2.2 Dating a Man

1.2K 144 9
                                    

Jaehyun, apa kau baik-baik saja? Sudah beberapa hari kau tidak membalas pesanku, bahkan telfonku saja tidak kau jawab, aku merindukanmu.

Bunyi pesan dari Jennie membuat Jaehyun semakin malas untuk bangun. Dia melempar handphonenya sembarangan, kemudian bergelung dibalik selimut tebalnya. Pagi ini sedang hujan deras. Pas sekali untuk bermalas-malasan di hari sabtu.

"Aku malas sekali ya Tuhan," adu Jaehyun sambil menggeliat lalu bangun duduk bersandar pada dinding. "Bukannya aku tidak bersyukur atas hujan di pagi ini tapi aku sangat lapar," rengek Jaehyun pada dirinya sendiri.

"Dan di rumah sederhanaku ini tidak ada makanan sementara hujan di luar sana semakin deras saja!"

Suara petir menyambar seperti membalas keluhan Jaehyun yang membuatnya refleks terlonjak kaget dan mengumpat lalu meringkuk di balik selimutnya.

"Astaga, sepertinya Tuhan sedang marah padaku," cicitnya.

Dia pun tertidur lagi sampai jam 3 sore.


○○○


"Aku minta maaf, Jennie. Aku mengaku bersalah sudah mengabaikanmu." Jaehyun mencoba menenangkan wanita yang sejak tadi menangis di bahunya.

Jennie terdiam dan mengangkat kepalanya, dia menatap Jaehyun sebal. "Empat hari kau mengabaikanku."

"Aku harus bagaimana supaya kau berhenti menangis?" Tubuh Jaehyun masih erat dalam rangkulannya. "Kan sekarang aku sudah menemuimu, Sayang."

"Iya, kau jangan berlebihan seperti itu. Sekarang Jaehyun sudah ada di sini menemuimu." Suara Lisa, teman dekat sekaligus house-matenya terdengar dari ujung pintu kamar. "Tahu sendiri, kan, Jaehyun sudah punya pekerjaan yang membuatnya sibuk."

Jennie, kekasih Jaehyun, cepat-cepat menghapus air matanya. Dia memeluk Jaehyun lebih erat beberapa detik, lalu melepaskan pelukannya itu. Jemarinya membenarkan rambut Jaehyun, juga lengan kaus yang Jaehyun kenakan.

"Terima kasih masih mau menemuiku," ucap wanita itu dengan sisa-sisa air mata yang masih ada di pipinya. "Sekarang kau boleh pulang. Kau masih ada janji dengan temanmu, kan?"

Ini yang membuat Jaehyun agak berat melepas Jennie, meskipun sikap kekanak-kanakannya lebih mendominasi tapi di sisi lain dia sangat pengertian, tidak pernah mengekang dan membebaskan Jaehyun bergaul dengan siapa saja.

Kemudian Jaehyun menarik wanita cantik itu ke dalam pelukannya dan membisikkan sesuatu di telinganya.

"Aku sayang padamu."

Tentu saja kalimat barusan tidak benar-benar tulus. Baginya, Jennie belum sekuat dan sespesial itu. Hubungan mereka yang sudah berjalan tiga bulan terasa begitu hambar, tetapi dia harus segera mengakhiri hubungannya.

Jaehyun segera melepaskan pelukannya lalu berpamitan pada Jennie dan Lisa. Jaehyun berjalan meninggalkan rumah itu menuju supermarket. Bahan makanan di rumahnya sudah habis, Jaehyun butuh makan dan memasak sendiri adalah pilihannya.

Jaehyun berbohong perihal 'ada janji dengan teman'.

○○○

"Kenapa banyak sekali?!" Jaehyun heboh sendiri ketika menyadari isi trolinya sudah penuh dengan bahan masakan dan kebutuhan lainnya, sepertinya dia terlalu bersamangat berbelanja.

"Malam ini aku ingin makan sesuatu yang lezat dan banyak," monolognya sambil mendorong troli ke area seafood.

Sepertinya aku butuh udang." Jaehyun mengambil kantong plastik yang tersedia dan memilih beberapa ekor udang. "Eh, tapi cumi-cumi lebih enak," matanya melirik ke arah cumi-cumi segar, seakan menggodanya untuk mengambil beberapa ekor. "Tapi, udang─" Jaehyun mulai bingung, dia menggaruk kepalanya yang memang gatal karena belum keramas selama tiga hari. Jorok sekali.

JOHNJAENOLOGIWhere stories live. Discover now