Bagian Tujuh

4.7K 671 65
                                    

Mendadak mood ku ancur, karena seseorang. Jadi nanti aku nulis sebisa ku aja. Jangan lupa Vote dan Komen.

~~~~~~~~

    Eunha duduk di tengah kebun sambil minum teh, tidak lupa dengan sebuah buku yang juga berada di pangkuannya. Cuaca cukup bagus hari ini, cerah namun panasnya tidak begitu menyengat.

    "My lady, apa anda membutuhkan sesuatu lagi?"

    Eunha menoleh lalu menggelengkan kepalanya, "Kalian boleh kembali bekerja, ada Rui yang akan menjagaku."

    Mereka terlihat kebingungan, dan saling melirik satu sama lain. Karena kejadian beberapa hari lalu membuat mereka agak cemas dengan kondisi kesehatan calon Nyonya mereka.

    "Aku akan baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir," ucap Eunha lagi, dia mencoba tersenyum untuk menenangkan para pelayan.

    Eunha kembali menyandarkan punggungnya pada kursi, dia harus menenangkan pikirannya. Tidak boleh sampai seperti kemarin. Karena Eunha tidak boleh terlihat lemah.

    "Rui, aku dengar para kesatria sedang berlatih untuk acara perburuan? Apa kamu tidak apa-apa jika tetap mendampingi aku di sini?" tanya Eunha.

    "Anda adalah prioritas saya sekarang my lady. Saya akan berlatih setelah semua kegiatan Anda selesai."

    "Kapan? Bahkan pagi-pagi saja kamu sudah berada di depan kamarku."

    "My lady. Anda tidak perlu memikirkan saya."

    Eunha mendengus tidak anggun, membosankan saat semua orang di sini mengkhawatirkan dirinya, padahal diri mereka sendiri kan juga penting, lagipula Eunha masih berstatus tamu di sini.

    "Aku ingin sendirian, kamu bisa menjagaku sedikit lebih jauh kan?"

    Rui membungkuk sekali, "Saya akan mengawasi anda dari jarak yang aman, walau anda tidak bisa melihat saya."

     Eunha menganggukkan kepalanya, setelahnya fokus Eunha kembali kepada bukunya. Dulu Eunha berfikir akan menyenangkan saat dirinya menjadi seorang tuan Putri, memakai gaun yang Indah, dengan tiara yang berkilauan.

    Tapi sekarang Eunha berharap dia orang biasa, hidup sederhana dan bisa mencintai seseorang yang layak untuk mendapatkan cintanya.

    Eunha tiba-tiba teringat pada ibu kandungnya. Dia adalah orang yang sangat cantik dan juga penuh perhatian. Namun sayang Tuhan lebih menyayangi ibunya dari pada Eunha, saat Eunha berumur sekitar sembilan tahun ibunya meninggal karena sebuah penyakit.

    "Ibu, aku merindukanmu. Kapan ibu akan membawaku untuk ikut pergi?"

     Eunha tersentak saat tiba-tiba ada yang memegang dagunya hingga Eunha mendongak ke atas.

    "Jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi!"

    Saat melihat kilatan mata dari laki-laki di depannya membuat Eunha hampir lupa caranya bernafas.

    "Dengarkan aku, jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi."

    "K-Kenapa anda ada di sini?"

    "Jangan mengalihkan pembicaraan! Dan mana jawabanmu?"

    Eunha membuang muka, dia tidak bisa menjawab jika mereka terus berada dalam jarak sedekat itu.

    "Maaf."

    "Aku tidak butuh maaf mu."

    Eunha menghela nafas, kenapa laki-laki ini harus bersikap sok perduli kepada dirinya? Eunha hidup atau pun tidak, apa akan ada yang berubah?

Duke's Wife [Taerin-Eunkook] [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang