1. Robot Penggila Kebersihan

7.3K 534 22
                                    

Sosok itu masih menelungkupkan wajah di atas meja. Kedua mata terpejam. Napasnya terdengar cukup teratur, sementara satu sosok lainnya di dalam kelas (sekolah sudah berakhir siswa kelas sudah pulang) justru sibuk merapikan ruangan kelas itu. Cara kerjanya begitu efisien, rapi, juga cekatan. Namun jangan salah. Hasilnya kelas menjadi berkilau. Bersih. Omong-omong, sebenarnya dua sosok seharusnya mengerjakan piket bersama mengingat mereka berdua sama-sama kebagian jadwal piket, tapi si gadis dengan tanpa dosanya justru tidur alih-alih membantu sosok itu merapikan kelas.

"Ryuugasaki san, bangun. Sudah selesai." Suaranya terdengar datar. Dikatakan dengan ekspresi lurus. Sorot matanya seperti tidak menunjukkan apa pun. Dia tidak terlihat kesal saat partner paketnya justru tidur pulas alih-alih membantunya.

Sosok itu sedikit menggeliat sebelum akhirnya mengangkat kepalanya perlahan. Matanya berkedip dua kaki sebelum tersenyum tanpa dosa sembari menatap sosok itu dengan tatapan polos.

"Arigatou Kita kun. Apa yang kau sisakan kali ini?"

Maksudnya, Terima kasih karena telah menyelesaikan semua pekerjaan piket dan membuatku bisa tidur nyenyak, dan aku harap tidak ada yang perlu dikerjakan lagi.

Sosok pemuda dengan raut wajah polos dan tatapan datar itu tidak menunjukkan kekesalan atau apa pun atas respons tanpa dosa si gadis. Dia justru dengan tenangnya menunjuk tempat sampah di ujung ruang kelas. Tanpa kata memberi isyarat apa yang harus dilakukan si gadis.

"Oh, ok. Aku buang sampahnya." Balas si gadis tanpa menunggu sosok itu kembali membuka suara.

Lagipula, percuma saja sih menunggu sosok itu membuka suaranya untuk sesuatu yang tidak penting.

Si pemuda kembali mengangguk singkat. Tanpa bicara dia segera mengambil tas, berjalan ke luar dari kelas sembari melambaikan sebelah tangan yang dijawab oleh anggukan singkat si gadis.

.

.

.

Langkah si gadis terhenti saat satu sosok berdiri di hadapannya. Sosok itu siswi perempuan. Sama seperti dirinya, siswi Inarizaki juga, yang membedakan, cuma, siswi itu memiliki tinggi yang... Terlalu tinggi untuk seorang gadis. Iya. Dia masih SMA dan tingginya sudah mencapai 175, perempuan pula. Si gadis menatap sosok di hadapannya dengan tatapan lurus. Matanya masih berwarna kemerahan, khas bangun tidur. Sementara sosok di hadapannya justru memakai seragam khas anggota ekskul olahraga. Basket lebih tepatnya.

"Haru chan, kau pasti membuat Kita san piket sendiri lagi kan?" Si siswi tinggi itu menuding dengan nada lelah.

Mata mengantuk itu tetap tidak menunjukkan perubahan. Wajahnya mendongak. Ekspresinya khas orang mengantuk. Lalu, dengan santainya dia menjawab.

"Hima, kau salah," Sanggahnya, pelan. Dikatakan seolah dia tidak berniat bicara. "Kita kun sendiri yang mau membersihkan kelas sendirian." Lanjutnya tanpa dosa.

Himawari -nama si gadis super tinggi itu- mendesah berat. Dia menatap sosok yang dua puluh lima senti meter lebih pendek darinya dengan tatapan rumit.

"Haru chan," Suaranya sedikit ditekankan. "Sekarang itu, Kita san resmi menjadi Kapten tim voli putra, kau mengerti maksudku?"

Si gadis mengerjap dengan begitu polosnya. Dia menggeleng tanpa dosa. Ekspresi wajahnya terlihat malas. Matanya selalu terlihat mengantuk nyaris dalam kondisi apa pun.

"Hee~ sugoi ne," Sahutan itu... Membuat Himawari frustasi.

Cara gadis itu mengatakannya... Entah ke apa terasa seolah menarik emosi?!

RenjanaWhere stories live. Discover now