akibatnya kalau butuh waktu 2 tahun lebih buat nyelesaiin satu naskah). Kalau yang baca maraton dari awal mungkin bakalan sadar sama perubahannya wkwk

🍀 Demi cerita ini aku harus baca jurnal penelitian dan artikel-artikel berbau psikologi. Sebuah struggle tersendiri lmao Makasih, Naura dan Rafisqi. Aku makin sadar kalau pengetahuanku masih sangatlah cetek :')

🍀 Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa di Epilog tiba-tiba saja David ada di New York? 👀

.

Pas awal publish, aku nggak punya ekspektasi kalau bakalan jadi seramai ini. "Impossible Possibility" tembus sejuta (plis itu banyaak banget ㅠ.ㅠ nolnya ada enam, udah bisa beli HP kalo dikonversikan ke Rupiah) dan "Perfectly Imperfect" bisa mencapai 200k padahal belum tamat. Dulu sampai sepuluh ribu aja rasanya udah wow!

ALL OF YOU MADE THIS POSSIBLE! REALLY THANK YOU THANK YOU THANK YOU ❤

Makasih sudah menyempatkan baca, vote, dan juga komen!

Aku nggak bisa nyebutin satu-satu. Tapi special thanks buat yang ngikutin dari awal dan masih sabar meskipun beberapa kali kugantungin dengan update yang lelet. Makasih juga buat yang udah merekomendasikan cerita ini. Beberapa kali aku sempat lihat NauRafisqi berseliweran di base Twitter dan aku benar-benar terharuuu

Maafkan kalau ada komentar-komentar yang nggak kubalas, tapi semuanya kubaca kok. Apalagi kalau bacanya pas lagi down. Moodboaster banget! Serius, ngeliat kalian misuh-misuh marahin Rafisqi beneran bisa membuat mood membaik //sounds so evil

.

Well, such a long journey, isn't it?

Di "Impossible Possibility", kita melihat bagaimana Naura berdamai dengan hatinya dan menerima bahwa dia benar-benar jatuh cinta pada orang yang dulu dibencinya. Di "Perfectly Imperfect", kita mengikuti perjuangan Rafisqi yang berusaha berdamai dengan masa lalu dan juga dirinya sendiri.

Cerita ini masih punya banyak kekurangan, tapi kuharap bisa bermanfaat dan membuat kalian terhibur. Ambil hal baiknya dan jangan sekali-kali ditiru sisi jeleknya.

Makasih udah baca sampai sini. Maaf kalau ada salah-salah kata.

Naura dan Rafisqi pamit undur diri dulu!

//Aih, kenapa aku merasa galau banget pas ngetik bagian ini T.T

Mereka sudah bahagia. Tenang aja.

Semoga kita bisa jumpa lagi dengan mereka di lain kesempatan.

Love,
Tia

/13 Oktober 2020/

[End] Perfectly ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang