MEMUTAR BALIKAN FAKTA

66 10 5
                                    

HEYYYY AKU KEMBALI.

SEBELUM BACA VOTE DAN KOMEN TERLEBIH DAHULU.

---------

"Dif" panggil bagas yang berada di belakang difa

difa membalikan badannya dan melihat bagas yang berlarian kecil untuk mengejarnya

"Kenapa lari larian?" Tanya difa saat bagas disampingnya

"ngejer lu" ucap bagas

"ngapain ngejer gua?" Tanya difa lagi

"mau ngasih tau informasi" ucap bagas

"apa tuh?"

"Sandrina ardi wijaya izin ya" ucap bagas dan membuat wajah difa seperti ditekuk

"kenapa?"

"Dia nganter papanya ke bandara" ucap bagas dan membuat difa menggukan palanya mengerti

"yaudah gua duluan ya dif"

difa menganggukan palanya

sejujurnya difa kesal dengan sadrina yang tidak bilang kalau ia ingin mengantar papanya ke bandara, padahal kemarin malam mereka bertiga berchat ria di line

"pepet terosss" ucap salah satu seseorang yang berada di belakang difa, seketika difa membalikan badannya dan melihat velly yang berdiri tak jauh darinya

difa melihat kakak kelasnya itu dengan wajah sinis, tetapi yang dilihat hanya memberikan senyum kecilnya, ehh.. itu bukan senyum kecil, itu senyum devil.

sejujurnya difa tidak mengerti apa yang kakak kelasnya itu katakan, walaupun ia tidak mengerti dengan kata-kata kakak kelasnya, tetap saja ia kesal melihat wajah kakak kelasnya, yang selalu mengurusi hidup orang lain

difa mengangkat sebelah alisnya dan pergi meninggalkan velly di koridor.

saat sampai di depan kelas, difa membuang nafasnya kasar.

Mengapa setiap ia mau masuk kelas kak velly selalu ada tepat di belakang ia?, apa kak velly menguntitnya?

Akhirnya difa membuang semua pikiran pikiran negtif itu dan menarik nafas panjangnya dan membuangnya perlahan, agar ia bisa fokus dengan pelajarannya.

Line
derlo mengirim pesan

difa mengerutkan dahinya melihat notif yang masuk di hpnya

Derlo

Tadi lu sama velly ngapain?

difa yang membaca pesan dari derlo hannya bisa mengerutkan dahinya

Difaryl

gak apa apain

Derlo

kata velly, lu ngebentak dia

seketika mata difa terbuka lebar dan membuat hatinya terasa nyeri.

"Heyy" raya yang ingin duduk pun dia urungkan karna melihat difa yang melototkan matanya

difa melihat raya seperti melihat mangsa

"di, lu napa?" Tanya raya dengan suara kecil

"gua kesel"

"Bisa bisanya dia memutar balikan fakta" gerutu difa yang masih bisa didengar oleh raya

akhirnya setelah menguatkan niatnya, dengan sedikit demi sedikit raya mendudukan bokongnya di bangku yang bersebelahan dengan difa

"siapa sih dif" ucap raya tanpa melihat ke arah difa

"lu ngomong sama siapa ray?" Tanya difa dengan mata tajam

"hm?, ehmm.. sama denis" ucap raya

"ray"

"ya dif"

"gua kalo marah emang semenakutkan itu?" Ucap difa dan membuat raya menggelengkan palanya

"kalo engga, kenapa muka lu pucet banget kaya orang kurang darah" ucap difa dan membuat difa terkekeh

"lucu ray?" Tanya difa lagi dan membuat kekehen raya terhenti

"engga" ucap raya dengan wajah polos nya

"rayaaa, lu napa sih?" Tanya difa dengan wajah seperti anak kecil

Yang di panggil tidak menjawab melainkan menengok ragu ke arah difa

"gua tadi pagi ketemu kak velly di koridor, tapi gua sama dia gak ngapa ngapain, cuman.. dia kaya ngomong sepatah dua kata yang gak gua ngerti arahnya tuh kemana, dan lu tau kan, gua gak suka nyari ribut sama orang" raya mengangguk mengerti

"nah, makanya gua tuh gak bales omongannya dia, gua pergi ajah, eh tau tau, kak derlo ngeline gua, katanya gua ngebentak kak velly, kesel gak lu di tuduh gitu?" Tanya difa dengan wajah menahan amarah

"Seriusss!" Ucap raya tak percaya

"Nih baca" difa memberikan hpnya ke raya

"wahh, gilsss sihh ini" ucap raya sambil menggelengkan palanya

"nah, makanya gua mager banget buat jawab" ucap difa

*****

"Difa" panggil seseorang yang membuat difa refleks berhenti menyuapkan bubur ayam ke dalam mulutnya

difa membalikan badannya melihat siapa orang yang memanggilnya

seketika bola mata difa memutar sinis melihat orang itu

"Lu ngomong apaan sama velly tadi pagi?" Tanya derlo yang duduk di depan difa meminta penjelasan

"ga ngomong apa-apa"

"kok dia bilang lu ngebentak dia tadi pagi, terus lu pergi gitu ajah, gak minta maaf lagi" seketika kerutan di dahi difa terlihat sangat jelas

'tahan difaa.. tahan' batin difa menguatkan hatinya

"dan kak derlo percaya?" Tanya difa

"Gua percaya karna dia pacar gua"

"Nih ya kak, gua jelasin. Jadi tuh tadi pagi, gua ketemu kak bagas di koridor, dan gak lama kak bagas pergi kak velly dateng, dan kak velly ngomong yang gua gak tau arahnya kemana. kalo orang yang highclass ngomong sama gua yang dibawah rata rata mana nyampe otak gua, bener gak ray" ucap difa sambil menyikut pelan lengan raya

"iya bener. Lagi pula ya kak, masa ia difa mau nyari masalah sama kak velly, yehh.. dari pada nyari masalah mending nyari uang biar kaya, yak gak?" ucap raya sambil menjentikan jarinya

"hmm" gumam difa sambil mengangguk

"yaudah lah, gua males ngurus masalah lu berdua, mending lu berdua yang selesain" ucap derlo dan akhirnya pergi meninggalkan raya dan difa

"emang ada yang nyuruh dia buat ngurus masalah sekecil ini?" Tanya difa kepada raya dan diberikan jawaban 'tidak tahu' dengan memakai isyarat pundak

"udah gondok banget ini hati gua"

"godok sekarang pindah tempat? Bukan di leher lagi?" Tanya raya dengan polos

difa hanya bisa menelan ludahnya dan memutar bola matanya malas

"gua cuman nanya dif" ucap raya dengan pelan

akhirnya difa menghiraukan perkataan raya dan melanjutkan makannya yang tertunda

tolongg.. yang berbaik hati berikan jawabanya ke raya

-----------------

jangan lupa vote dan komen yaa...

Biar aku semangat untuk update

My Story.My Life ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang