14. Zona Nyaman

512 77 6
                                    

"Lahir di Solo, sekolah di Depok, kuliah di Bandung, kerja di Jakarta, tinggal di Bekasi. Penduduk Indonesia! Serumit apa hidup lo, sebanyak itulah pengalaman lo," tutur Jeffrey dengan mata berbinar.

Johnny mengernyit, menatap Jeffrey malas. "Kamu ngomong apa?" Dan lanjut memakan nasi goreng kesukaannya, lahap.

Jeffrey nyengir bodoh seraya mengedikkan bahu, dan menjawab, "Asal ngomong."

"Kebiasaan asal ngomong." Johnny mendengus.

Jeffrey masih menampilkan cengirannya, lesung pipitnya terlihat sangat menggemaskan, lalu mencondongkan setengah badannya yang terhalang meja panjang ke arah Johnny. "Suapin...," ujarnya dengan nada manja, dia membuka mulutnya lebar-lebar.

Johnny sontak menggelengkan kepala, bibirnya berkedut hendak tersenyum, kemudian menyuapi Jeffrey tanpa repot peduli atas pandangan pelanggan lain di sekitar mereka.

Omong-omong mereka sedang makan malam di warung nasi goreng di seberang kost-kostan Jeffrey.

"Mas Johnny jangan bikin iri orang lain dong," goda si pemilik warung seraya menaruh segelas jeruk peras hangat, pesanan Jeffrey.

"Kalo nggak diturutin bakal ngamuk, mbak," seloroh Johnny, dan Jeffrey langsung mendelik ke sekitar dengan mulut penuh; melemparkan pelototan alakadarnya yang mana malah membuat orang lain terkikik gemas akan tingkahnya.

"Jadi kalian udah pacaran?" Si pemilik warung ingin tahu, matanya menatap kedua anak Adam itu bergantian.

Johnny tidak menjawab hanya tersenyum tipis, dan hendak menyuapi Jeffrey lagi, namun Jeffrey menolak.

"Udah kenyang," kata Jeffrey lalu meminum jeruk hangatnya. Kemudian melemparkan senyum manis pada si pemilik warung. "Si mbak nggak tau, ya? Jojo nolak aku." Jeffrey mendeklarasikannya penuh drama, wajahnya dibuat sekuyu mungkin. Baik, dia memang calon aktor, tapi aktingnya sangat buruk, maka si mbak pun tidak percaya. Di sisi lain, Johnny menghela napas.

Sekonyong-konyong ada suara jeritan tertahan, keributan, dan bisik-bisik yang ditujukan pada Jeffrey dan Johnny dari segerombolan pelanggan remaja di warung tersebut. Jeffrey tidak mau melewatkan momen itu, maka, Jeffrey menanggapi mereka dengan menghampiri, dan mengajak mereka berkenalan.

Ya, sang supernova sedang mengepakkan sayapnya.

Sementara itu-Johnny dan si pemilik warung hanya bisa menggelengkan kepala serentak.

Kemudian Johnny membuka suara, "Kita memang nggak pacaran tapi hati dan raganya milik saya." Johnny tertawa atas kalimatnya yang terdengar cheesy dan si mbak pun hanya bisa ikut tertawa, lebih tepatnya kehabisan kata-kata dan berfikir kalau anak jaman sekarang sepertinya memang tidak suka repot-repot untuk jadian. Lalu Johnny mengeluarkan dompet mahalnya-memberikan selembar uang pecahan 100 ribu pada si pemilik warung. "Kembaliannya masukin ke hutang Jeffrey aja, mbak."

"Siap. Beruntung banget mas Jeffrey, padahal dia genit gitu," ujar si pemilik warung bercanda. "Ini udah, mas?" Tanyanya yang hendak membereskan piring bekas Johnny.

"Udah, beresin aja, saya harus bawa pulang Jeffrey besok pagi ada ujian." Johnny beranjak dari kursinya, dan melanjutkan dengan suara agak lantang, "Sifat alaminya yang satu itu emang lumayan bikin saya gerah." Johnny bersiap menyeret paksa Jeffrey.

Baik si pemilik warung dan segerombol remaja yang digoda Jefrrey, mereka semua tertawa geli atas tingkahnya yang berisik, tidak terima ditarik paksa begitu saja.

"Rokok! Rokok!" Jerit Jeffrey heboh ditengah seretan Johnny. "Rokoknya ketinggalan, Jo! Lepasin atuh! Itu rokoknya baru beli." Setengah merengek Jeffrey berusaha melepaskan cengkraman Johnny di lengannya. Namun, cengkramannya makin menguat.

"Nggak ada rokok buat malem ini." Johnny membuka pintu mobilnya. "Masuk," titahnya mutlak.

Jeffrey bengong.

"Mau ke mana?" Tatapan bingung ia lemparkan pada Johnny.

"Pulang."

"Loh, yang pulang, kan, kamu doang, itu kostan aku nangkring di seberang ngapain naik mobil?"

"Kamu ikut pulang ke rumah. Cepet masuk." Johnny gemas, mendorong paksa tubuh Jeffrey ke dalam mobilnya.

ϟ

"Nanti turun di indomart dulu, ya, mau beli rokok."

FIN

JOHNJAENOLOGIOnde histórias criam vida. Descubra agora