Bab 12: This is How I See You

50 17 8
                                    

*Warning: 15+
Harap bijak dalam membaca.

Diharapkan untuk menekan tombol vote setiap membaca.
Terima kasih
•••
Aku terbangun karena cahaya yang menembus kaca jendela terlalu menyilaukan untuk kuabaikan. Musik jazz yang terputar di dalam apartemen, memancingku untuk mengumpulkan kesadaranku dengan bersandar di kepala tempat tidur.
Senyumku terpancing melihat sosok dengan hoodie kebesaran yang tentu saja milikku namun selalu ia pakai seperti kepunyaannya sendiri.

Kecupan singkat mendarat di pipi. Tanganku melingkar di sekitar pinggulnya. Aroma parfum yang menjadi candu bagiku. Agak susah menjelaskannya namun seperti mencium aroma manis dengan sedikit aroma buah. Aku ingin sedikit bermanja-manja padanya tapi, ia melepaskan lenganku yang melingkar padanya.

"Ayo sarapan. Tapi, sikat gigi dulu sana, bau soalnya."

Dia tersenyum jahil. Aku tidak keberatan sama sekali langsung menggendongnya ikut bersamaku. Aku menyikat gigi di depan kaca. Pandangan mataku tertuju padanya yang sedang duduk di meja. Tangannya dengan telaten menyisir rambutku yang masih acak-acakan. Selesai itu, aku kembali menggendongnya ke meja makan. Roti bakar dengan selai kacang di atasnya, ditemani dengan secangkir kopi menjadi paket komplit sarapan di pagi hari.

Dia yang duduk di seberangku sedang menikmati semangkuk granola dan segelas susu kesukaannya.
"Kenapa? Ayo, cepat makan. Nanti kita ke supermarket beli belanjaan bulanan."

Tanpa dia sadari, bibirnya belepotan bekas susu yang ia minum. Aku mengangguk menghabiskan sarapanku. Menghampiri dia yang tinggal menghabiskan beberapa sendok makanannya. Jariku menyapu ujung bibirnya dan menjilat sisa susu yang ada di jariku. Hal yang paling kusuka darinya adalah ketika pipi tembamnya merona menahan malu.

🩰🩰🩰

"Aku mau duduk di keranjang. Angkat aku!" Dia merentangkan tangannya seperti anak kecil.

"Emang muat?"

"Aku tidak segemuk itu tuan Jonathan."

"Ya, ya, ya. Kemari."

Aku mengangkat tubuhnya yang bagiku cukup ringan. Kalau sudah begini, sudah pasti aku yang mendorong dan mengambil barang yang dia sebut.
Setiap momen yang kulewati bersama Ghea akan selalu menyenangkan. Bibir mungilnya akan memarahiku kalau sesekali aku mengusiknya.

"Total belanjanya 2.347.0000, cash atau card?"

"Card aja, mbak."

"Mas,ini adiknya ya? Lucu ya."

Aku tidak tahan menahan tawaku. Ghea sudah menggembungkan pipinya karena menahan kesal. Aku mengambil kembali card milikku dengan mendapati raut wajah bingung dari mbak kasir. Setelah selesai memindahkan semua kantong belanjaan aku berhenti sebentar, "Maaf mbak, ini bukan adikku. Tapi, ini istriku." Aku mengecup kening Ghea yang sudah tersenyum menang setelah mendengar ucapanku.

"Lihat engga muka mbak kasirnya? Lucu banget, bisa dijadikan meme, tuh." Ghea mengangguk-angguk bahagia membayangkan kembali kejadian yang hampir saja merusak mood-nya hari ini.

"Sudah gitu aja? Aku engga dapat apa-apa, nih?"

"Uwu! So cute. Come here lil puppy."

Aku tertawa geli, Ghea mencium pipi lalu dengan keisengannya jarinya menggelitik leherku. Puas dengan ulahnya Ghea menarik seatbelt-nya lalu tiba-tiba saja raut wajahnya berubah seperti baru saja keingat sesuatu.

14 Days [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang