--- The Reasons ---

2.3K 276 74
                                    

Haruka, kelas tiga SMP.

Gadis berseragam SMP itu terduduk di kursi halte. Tatapan matanya menerawang jauh. Lingkaran dibawah matanya terlihat jelas. Menyedihkan. Raut wajahnya agak sayu, meski dia terlihat berada di sana, namun tatapan matanya seolah menunjukkan dia tidak di sana.

Haruka mendesah. Dia tidak sengaja tertidur di UKS tadi, dan mimpi buruk itu kembali. Membuatnya mengingat detail yang tidak pernah ingin ia lihat apa lagi ingat. Mengerikan.

Saat dia tengah menatap jauh, tanpa dia sadari, satu sosok duduk tak jauh darinya. Dia juga mengenakan seragam SMP, namun berbeda dengan yang dikenakan Haruka. Wajahnya terlihat begitu datar. Tatapan matanya lugu. Wajahnya polos luar biasa. Saat itu, Haruka tidak sengaja menoleh. Matanya berkedip beberapa kali melihat keberadaan sosok asing di dekatnya.

Pemuda di sampingnya.... Entah kenapa tiba-tiba saja mengingatkan Haruka pada mendiang ayahnya?

Haruka diam. Dia menghela napas panjang, menenangkan diri. Nyaris saja... Sungguhan. Kalau dia tidak punya pengendalian diri, mungkin saja dia bertindak aneh pada orang asing. Tapi... Sungguhan. Haruka sekali lagi menoleh. Benar.

Anak laki-laki di sampingnya mengingatkan Haruka pada mendiang ayahnya.

Raut polos mereka sama. Tatapan mata yang datar namun teduh dan seolah memberi kedamaian itu sungguhan mirip ayahnya.

Tanpa sadar, Haruka kembali menghela napas, berat. Dia menggelengkan kepala. Karena terlalu banyak pikiran berkecamuk dalam kepalanya, deru suara bus yang berhenti pun tidak Haruka sadari.

"Naa, kau tidak mau naik?" Suara itu terdengar datar. Dikatakan dengan nyaris tanpa emosi, namun lebih dari cukup untuk menarik kesadaran Haruka.

Si gadis buru-buru mengangguk cepat. Berjalan menuju pintu bus. Masuk tanpa ragu.

Nyaris semua kursi dalam bus penuh. Tidak ada yang berdiri, namun saat Haruka mencari, dia mendapati dia kursi kosong di belakang. Dia mengerjap. Tanpa sadar menatap punggung anak laki-laki di hadapannya yang tanpa ragu berjalan menuju kursi belakang. Lalu, tanpa sadar Haruka mengikutinya.

Dan keduanya duduk bersebelahan.

Haruka tidak tahu apa yang terjadi setelahnya, yang dia tahu adalah, sesaat setelah menduduki kursi kosong di dalam bus, tak lama setelah bus melaju dengan kecepatan konstan, matanya terasa berat. Kantuk menyerangnya tanpa terduga.

Pada akhirnya Haruka tidak sengaja tidur lelap dalam bus. Dan ajaibnya tidak ada mimpi buruk selama dia tidur.

Haruka bahkan tidak tahu sudah selama apa dia tidur. Dia bahkan tidak sadar jika selama tidur, kepalanya secara tidak sengaja bersandar pada pundak anak laki-laki di sebelahnya. Dan terpaksa membuat si anak laki-laki tidak tega membangunkannya sampai melewati halte di mana seharusnya ia berhenti.

Haruka tersadar di halte terakhir bus. Dia mengerjap saat sebelah tangan menepuk pelan pundaknya.

Dia mengerjap sebelum cepat-cepat menegakkan kepala yang dengan tidak sopannya bersandar pada pundak orang asing.

"Sumimasen deshita! Aku sungguhan tidak sengaja!" Dia bicara terburu. Wajahnya khas orang bangun tidur.

Sosok itu mengangguk. Raut polosnya tidak berubah sama sekali. Dia hanya mengangguk sembari membenahi tas sekolahnya.

"Tidak masalah. Jaa, aku permisi." Balasnya dengan suara datar. Ekspresi wajahnya tidak berubah sama sekali. Terlalu tenang. Lugu.

Tanpa sadar semakin membuat Haruka diam. Tidak berkutik.

RenjanaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz