Bab 13: Scenario

47 17 4
                                    

Diharapkan untuk menekan tombol vote setiap membaca.
Terima kasih
•••
Setiap pagi, aku menjalani rutinitas yang sama. Seperti menyeduh kopi, menyiapkan sarapanku dan melakukan pekerjaanku sebagai penulis. Sebagai penulis, aku membutuhkan yang namanya ide untuk gagasan ceritaku. Biasanya, aku mendapatkan ide-ide itu dari mendengar cerita patah hati temanku, lalu pergi keluar apartemen duduk termenung di bangku taman. Dan tak jarang aku mengambil beberapa pengalaman pribadiku sebagai bahan tulisanku.

Ponselku bergetar di atas meja makan. Muncul notifikasi panggilan masuk dari sahabatku, Shelly.

"Selamat pagi!"

[Oh my gosh, Nanda. Lu bisa-bisanya nerbitin ini buku tanpa ngasih tahu aku!]

Aku menghela napas pelan setelah telingaku dihujani suara cempreng milik Shelly, sahabatku dari SD.

"Santai dong. Bu manajer, hari ini engga kerja? Sampai bisa baca novel sahabatnya yang paling cantik ini?"

[Aku ambil jadwal cuti-ku untuk bulan ini. Sayang kalau engga kupakai. Dan, Nanda Eva Sanjaya. Jangan mengalihkan topik pembicaraanku. Gila ya? Ini novel romance pertama yang lu terbitin, kan?]

"Hahaha.. iya, sudah baca sampai bab berapa?"

[Nanda, lu belum ngomong ya, sama Raka?]

Pertanyaannya memudarkan senyuman yang kutarik tipis awalnya. Scenario adalah novel romance pertamaku yang sedikit menghebohkan di kalangan penggemarku. Karena, selama debutku sebagai penulis, aku dikenal sebagai penulis genre misteri, fantasi, ataupun action. Tidak ada yang berbau romance kalaupun ada, romance itu hanya seperti bumbu penambah dalam setiap karyaku. Aku tidak pernah membuat romance sebagai genre utama.

Respon positif aku dapatkan dari penggemar lamaku yang mengatakan aku berani keluar dari zona nyamanku. Dan juga tidak sedikit aku mendapat penggemar baru yang menyukai buku yang baru terbit ini. Alasan mengapa aku tidak memberitahu sahabatku tentang Scenario adalah cerita novel ini diambil dari kisah hidupku.

Seragam putih abu-abu baru akhirnya aku kenakan di hari pertama aku masuk SMA. Di sana, aku bertemu dengan Raka Mahardika Wijaya. Cowok yang menemaniku menjalani kehidupan SMA. Teman sekelas mengira kalau kita ini pacaran, tapi nyatanya tidak. Hubungan kami tidak bisa untuk dijelaskan sebagai pacaran karena Raka tidak pernah memintaku menjadi pacarnya begitu juga sebaliknya. Namun, tidak bisa dijelaskan juga sebagai teman biasa, karena kami mengetahui perasaan suka untuk satu sama lain.

Rumit, iya. Intinya aku menyukai Raka dan begitu juga sebaliknya.
"Nanda, aku suka padamu. Kalau kamu?"

"Iya, aku juga."

"Baiklah, aku cuma memastikan."

Awalnya aku bingung. Kalau saling suka, kenapa tidak jadian? Dari sudut pandangku melihat Raka, dia adalah orang yang ambisius. Cita-cita terbesarnya adalah menjadi orang kaya nomor satu di dunia. Terdengar konyol memang, tapi aku tidak menertawainya saat dia mengungkapkan cita-cita terbesarnya dengan wajahnya yang berbinar-binar.

Sedangkan aku. Aku bercita-cita menjadi penulis. Tidak ada satupun orang yang tahu tentang keinginanku menjadi penulis selain Raka. Raka terkejut mendengar keinginanku berkata, "Kamu tidak terlihat seperti anak perempuan yang suka menulis dengan kata-kata manis, Nanda."

"Iya 'kan! Aku yang kasar begini siapa yang percaya punya hobi menulis cerita lalu pengen jadi penulis. Eh, tapi kau juga gitu. Kau kalem dan pintar. Aku kira kau ingin jadi dokter nanti."

Kami tertawa setelahnya. Kenangan-kenangan indah selalu kita buat bersama. Orang-orang memberi kami julukan 'pasangan dua mata koin' karena kami terlalu berbeda. Sifatnya tenang seperti air, lebih mengedepankan perasaan dan juga visioner. Dan aku yang membara seperti api, kasar, ceroboh dan realistis.

Raka pergi melanjutkan study-nya di luar negeri dan aku yang masih di sini memulai untuk mewujudkan cita-citaku sebagai penulis. Karena jarak, dan juga sifat yang bertentangan, aku merasa kita mulai tidak cocok lagi. Untuk pertama kalinya kita beradu argumen, aku mengatakan pendapatku tentang betapa berbedanya kami dan Raka yang berusaha menyakinkanku kalau semua ini akan baik-baik saja. Di saat itu lah hubungan kita berakhir.

[Halo? Nanda, masih di situ, kan?]

"Oh, iya masih kok."

[Nanda, tokoh utama cowok yang di novelmu ini Raka, kan? Dari novel ini diceritakan melalui sudut pandangmu, apa kau tidak mau bertanya sudut pandangnya Raka?]

Aku menghela napas kasar. Bayang-bayang ketakutan yang selalu menghantuimu itu adalah kalau Raka mikir aku membuangnya lalu dia membenciku, memikirkannya sudah membuat kepalaku pusing.

"Shelly, kupikir menghubunginya lagi sama saja dengan membuka luka lama."

[Tapi, kau takut dia benci sama lu. Putus hubungan begitu saja engga nyelesaiin masalah.]

"Urus urusanmu sendiri, Shelly. Bye."

Mood-ku menjadi kacau. Kuambil buku berwarna dominan biru muda itu dengan tulisan hitam paling menonjol bertuliskan Scenario.
Ending dibuku ini tidak seperti ending di realitanya. Secara tidak langsung aku menuliskan harapanku di akhir buku ini.

"Mereka berdua berakhir bersama kembali setelah berdamai dengan perbedaan masing-masing. Cerita romance memang selalu bertentangan dengan logika." Aku membuang asal buku itu dan melemparkan tubuhku ke sofa.

📖📖📖

Nanda terlelap tanpa mengetahui ponselnya sudah dihujani permintaan maaf dari sahabatnya Shelly. Dan tiga notifikasi dari nomor tak dikenal.

Hai, Nanda.
Selamat sudah jadi penulis ya sekarang.
Aku sudah balik ke Indo walaupun cuma untuk liburan. 14.56

Scenario, buku romance satu-satunya yang kamu tulis ya? Hmm, tadi aku tanya mas yang ada di toko bukunya kalau kamu itu baru kali ini terbitin buku genre romance 14.57

Nanda, aku sudah baca sampai bab 4.
Aku terkejut sumpah, btw aku dapat nomor kamu dari Shelly. Hmm, Nanda mau dengar ceritanya dari sudut pandangku engga? 16.52

Kadang ada hal yang kita pikir ini sudah closure. Tapi, yang menjalani hubungan ini ada dua belah pihak. Setiap pihak punya sudut pandangnya masing-masing. Hadapi, walaupun kamu takut akan adanya penolakan. Setidaknya dengan begitu chapter kalian akan berakhir dengan senyuman untuk kalian berdua.

14 Days [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang