16. Cokelat Swiss

449 85 16
                                    

"Apa yang salah dengan menjadi gemuk?

Kalau ada yang nanya; gue gemuk, apa porsi makan gue banyak?

Lo tau itu sesuatu yang bener-bener ngeganggu. Apa salahnya jadi gemuk? Itu yang ingin gue tau. Kenapa ada pertanyaan kayak gitu.

Gue ngerasa lebih baik dengan badan gue yang oversize. Gue cinta sama diri gue. Jangan takut susah dapet pacar, percaya sama gue, lo harus pede dan cintain diri lo sendiri karena dengan begitu aura lo bakal nguar tanpa harus berbadan langsing.

Gemuk itu seksi."─Jeffrey Atur Pratama, 16 tahun, sambil mengunyah camilannya.

ϟ

Terjadi aksi saling dorong-mendorong di koridor bersamaan dengan keributan adu mulut yang sengit.

"Gue nggak mau."

"Atuh aa njep bantuin gue, ya?"

"Nggak, kenapa harus gue?! Gue laki kalo lo lupa!"

"Justru karena lo laki jadi nggak bakalan malu!"

"Alin!"

"Jeffrey, ih!" desak Alin seraya menarik lengan seragam Jeffrey hingga setengah robek, membuatnya berteriak histeris. Alin meringis bersamaan dengan mata yang tak lepas dari Jeffrey yang tampak kesal.

Jeffrey menarik napas dalam-dalam, berusaha menelan emosinya. "Siapa tadi namanya? Joni Latif?"

Alin kembali bersamangat, dia mengangguk, tandanya Jeffrey bersedia membantunya. Lalu gadis itu berkata dengan dramatis, "Ya Tuhan aa njep, beneran?" Bahkan matanya sudah berkaca-kaca siap menangis kapan saja, tinggal dibikin baper sedikit lagi.

Jeffrey mendengus, berujar tak sabaran, "Iya, mana sini barangnya!"

Alin buru-buru merogoh tasnya dan menyerahkan sekotak cokelat asli dari Swiss pada Jeffrey, lengkap dengan hiasan pita berwarna merah terang. Jeffrey menerimanya dengan ogah-ogahan, dia bisa saja menolaknya dengan tegas tapi penolakan tegas bagi Alin hanya berlaku beberapa jam saja.

Alin berseru kegirangan sambil meloncat-loncat di tempat. "Njep, makasih!" dan memeluk tubuh gempal Jeffrey dengan perasaan bahagia.

"Iya iya, lepasin gue dulu malu diliat orang." Reaksi Jeffrey datar, setengah dongkol.

Alin melepas pelukannya sembari cengengesan, dan mengingatkan, "Inget ya, Njep, Joni Latif bukan Johnny Lazuardi."

"Oh, ada dua Joni?"

"Yap, Joni gue ditulis J O N I kalo Johnny onoh ditulis J O H N N Y," Alin menerangkan dan mengeja perbedaan dua nama itu dengan jelas.

Jeffrey agak lemot, "Apa bedanya? Sama-sama dibaca 'Joni', kan?"

Alin mendesis tak puas, "Ya beda, oon! Lagian masa lo nggak kenal siapa Johnny Lazuardi? Ah tapi nggak penting dia mah, sana cepet itu pintu kelasnya yang kebuka tuh, tadi gue udah cek doi lagi di kelas. Dah ah, semangat!"

Alin mendorong bahu Jeffrey tak sabaran, yang membuat Jeffrey meraung protes mengabaikan tatapan risi dari beberapa murid yang melewati koridor tersebut.

JOHNJAENOLOGIOnde histórias criam vida. Descubra agora