16. night

22.1K 2.5K 56
                                    

Jaemin menjadi benci pada bar, alkohol,dan juga Lee Jeno. Semua hal itu menjadi saling berhubungan satu sama lain semenjak Jeno menciumnya secara tidak sengaja waktu itu,—entah bisa dikatakan sengaja atau tidak, mengingat Jeno mabuk saat itu— dan disinilah Jaemin,sebuah bar yang cukup sepi untungnya.

Disana terduduk,pemuda itu menunduk meletakkan kepalanya di atas meja bar,Jaemin menghela nafas kesal. Dia berjalan cepat, lalu menepuk punggung Jeno dengan sedikit keras,itu berhasil membuat Jeno tersentak terkejut.

Mata Jeno menyipit —padahal sudah sipit—,dahinya berkerut.

“Renjun??”

Jaemin mendelik,membuka mulutnya tak percaya,memutar bola matanya,lalu berkecak pinggang. “Yak! Lee Jeno,bangun bodoh! Kau merepotkanku.” ucap Jaemin,

“Renjun,kenapa kau memutuskan hubungan kita?” Jeno masih sibuk bergumam,Jaemin jengah,dia kesal lalu dengan kasar menyeret Jeno untuk keluar dari bar. Dia memapah Jeno karena sepertinya pria itu tak bisa berjalan dengan normal

“Renjun,kau membawaku kemana?” Jaemin diam saja,lelah sekali menanggapi Jeno. Jeno mengendus-endus leher Jaemin,hampir saja Jaemin berteriak karena terkejut. Tapi dia tahan,nantinya dia akan menjadi bahan perhatian.

“diamlah Lee! Kau berisik.”

Jaemin memberhentikan taksi dengan susah payah,lalu membawa Jeno masuk ke dalamnya dan disusul Jaemin setelahnya. Untungnya Jeno sudah tidak banyak berulah.

Jaemin menyebutkan alamat rumahnya,lalu perjalanan dimulai dengan tenang,Jeno tidak banyak bicara,pria itu tertidur. Diam diam Jaemin melihat tanda tanda kemerahan di leher Jeno.

Astaga,apa itu dia yang melakukannya? Jaemin memalingkan wajah karena malu,dia kembali teringat adegan adegan panasnya dengan Jeno. Dia menggelengkan kepalanya,itu semua tidak seharusnya terjadi dan tidak seharusnya diingat.

[🌱]

Sepertinya Jeno harus berterima kasih banyak pada Jaemin, Jaemin menyelimuti pria itu dan membiarkan dia tidur di kasurnya. Jaemin menatap Jeno jengah, sudah tengah malam tapi pria ini tak kunjung bangun,apa Jeno mati? Jaemin tersentak,lalu membawa dirinya pada Jeno memastikan pria itu masih bernafas atau tidak.

Jaemin mendekatkan wajahnya memperhatikan wajah Jeno,lalu mengecek apa Jeno masih bernafas, tiba-tiba saja mata Jeno terbuka menampakkan iris hitamnya itu,dengan segera Jaemin bangkit dari posisi duduknya. Jeno mencoba duduk,Jaemin hanya melihat tanpa ada niat membantu.

“Dimana aku?” tanya Jeno, seingatnya sebelum ini dia berada di bar.

“Apartemenku.” jawab Jaemin cepat,dia sedikit gugup

Jeno mendelik terkejut, “Kau menculikku?!” seru Jeno,Jaemin berdecak lalu memukul kepala Jeno dengan kesal.

“Kau harusnya berterima kasih, bodoh! Aku membawamu kemari setelah seseorang meneleponku karena kau mabuk! Lagi pula,orang gila mana yang mabuk di sore hari?!” jelas Jaemin panjang lebar.

Jenis mengangguk saja,tanpa niat meminta maaf,lalu dengan tak tahu malunya perutnya berbunyi diisi. Jaemin menghela nafas,baiklah sepertinya dia harus menolong Jeno sekali lagi.

“Berdiri,bersihkan badanmu,aku akan memasakkan sesuatu untukmu.” Jaemin bangkit dan meninggalkan Jeno

[🌱]

Sepertinya Jaemin tidak seburuk yang Jeno kira,lelaki manis itu menyiapkan semangkuk sup untuk Jeno juga obat pengar. Padahal,ini sudah tengah malam,Jaemin memainkan ponselnya,sambil menunggu Jeno selesai makan,ingin sekali memotret Jeno dan mengirimkannya ke grup Sasaeng,pasti dia akan mendapatkan banyak uang. Hei,Jaemin adalah seorang paparazi,ingat? Tapi,dia tak sejahat itu.

Tiba tiba Jaemin penasaran, “Yak, sebenarnya apa yang membuatmu mabuk di sore hari,apa karena seniman China itu?

“Bukan urusanmu.”

“Pasti karena itu,kau bahkan menyebut namanya saat kau mabuk.”

“Baiklah,memang karena Renjun!”

“Hahahah,aku tak mengira kau akan jadi semengerikan ini,lupakan dia,Lee!”

“Aku hanya terlalu terkejut,dia memutuskanku seperti itu!”

“ dia pasti bosan.” ucap Jaemin meledek Jeno,namun raut muka Jeno berubah membuat Jaemin merasa tidak enak.

“Yak,aku hanya bercanda.”

Jeno melanjutkan makannya dalam diam,baiklah ini salah Jaemin. Beberapa menit selanjutnya terdengar air mengalir, sepertinya Jeno cukup tahu diri.

“Boleh aku menginap disini?” tanya Jeno

“Kenapa,bukankah kau punya rumah,huh?” tanya Jaemin tidak setuju

“aku hanya tak ingin sendirian,dorm sangat sepi.” Kata Jeno,lalu duduk didekat Jaemin.

“Aku hanya punya satu ranjang,kalau begitu kau tidur di sofa.” ucap Jaemin.

“Kenapa? Kulihat ranjangnya cukup besar untuk kita berdua, lagipula kita berdua sudah pernah melakukan—”

“Yak! Jangan membahasnya!” muka Jaemin merah padam, “Terserah aku ingin tidur,ini sudah malam.”

Jaemin meninggalkan Jeno dan langsung menidurkan diri,tak disangka Jeno menyusulnya dan tidur disebelahnya,merasakan nafas Jeno memberat membuat Jaemin merasa kasian

“Yak,kau benar benar bersedih?” tanya Jaemin tanpa menoleh,Jeno tidak menjawab, “Apa kau menangis?”

“tidak.” balas Jeno

“Er, sepertinya kau harus mencari pacar lagi,Lee.” usul Jaemin..

“Dan membiarkanmu menguntitnya lagi? Tidak semudah itu,Na!”

“Sialan,sudahlah.”

Jaemin memejamkan matanya,ini hari yang panjang.

Paparazi || Nomin ✔️Where stories live. Discover now