15. Saki san to Kita san

2.1K 342 39
                                    

Mereka berdua itu ibarat manusia yang memiliki polanya sendiri. Memiliki kotak yang hanya akan digeluti. Tidak akan pernah ditinggalkan.

Ryuugasaki Haruka mungkin selalu terlihat tanpa beban apalagi dengan wajah mengantuknya yang tidak pernah hilang dalam keadaan apa pun. Begitu pula Kita Shinsuke, dengan ekspresi di wajah yang nyaris tidak pernah berubah dalam keadaan apa pun, juga sikapnya yang dewasa, mereka berdua seolah benar-benar memiliki pola untuk hidup mereka sendiri. Pola yang tidak membiarkan siapa pun merusak atau masuk dan ikut andil di dalamnya.

Hari itu, Himawari datang seorang diri. Sesuatu yang tidak biasa mengingat dia selalu datang ke sekolah dengan Haruka setiap hari. Haruka sakit, begitu jawabnya saat dia ditanya oleh orang-orang apalagi anak kelas 3-7. Sensei sih sudah diberitahu. Tapi ya, ketidakhadiran Haruka ini sedikit tidak biasa jika mengingat meski selalu mengantuk dan nyaris satu bulan ini dia datang ke sekolah dengan wajah pucat, Haruka nyaris tidak pernah bolos. Seolah dia lebih memilih tidur di kelas daripada berbaring tidur seharian di rumah.

Ketidakhadiran Haruka tentu saja juga berpengaruh pada kondisi perpustakaan. Hari itu, tidak ada anggota komite perpustakaan yang berjaga sambil tidur.

Itu adalah waktu di mana jam pulang sekolah saat guru wali kelas 3-7 memanggil Kita ke ruangannya. Kita sih santai saja. Lagipula dia tidak melakukan kesalahan apa pun, paling juga wali kelasnya ingin Kita melakukan sesuatu. (Wahai, tolong diingat. Kita Shinsuke itu salah satu murid teladan di kelas 3-7).

"Kita kun, sensei minta tolong untuk mengantarkan lembaran tugas dan pelajaran hari ini ke kediaman Ryuugasaki, kau sudah pernah ke sana kan?"

Sebenarnya Kita tidak keberatan. Lagipula, ya, dia memang pernah satu kali berkunjung ke rumah Haruka. Tapi, kan di kelas mereka ada Himawari yang tinggal serumah dengan Haruka, lalu kenapa gurunya ini malah memintanya yang mengantarkannya coba?

Guru kelas 3-7 itu merupakan orang yang peka, meski terhitung masih muda, namun tetap saja integritasnya tidak bisa diremehkan. Jadi dengan mudah sang guru membaca ekspresi Kita. Lagipula dia juga ikut andil dalam membuat Kita selalu berurusan dengan Haruka.

"Sasahara San dan tim basket putri akan melakukan latih tanding dengan sekolah lain, jadi sensei tidak bisa meminta Sasahara San."

Kita mengangguk. Pelan. Tidak mengatakan atau mengomentari apa pun. Lagipula, dia juga sudah terbiasa berurusan dengan gadis itu. Dan ini adalah kali pertama seorang Ryuugasaki Haruka sakit sampai tidak datang ke sekolah, mengingat meski sakit Haruka selalu datang ke sekolah meski akhirnya dia tidur di ruang kesehatan.

.

.

.

Kita datang setelah latihan voli selesai. Tentu saja dia pulang ke rumahnya terlebih dulu. Kita Shinsuke itu jelmaan anak berbakti, jadi dia tidak akan membuat neneknya cemas karena dia pulang telat.

Si pemuda mengayuh sepeda. Dia masih ingat jelas jalan yang harus dilewati untuk mencapai rumah Haruka. Lagipula jarak rumahnya dan Haruka tidak terlalu jauh. Kayuhan sepeda terhenti tepat di sebuah rumah bergaya Jepang tradisional. Rumahnya luas. Memiliki pekarangan yang luas dan asri. Tak jauh dari rumah itu (tepatnya di bagian samping rumah) terdapat sebuah dojo kendo. Pada awal mengantarkan Haruka waktu itu, Kita sedikit mengernyit saat melihat plang nama sebuah dojo di depan kediaman si gadis. Pada akhirnya, Kita menyadari satu hal. Nama belakang gadis itu sama seperti nama sebuah dojo kendo yang sudah berdiri lama di Hyogo. Dan artinya, Haruka merupakan salah satu keluarga Ryuugasaki yang sejak dulu menjalankan dojo kendo.

Dia menekan pelan bel yang ada di dekat pintu. Sebuah interkom akhirnya berbunyi.

"Saya Kita Shinsuke, teman sekelas Ryuugasaki Haruka--" Belum selesai dia memperkenalkan diri, pintu gerbang rumah tradisional itu terbuka bersamaan dengan munculnya seorang perempuan yang sepertinya tiga atau empat tahun lebih tua darinya.

RenjanaWhere stories live. Discover now