12. Best Mistake

916 86 2
                                    

Cinta adalah universal, ia mampu menyelami berbagai samudera, ia mampu diterima oleh segala bangsa dan dengan cinta, dunia ini tercipta dengan segala keindahannya. Cinta menjadi salah satu kemaujudan Tuhan. Tuhan yang mencipta, Tuhan yang memberi kasih dan memberi hati kepada setiap manusia untuk bisa mengecap manisnya cinta.

Namun, pemberian Tuhan yang kemudian disebut cinta, menjadi racun yang mematikan ketika ia digenggam oleh orang yang tak paham dengan kesucian cinta. Hingga kemudian cinta menjadi perantara antara nafsu dan kasih sayang. Keduanya kemudian menjadi semu. Hingga akhirnya yang terjadi adalah luka, penderitaan, kebobrokan moral hingga hilangnya kehormatan.



"Jaehyun, semoga kau nyaman tinggal di sini. Sayang sekali aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku, aku ada dinas ke luar kota selama satu minggu. Nanti sekitar jam 10 malam suamiku kembali dari luar negeri, jangan sungkan, jangan canggung, anggap rumah sendiri, dan anggap suamiku sebagai kakakmu juga meski kalian belum pernah ketemu. Ah, aku akan telat. Aku harus pergi sekarang. Kamarmu ada di lantai dua."

Sepeninggal Kim Seolhee-Jaehyun bengong, tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya berdiri.

Ini terasa canggung, Jaehyun membatin sambil memasang wajah merana hendak menangis.

Singkat cerita; Jung Jaehyun 18 tahun adalah seorang pemuda yang berasal dari kampung datang ke kota Besar. Jaehyun pemuda biasa dengan pikiran sederhana. Ia baru lulus sekolah Menengah Atas dan tidak berniat melanjutkan kuliah karena alasan finansial yang tidak mendukung. Orangtuanya cerai, bisnis keluarga merosot, dan perlahan jatuh miskin. Satu bulan lalu keluarga Kim datang ke kediaman sederhananya-yang merupakan kerabat jauh dari pihak ibu Jaehyun-bermaksud memboyong Jaehyun ke kota untuk menyekolahkannya, pemuda itu diminta tinggal bersama dengan anaknya yang merupakan pejabat dinas Pendidikan. Jaehyun tahu seberapa kaya keluarga itu, tapi ia tidak pernah menyangka mereka akan ingat tentang eksistensinya. Mereka sangat jarang ketemu, bahkan Jaehyun hampir lupa tentang anak dari keluarga tersebut, dan baru tahu bahwa Kim Seolhee sudah menikah tiga bulan lalu.

Dan di sini-lah ia sekarang, di kediaman elit milik Kim Seolhee beserta suami di Sinsa-dong, Seoul. Menerima bantuan dari keluarga Kim yang diulurkan padanya.

Jaehyun berdiri kikuk di ruang tamu, rumah tersebut tampak sepi tidak ada tanda-tanda keberadaan asisten rumah tangga. Ia menghela napas, dan mengedarkan pandangan-menilai interiornya.

"Simpel dan mahal," gumamnya, ia tidak menemukan foto pernikahan si tuan rumah bahkan foto yang lain juga tidak ada hanya ada beberapa lukisan mahal. Mengedikkan bahu, kemudian melangkah menuju lantai dua sambil menggeret koper serta membawa tas ranselnya.



Jam 22.45 menit Jaehyun masih bermain basket di halaman belakang, sambil menunggu kepulangan suami dari Seolhee, sangat tidak sopan apabila dirinya jatuh tertidur sebelum bertemu si tuan rumah.

Tadi sore begitu membuka jendela kamarnya-ia langsung disuguhkan halaman belakang yang tampak begitu asri dan komplit dengan lapangan basket mini, cukup untuk bermain 2-3 orang pemain. Sudah sekian tahun dirinya tidak menginjakkan kaki di Seoul, maka ini adalah kesempatan baginya untuk menghabiskan waktu enak. Jaehyun bukan tipe manusia munafik, ia akan menikmati semua keberuntungan ini, ia akan menggunakan waktunya sebaik mungkin selama hidup di kota besar ini, dan menghormati tuan rumah yang sudah berbesar hati merawat dirinya.

Jaehyun berhenti sejenak, dan menaruh bolanya pada tempatnya sebelum memasuki rumah. Ia menatap jam dinding lalu mengernyit, sudah hampir jam 11 malam tapi belum ada tanda-tanda kepulangan suami Seolhee. Namun, saat ia hendak melangkah menuju dapur untuk mengambil minuman, ia dikejutkan oleh keberadaan seseorang yang juga tengah menatapnya dengan pandangan yang sulit ia artikan.

JOHNJAENOLOGIWhere stories live. Discover now