16. After

1.9K 310 77
                                    

Haruka mendesah. Kasar. Tatapan matanya menyorot, awas. Tidak ada tatapan mata mengantuk lagi. Matanya berpendar dengan tatapan rumit. Tidak bisa dijelaskan, namun tajamnya sorot mata itu seolah mampu membuat merinding siapa pun yang melihatnya. Di sampingnya, Himawari menatap was-was. Gelisah. Mereka berdua berada di ruang tengah. Menonton televisi. Berita lebih tepatnya.

Beberapa kali Himawari menoleh buat mencuri tatap pada ekspresi Haruka yang kosong meski tatapan matanya tajam luar biasa. Gadis itu menggenggam erat tangan Haruka yang bergetar. Masih ada sisa kengerian di sana.

"Haru chan, hari ini... Bagaimana kalau istirahat di rumah saja?" Himawari bertanya, Hati-hati.

Kepala itu menggeleng. Keras. Penuh kesungguhan.

"Haruka," Suara bernada tegas itu lebih dari cukup membuat Haruka menoleh. Tatapan matanya berhadapan langsung dengan sosok paling tua di kediaman Ryuugasaki. Akihiro. "Jangan memaksakan diri." Tukasnya, pelan.

Haruka diam. Tatapan matanya menyorot lurus sebelum akhirnya gadis itu mendesah berat. Memejamkan mata. Lalu, sepersekian menit setelahnya, Himawari bergerak memeluk tubuh itu. Erat. Membiarkan Haruka menangis tanpa suara. Punggungnya bergetar menahan tangisan. Padahal sudah nyaris sepuluh tahun...

Akihiro bergerak mendekat. Sebelah tangannya terangkat dan berhenti di atas kepala Haruka. Mengusapnya, lebut. Penuh perasaan.

"Tidak apa-apa Haruka... Semuanya sudah selesai..." Katanya, menenangkan.

Yukira yang berdiri tak jauh dari mereka diam. Sebelah tangannya bergerak mengusap wajah yang basah. Dia bergerak, menubruk tubuh sang kakak. Memeluknya, erat. Menangis.

Hari itu, bertepatan dengan peringatan kematian orangtua beserta  nenek Haruka, kediaman Ryuugasaki diselimuti kesedihan luar biasa. Sedih karena mengingat sosok yang telah tiada, serta lega karena Haruka bisa bertahan sampai sejauh ini.

Meski bekas lukanya masih tetap utuh. Menempel pada diri Haruka. Tidak juga sembuh meski bertahun-tahun sudah berlalu.

.

.

.

Hari itu, kelas 3-7 berbeda dari biasanya. Bahkan para guru yang mengajar pun sampai merasakan hal itu. Bukan. Tidak ada ko kejadian gaib apalagi sampai ada peristiwa hilangnya murid anak kelas 3-7 seperti di anime isekai yang para karakternya dipindahkan ke dunia lain. Tidak ada hal semacam itu. Yang terjadi adalah sesuatu yang mengejutkan semua murid kelas 3-7  beserta para guru yang mengajar. Untuk pertama kalinya selama kelas 3, Ryuugasaki Haruka tidak tidur di kelas. Dia bahkan tidak mengantuk. Dia duduk tegak sembari mengikuti pelajaran dengan normal. Iya. Seharusnya normal, tapi sungguhan menjadi tidak normal saat itu dilakukan oleh Haruka. Murid yang mendapat predikat 'tukang tidur' dalam pelajaran apa pun.

Guru yang masuk pun sampai dibuat terheran oleh gadis itu. Bahkan satu sampai nyaris menangis Haru melihat Haruka terlihat serius.engikuti pelajaran.

Hanya saja, tidak semua orang begitu.

Kita Shinsuke tidak menunjukkan perubahan ekspresi apa pun. Himawari berusaha terlihat biasa saja meski di dalam hatinya dia cemas luar biasa. Hingga bunyi bel istirahat terdengar, kelas masih berjalan normal.

"Ryuugasaki," Suara si pemuda terdengar nyaris tanpa emosi saat memanggil si gadis yang kebetulan duduk di depan mejanya.

Biasanya, atau normalnya, saat belum istirahat berbunyi, kepala Haruka berada di atas meja dengan buku yang sengaja dibuat menutupi sisi wajah, namun karena hari ini rasanya ada yang tidak normal pada si gadis tukang tidur, saat bel istirahat berbunyi, Haruka tetap duduk diam dengan posisi tegak.

RenjanaWhere stories live. Discover now