Erlan & Renata

01

SELAMAT MEMBACA🧡

"dasar miskin! Ngapain coba sekolah disini? Kuman"

"udah jelek, miskin lagi. Gak pantes di tiffin"

"dasar murid beasiswa"

"ngejual diri kali tuh biar bisa sekolah disini"

Renata memegang erat tali tasnya smbil menunduk dan terus berjalan menuju lift agar cepat sampai ke kelasnya. Padahal ia sudah lama sekolah di tiffin, tapi ejekan murid lain padanya justru tak pernah berhenti.

Iya. Renata akui memang dia orang miskin, penampilan gak modis dan bisa masuk tiffin karena beasiswa. Awalnya renata sudah menolak beasiswa tiffin. Tapi orang tuanya begitu senang karena renata bisa sekolah di sekolahan besar yang akan sangat menjamin untuk renata setelah lulus nanti.

Sampai kelasnya, orang-orang kelas ribut dan bercanda tanpa memperdulikan kehadiran renata. Gadis itu duduk di bangkunya yang paling belakang.

"eh cupu! Tugas akuntan udah belom?!"tanya caca dengan sengit

Caca hermawan, ia teman sekelasnya yang selalu mengejek, memalak dan tak tahu malunya mencontek tugas.

"udah ca. Ini"ucap rena pelan sambil menyodorkan bukunya

"nah, gitu dong. WOY NIH CONTEKANNYA"teriak caca pada murid lain lalu mencontek berjamaah

Bell tanda masuk telah berbunyi. Mereka yang menyontek baru saja, akhirnya hanya mempoto buku tugas akuntan milik renata dan kembali ke bangku masing-masing.

"nih cupu buku lo!"lempar caca pada rena

Tak lama, pintu kelas terbuka dan menampakan seorang gadis cantik berkulit putih bersih. Di susul guru di belakangnya.

Cantik sekali-renata

"anak-anak dia murid baru dari jerman, ibu harap kalian menganggap-" ucapan guru rana terpotong saat kelas kembali gaduh

"Can't you speak indonseian?"

"mana mungkin tolol! Dia dari jerman mana bisa bahasa kita haha"

"tampang cantik kok bego haha"

Semuanya tertawa dan itu tak lepas dari penglihatan serta pendengaran renata

Yang cantik aja di giniin. Apalagi yang jelek, kaya aku

"Perkenalkan nama saya Rose De RAQUELL. Senang bertemu dengan kalian" tuturnya dengan nada sinis dan tekanan

"eh raquell woy"

"raquell? Gw berasa pernah denger"