VI - Rose

7.5K 678 45
                                    

@fachry.rz started following you.

Demi pluto yang gak bakal kembali lagi walaupun udah di jemput neptunus, aku sangat terkejut dengan pemberitahuan itu. Kerasukan apa Fachry ngefollow instagramku? Trus? Aku harus folback? Sorry, sepertinya engga. Aku udah benci banget samanya.

Cahaya matahari memasuki ruangan kamarku. Aku yang tadinya masih asik berada di alam mimpi terpaksa terbangun. Siapa sih yang sudah ganggu mimpi ku?

Aku membuka mataku perlahan. Sinar sialan matahari itu membuat mataku silau. Aku melihat ke jendela ada seseorang di sana.

"Mentang-mentang gak sekolah, enak ya tidur!" ujar orang itu. Dari suaranya, aku kenal. Dia adalah popi.

"Ehmm..." aku cuma mengerang. Melakukan peregangan lalu duduk di atas kasur.

"Bangun cepat! Sarapan!"

"Iya pi!"

Popi langsung keluar kamar. Aku yang masih berusaha mengumpulkan nyawaku hanya diam. Mataku terus menatap kesana kemari. Kayak orang bodoh.

Ini adalah masa skorsing pertamaku. Aku tak tau harus ngapain. Selama sekolah aja aku masih suka gabut. Apalagi masa skorsing ini?

Untuk masalah skorsing, selama SMA, baru ini aku mendapatkannya. Selain ini hanya peringatan-peringatan biasa. Yaa... Seperti jangan sering bolos, atau semacamnya lah.

Papa, popi dan aku sedang asik sarapan di ruang makan. Kami makan dengan tenang. Popi bilang, kalau lagi makan, jangan banyak bicara. Nanti kesedak. Masa iya si pi?

"Pa," panggilku ke papa.

"Hm?"

Kami sudah selesai makan. Papa ingin istriahat sebentar lalu berangkat ke kantor.

"Beliin motor dong pa."

Ini yang aku minta-minta sejak dulu. Papa tak pernah mau membelikan motor untukku. Aku selalu diantar jemput kemana pun aku pergi. Kan malu? Aku udah SMA tapi masih diantar jemput. Di mana harga diriku sebagai cowok?

"Buat apa?"

"Buat dijual," kesalku. "Ya untuk dipake lah pa, buat apa lagi?"

"Nanti aja tunggu kuliah!"

"Ih! Pa! Razka malu sama temen-temen Razka udah pada punya motor semua."

"Kamu punya mobil."

"Mana?"

"Itu, di luar."

"Ih! Itukan punya papa sama popi."

"Harusnya kamu beruntung masih diantar jemput sama orang tua. Mereka-mereka mana ada ngerasain hal sehangat itu."

"Tapi kan Razka udah gede pa. Masa iya harus diantar jemput terus?"

Papa tak lagi menjawab. Ia hanya geleng-geleng.

Sebenarnya, aku bangga sama papa. Dia itu gak mau membuat aku tergiur dengan harta yang dimilikinya. Berbeda dengan anak orang kaya pada umumnya yang punya segalanya. Minta apa-apa langsung di kasih. Beda sama aku yang kalau minta sesuatu, papa pasti mikir beribu kali.

Seperti hp. Waktu masuk ke SMA, aku meminta papa untuk beli hp. Sebenarnya dari SMP aku sudah memintanya. Tapi, papa tak pernah ngasih. Aku sampai uring-uringan pun dia tetap gak ngasih.

Tapi, mungkin papa merasa itu juga penting, akhirnya dia ngajak aku ke toko hp. Langsung menanyakan hp yang bobanya ada tiga.

Papa emang seperti itu. Awalnya dia bakal nolak-nolak. Tapi, akhirnya dia akan beliin juga. Bahkan belinya yang spesial.

Love Me Like You Do ✔️Where stories live. Discover now