Bab 6: Game Over

93 30 10
                                    

Diharapkan untuk menekan tombol vote setiap membaca.
Terima kasih
•••

Kantung matanya sudah benar-benar gelap karena terus terjaga di depan monitor yang penuh dengan angka. Jarum jam tak berhenti menghasilkan suara di heningnya ruangan. Keyboard yang terus diketik untuk memasukkan kode-kode angka tertentu akhirnya membuahkan hasil.

[System]: The account has been successfully hacked.

"Wohooo, let's play!" Sembari tangannya memperbaiki posisi kacamatanya, senyum picik terukir jelas di sudut bibirnya.

🗝🗝🗝

Berita heboh menggemparkan tersebar luas di kalangan anak kelas 10 terkhususnya di kelas 10-3. Bagaimana tidak, foto isi chat murid terpintar di kelas tersebar luas di akun sosial media milik kelas. Isinya tentang Liana yang menyogok guru wali kelasnya untuk mendapatkan semua soal ujian mata pelajaran kelas 10.

"Gila ya, siapa yang pajang ini di sini?"

Kertas yang dilingkari dengan tinta merah mencuri perhatian semua siswa yang melewati papan pengumuman di koridor lantai satu.

"Tika, kau tahu tentang kelakuan temanmu ini?" Ketua kelas memperlihatkan hasil jepretannya ke teman akrab Liana.

"Engga, aku sendiri engga nyangka dia begitu. Kau juga bisa lihat sendiri kan Vi, tugas selalu tepat waktu lalu sering menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Siapapun percaya kalau dia memang cocok untuk dapat peringkat satu di kelas" Tika membuka ponselnya yang bergetar tadi selagi ia bicara.

[Unknown]: Hai Tika, teruslah berpura-pura tidak mengetahui apa yang sahabatmu lakukan, apa aku perlu sebarkan punyamu juga?

"Tika hoi, wajahmu kok jadi pucat begitu?" Vivi mengguncang bahu teman ngobrolnya yang terlihat pucat pasi.

Tika berdiri dan berteriak kencang, "Siapa yang baru aja kirim pesan ke aku?! Ngaku atau aku telepon sekarang juga nomor ini."

Seisi kelas mendadak hening karena mendengar teriakan Tika. Tidak ada yang berani menjawab, entah karena tidak mengerti permasalahan atau sekedar mengamati keadaan untuk mencari momen yang tepat untuk menyerang balik.

Geram karena tidak ada yang mengaku, Tika langsung menelepon orang yang baru saja mengirimkannya pesan. Jantungnya berdebar ingin mengetahui siapa yang berani mengancamnya seperti itu.

Kring.. kring..

Tubuhnya bergerak mencari asal bunyi tersebut, di ujung kanan ruangan bunyi itu terdengar jelas.

"Jadi kau yang-"

"Halo, mbak?" Anak laki-laki yang Tika duga sebagai pengirim pesan, malah mengangkat panggilan telepon dari orang lain.

Jarinya mengetuk ke tombol speaker, yang terdengar hanya suara operator yang berkata, nomor yang dia telepon sudah tidak aktif lagi. Lidahnya mendecak sebal, lalu tangannya membanting ponsel yang ia genggam ke lantai.

"Pencuri mana ada yang ngaku!" Teriaknya.

Seseorang merasa puas dengan reaksi Tika, lucu sekali mendengar kalimat terakhir yang dia lontarkan sebelum keluar dari kelas dengan sudut mata yang sudah berair.
"Sama halnya dengan apa yang kau lakukan, bukan? Pencuri mana ada yang ngaku."

14 Days [Completed]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz